Selasa, 11 Juni 2013

"MBLUSUKAN DI LERENG GUNUNG MERAPI"

Coretan Perjalanan (1)


(Telaga Putih, Umbul Harjo, Kinah Rejo, sd Pos 4)























Berangkat dari Jakarta tanggal 07 Juni 2013 malam dengan beban pikiran yang menggunung karena rushing hours pekerjaan selama hampir 2 bulan, mengurusi Pengajuan Kredit Pendanaan Investasi oleh salah satu Bank Syariah yang berujung signing Akad Kredit, ditambah beban internal yang bertumpuk membuat ingin sekali kabur dari rutinitas Jakarta untuk segera sampai melakukan refreshing dan membenahi batin yang terasa penat dengan blusukan ke alam.

Berangkat tanpa target mau kemana dan seperti biasanya ritual pembenahan batin yang selama ini dilakukan tidak menargetkan tujuan, hanya lebih mengikuti hati dan langkah kaki ini membawa.



Sesampainya di Terminal Lebak Bulus, ketemu dengan Mas botak petugas ticketing PO Laju Prima di terminal Lebak Bulus, dengan trayek Jakarta - Pekalongan No Bus 82, dari kejauhan Mas Botak sudah senyam-senyum melihat kehadiran saya, sambil teriak “jalan lagi Mas?, mo kemana?” Kursi no 8B masih kosong tuh (dia sangat hapal dengan kursi Favorit saya kalau naik Bis Laju Prima), “tak gaweke tikete yo mas, seperti biasane tho, Tegal?” “belum terpikir mas, mau jalan kemana nih kemana ” jawab saya. Sambil nulis tiket mas Botak masih saja bertanya “yang ke Gua Jomblang sudah jadi Mas Adji ?” saya jawab “belum sampai mentok diujung gua baru survey di lokasi dan turun kebawah, Insya Allah Abis lebaran Jalan kesono.”


Tegal, 08 Juni 2013, 04.30 WIB
Perjalanan dari Jakarta ke Tegal sangat membosankan hampir sepanjang perjalanan, dipenuhi jalan macet yang sangat parah, dikarenakan jalan jalur Pantura rusak atau separuh jalan sedang dalam perbaikan. Pukul setengah 5 pagi sampailah di kota Tegal, saya bersiap-siap turun dengan menenteng Ransel Hitam Teman setia blusukan, turun didepan Pacific Mall, nunggu bis Nusantara (Tegal – Semarang) yang jadwal pemberangkatan pertamanya sekitar jam setengah 7 pagi, sambil nunggu waktu, saya mampir di Mc’ D didepan Pacific Mall, seperti yang sudah-sudah ritualnya mampir disitu nyari kopi dan sekedar sarapan untuk ganjal perut. Sambil charge Hp dan power bank serta ganti baju dan cuci muka dan tak lupa baca-baca koleksi ebook.

Karena keasikan baca Ebook di Mc’D gak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, begitu sadar sudah ketinggalan jadwal bis Nusatara yang pertama tergopoh-gopoh nyari angkot ke pangkalan Bus Nusantara. Sambil diangkot nelpon Mas We (Kakak tertua yang tinggal di Tegal) kalau tidak bisa mampir dirumah dia di Tegal. Sesampai di Pangkalan Bis Nusantara dapat tiket untuk jadwal pemberangkatan jam setengah 8 pagi dibangku belakang sopir,  dan bertemu lagi dengan jalur macet dan jalan Pantura yang ancur, apalagi ada perbaikan jalan di daerah Pekalongan, ditambah sopir bis yang menjalankan bis nya lambat dikarenakan dia terima telpon dari bini nya sambil teriak-teriak karena tidak terima dituduh ada affair dengan penumpang langgan dia, lengkap sudah perjalanan ini, sampai di terminal Terboyo semarang Pukul setengah 1 siang (Rute Tegal – semarang seharusnya maksimal 4 jam tapi saat itu molor menjadi 5 jam )  tepok jidat ... sabar-sabar ...


Terboyo, Semarang, 08 Juni 2013, 12.45 WIB
Dari Bis Nusantara Semarang – Jogja berangkat dari Terminal Terboyo jam 1 siang, disepanjang perjalanan diiringi dengan kemacetan terutama d idaerah Bawen dan hujan deras sesampai di terminal jombor jam 4 sore, disambut dengan hujan deras.


Jombor, Sleman, Jogja, 08 Juni 2013, 16.00 WIB
Sesampai diterminal Jaket dikeluarkan dari tas clingak clinguk mencari tempat berteduh, nemu juga spot di samping pool Trans Jogja, sambil tanya ke petugas Tiket Trans Jogja Jurusan Kenthungan Bus No Berapa, “B2 Om, jawab si Mbak tiketing, Nggak berapa lama masuk ikut antrian jalur B2, dari belakang dicolek seorang Bapak yang menggendong anaknya, “Mas Mo naik ke Merapi ya? Mau nginep di Telaga Putih atau didaerah kaliurang Bawah ” “Iya Pak, saya mau nginep diatas saja, didaerah Telaga Putih (karena teringat pada seseorang yang bernama Pak Totok yang punya Home stay didaerah Telaga Putih, yang dulu pada tahun 90 an akhir pernah nginep dirumah dia, “beliau juga penggiat Pencinta Alam, pada waktu jalur pendakian Kaliurang ke Puncak Merapi belum Putus Pak Totok adalah salah satu Tour Guide dan Aktif di Tim SAR DIY”). “Nanti ikut saya aja turunnya”, saya juga turun dikenthungan" Kata Si Bapak Tadi mengagetkan, “nanti mas jalan ke arah Apotik Parahita Kenthungan disana ada Pangkalan Ojek,” Mas Naik dari situ aja, atau kalau mau naik Taksi juga bisa, tapi akan nunggu lama apalagi sudah jam segini dan hujan lagi” Mas kalau naik ojeg jangan naik kalau tukang ojegnya minta lebih dari 50 ribu. (Jarak Kenthungan ke Telaga Putih kira-kira sekitar 20 Km).



Kenthungan, Jogja ....

Benar juga didepan Apotik Parahita ada 2 orang tukang Ojeg yang mangkal, sambil mendekati mereka saya tanya ke mereka, “Tarif ke atas, ke Telaga Putih berapa Mas? 70 ribu Om, saya tawar 50 ribu mereka tidak mau, dengan alasan kondisi hujan. Saya terus jalan ke arah jalan kaliurang, disamping Apotik Parahita ada Warung Makan “Gudeg Ibu Pudji” didepannya ada penjual gorengan yang pembelinya sangat ramai, iseng-iseng mampir ke situ dengan niat untuk bertanya angkutan apa yang bisa ngantar ke atas selain 2 orang tukang ojeg tadi (padahal dari jauh sudah lihat kalau disitu ada “Pisang Goreng”, - Pisang Goreng Lover), sambil ngobrol ngalor ngidul dengan penjualnya gak berasa 4 pisgor yang besar sudah masuk ke dalam perut plus tahu isi 2, diiringi ujan yang sangat lebat, si bapak dan ibu penjual cuman nyengir melihat dengan cueknya makan pisgor berdiri sambil hujan-hujanan, “masuk sini mas” masih ada tempat tuh yang tidak tampias ujan,” kata si Ibu.

Sambil masuk kedalam saya tanya ke Ibu, “Bu mall atau toko baju didekat sini dimana ya?” karena baru nyadar kalau bawa kaos cuman 3 potong, yang satu sudha kotor yang satu sekarang basah buat ujan-ujanan, “didekat sini ada “Mirota Mall” Mas tuh kelihatan, sambil beliau menunjuk dibelakang saya diseberang jalan dan emang kelihatan dari situ ada Mall dengan jarak sekitar 100 meteran.

Dengan berujan-ujan ria menggendong Tas Ransel jalan kearah mall dengan baju basah kuyub masuk di lantai 1 lalu bertanya kepada salah satu penjaga Titipan Tas di Mall, “Mbak baju kaos untuk dewasa dimana ya?” si Mbak bengong ngelihat ada orang gendong ransel basah kuyub, nanya kaos, dengan senyum kecil dia jawab “di lantai 2 mas”, “waduh” jawab saya, bisa ambilin kaos apa saja deh mbak asal yang warna biru atau hitam ukuran L atau M juga boleh, 2 ya mbak, nggak berapa lama ada beberapa penjaga Mall yang ikut dengerin karena penasaran ada orang aneh masuk mall, ada yang cekikikan ada yang sambil lalu ngelirik. (Dalam hati gue “bodo’”). Gak lama kemudian si mbak tadi turun bawa 2 kaos ukuran L, tanpa dicoba lagi saya ambil, dan lihat harganya langsung saya titip duitnya ke si mbak tadi. Dia bawa kaos itu keatas untuk bayar. Setelah si Mbak turun lagi dan setelah menerima kaosnya saya langsung ngeloyor pergi sambil bilang “makasih Mbak”, dibalas dengan senyum si mbak yang masih dengan wajah keheranan.

Hujan mulai reda, saya mencoba keluar mall dan berdiri dipinggir jalan dengan harapan akan ada taksi yang lewat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, hampir 15 menit nunggu taksi nggak ada yang lewat, tiba-tiba ada sepeda motor dari arah atas berhenti didepan saya, seorang Bapak-bapak yang langsung menawarkan jasanya, “Dik, mau naik keatas?” saya anterin yuk”. “Berapa Pak kalau sampai atas?” terserah adik aja, karena saya sekalian pulang, sejalan. “50 ribu gimana Pak?” tanpa banyak ngomong si Bapak langsung nyuruh saya bonceng dibelakang, sepanjang perjalanan beliau banyak bercerita kalau nama dia Bapak Wahyu sehari-harinya dia jualan sayur di pasar colombo, rumahnya ada di dekat Telaga Putih. (belum meverifikasi pasar Colombo itu emang ada atau tidak).

Ditengah perjalanan hujan turun lagi dengan derasnya tanpa permisi, karena sudah kepalang basah (ya mandi saja!) pak Wahyu bilang sudah deket ini Dik, terus aja yak, “Tarik terus Pak” ... ketika melewati pos retribusi Taman wisata Kaliurang kita dibebaskan karena mereka kenal semua dengan pak Wahyu, “Lumayan mas ngirit 8.000 untuk 2 orng dan sepeda motor kata si bapak.


Telaga Putih, Kaliurang, Jogja ....

Sempet ngelewati hotel Eden 1 (ternyata sudah full booked) karena dibook oleh komunitas Toyota yang sedang melaksanakan kegiatan Touring di Kaliurang. Kita terus Naik, 300 meter sebelum Tempat wisata Telaga Putih, kami berhenti karena telah sampai dirumah Pak Totok, pada awalnya beliau Pangling dengan saya, setelah saya jelaskan asal saya, terus cerita kalau kita pernah jalan bareng muter2 Gunung Merapi beliau baru inget ... “Oawalah Nak Adji yang dari Undip, dari semarang yang dulu badannya kecil tapi kayak kebo, kagak punya capek, naik gunung bukannya ke arah puncak malah pengennya nyasar-nyasar” (Hadeuhhhh ‘yang diinget kebonya”) monggo masuk masih ada 3 paviliun yang kosong, monggio milih sendiri yang mana, pilihan jatuh di pav yang deket jalan raya.

Setelah menaruh Ransel saya dipanggil Pak Totok untuk ngupi bareng, dirumah beliau, selanjutnya cerita ngalor ngidul tentang kegiatan masing-masing ”kemudian beliau bertanya ada keperluan apa Mas Adji kesini” mau tetirah aja Pak”, Oh monggo, lagi suntuk njeh, Inggih Pak penat dengan urusan kerjaan dan kegiatan sehari-hari, pengen ngolah roso ting mriki” rencananipun badhe sowan wonten giryonipun Mbah Maridjan”. Oh monggo sekecakaken kemawon" sahut Pak Totok.

“Pukul 12 kurang seperempat, tau-tau pintu diketuk sama seseorang ditemeni oleh Pak Totok, “Mas Mau main ke rumah Mbah Maridjan”, Inggih Pak, monggo derek kulo” kata si bapak yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Pak Tugiran, Pak Tugiran ternyata adalah salah satu koordinator pengawas Merapi dari Daerah Telogo Putih “beliau termasuk ring nya Mas Asih (Mas Asih adalah Juru Kunci/Kuncen Gunung merapi yang baru, beliau adalah satu-satunya anak dari Alhm. Mbah Maridjan) “kebeneran saya mau sowan kesana mau koordinasi untuk acara malam senin dan hari senin, “emang ada acara apa Pak? Tanya saya, “besok malam senin akan ada acara nanggap wayang dibekas rumahnya Mbah Mardijan dan hari Senin rencananya akan ada Labuhan Sesaji ke puncak Gunung Merapi’” begitu kata Pak Tugiran.

Jam 12 pas kami berjalan ke Kinah Rejo, (Kinah rejo adalah Desa tempat tinggalnya Mbah Maridjan) dari penginapan turun kebawah kemudian belok kiri mengikuti jalan raya yang menuju ke rumah Mbah Mardijan, melewati desa Umbul harjo, Brebah dan akhirnya sampai di bekas kediaman Mbah Maridjan yang tinggal puing-dibiarkan dan diabadikan sebagai “tempat untuk mengenang peristiwa erupsi Gunung Merapi tahun 2010”. Perjalan itu ditempuh dengan jalan kaki tidak menggunakan kendaraan bermotor,  “dalam hati batin, di tes nih ceritanya  sama Pak Tugiran” karena sebenarnya kita banyak melewati jalan beraspal. Ada suatu peristiwa bikin nggak percaya dan merinding bulu kuduk, ketika perjalanan sampai di desa Umbul Harjo naik kearah brebah yang disamping kiri kita jurang yang dalam  saya merasa dikitari kabut yang tebal dan bergerak searah dengan kita, bikin bulu kuduk meremang karena dalam sorot senter yang saya arahkan ke kabut tersebut, kelihatan kabut seperti berjalan dan bergerak memutari badan saya, dan terasa ada rasa damai yang menyimuti batin, (Fatamorgana atau apa ya?) ketika saya lirik Pak tugiran beliau hanya tersenyum, sambil berucap, “sudah gak usah dipikirin jalan terus keatas” (karena saya merasa kayak diputeri kabut tersebut).

























Setelah melewati Desa Brebah (Desa Brebah adalah terminal bayangan yang dipakai untuk parkir mobil para pengunjung yang akan berwisata disekitar rumah Mbah Maridjan, dan biasanya pada Pagi hari sampai sore, disitu juga menjadi Home Base Paket Wisata lava Gunung Merapi yang menggunakan Jeep dan Motor Trail (Jeep wilis dan Hardtop). Kami berjalan nanjak keatas sebelum bertemu pertigaan kekanan yang menuju ke rumah Mbah Maridjan. Suasana Magis berasa diiringi tiupan angin keras, kabut tebal dan tetes embun. Sampailah kami dirumah Mbah Maridjan (sebenarnya lebih pantas disebut puing-puing rumah Mbah Maridjan). Disitu telah kumpul para kerabat Mbah Mardijan dan terlihat Mas Asih sibuk, dan kemudian beliau pamit mau mengecek persiapan acara esok malam dan lusanya.




Kinah Rejo, Jogja 09 Juni 2013 .....
























Perjalalan kaki yang kami lakukan tanpa terasa hampir 2 jam dari Telaga Putih ke Rumah Mbah Mardijan di Kinah Rejo. Kemudian setelah bersalaman dengan para kerabat Mbah Maridjan oleh Pak Tugiran saya diajak naik keatas, “mas Ikut keatas Yuk”, ke Pos 4, karena pos itu nanti pada saat acara saya harus jaga disono (Pos empat adalah rute terakhir, atau rute pendakian kepuncak Merapi yang paling akhir sejak rute itu putus) dalam dinginnya cuaca dan gelapnya kabut kami berjalan kearah Pos 4, perasaan yang sama menyelimuti saya ketika menembus gulungan kabut. Lagi-lagi Pak Tugiran hanya senyum. Hampir 1 jam lebih kami berjalan, dan dengan mulut komat kamit Pak Tugiran memegang tangan saya, hayuk mas balik sudah sampai sini aja, padahal pos 4 belum sampai, “kenapa Pak?” sudah Jalan turun aja. Hayuk.

Kami kembali sampai di tempat Mbah Maridjan, “Sana Mas kalau mau sholat malam sambil nunggu subuh ngolah roso sampeyan, wiridan atau berdoa monggo ” saya tak koordinasi dengan temen-temen yang lain dulu yak nanti kalau sudah selesai tunggu saya. (Iya Pak saya tunggu, ditempat yang begini sendirian jalan turun, nggak banget, dengan keadaan yang sering merasa bulu kuduk meremang).

Jam 05.30, nongol Pak Tugiran sambil senyum kelihatan gigi ompongnya sebagian, hayuk pulang, pada saat siap-siap pulang nggak beberapa lama saya dipanggil oleh seseorang (kerabat Mbah Maridjan) ditawari Madu Tawon Hutan Merapi, Madu yang lumayan susah nyarinya, tanpa banyak tanya langsung saya ambil dan sebagai gantinya saya beri beliau uang sepantasnya, dan saya kemudian terus diajak kedalam tempat beliau ditawari mencoba biang Minuman Jahe “yang bentuknya seperti permen, terasa hangat didada ketika mengulumnya, dan ternyata para kerabat Mbah Maridjan punya Bisnis yang dikoordinasi oleh Mas Asih ‘membuat minuman jahe yang sudah dalam bentuk kristal. Saya membeli beberapa bungkus, dibungkusnya tertulis “Minuman Jahe Gunung Merapi”.

Jam 7 pagi kami turun balik ke penginapan sambil jalan santai, Pak Tugiran dan saya berjalan sambil kadang kadang mengambil gambar pemandangan dan guyonan, setelah semalaman banyak diam berdua. Banyak kejadian lucu, dan kadang timbul keisengan saya ngerjain Pak Tugiran, kalau inget pengalaman semalam dikerjain Pak Tugiran dengan hal-hal yang diluar nalar, ada hal yang lucu pada saat Pak Tugiran saya minta tolong untuk memotret saya, dengan menggunakan kamera HP touch screen, dalam proses motretnya sering kesalahan mencet, sehingga banyak momen yang kelewat, dan lucunya sering berulang-ulang dia salah pencet, yang tadi nya saya sendiri nggak tau kalau dia salah pencet, tiba-tiba dia ngekek sendiri memamerkan gigi ompongnya terkekeh-kekeh, bikin sakit perut nahan senyum lihat gaya Pak Tugiran, dan konyolnya ketika motret sengaja bergaya dengan hebohnya sendiri. (hadeuh!!! Miss that moment dengan Pak Giran). Sehingga perjalanan ditempuh jadi hampir 3 jam lebih  lamanya jalan kaki, dan dengan cueknya banyak orang nawarin boncengin kita kita tolak berdua.

Di desa Kinah Rejo saya sempet bermain dengan seorang anak perempuan namanya Aisyah (Nama yang luar biasa) yang berumur 5 tahun, terlihat sangat Pe-de dengan lingkungan sekelilingnya serta sangat usil bin mbedig, saya sempet berkenalan dan main pingsut (suit) dengan dia, mengitung angka. Ada cerita yang menyesakan dada tentang Aisyah, Bapaknya meninggal didesa ini saat peristiwa Erupsi Merapi terjadi, pada saat kejadian Aisyah dibawa lari turun oleh kakaknya (perempuan juga) pontang-panting dan sempet keseret-seret kakinya mengejar kendaraan evakuasi untuk menghindari lava dan wedus gembel yang melewati desa dia, dan Bapak Aisyah tidak tertolong karena pada sat kejadian beliau masih dirumah. Karakter Pede Dan usil dia dia dapat selama di pengungsian di Maguwo, dia diasuh oleh banyak orang, sekarang Aisyah tinggal dengan Nenek, Kakek dan Kakaknya.


Telaga Putih, Jogja 09 Juni 2013 .........

Sampai dipenginepan Pak Totok, cuaca tiba-tiba berubah jadi gelap dan mendung, “Pak Tugiran masih dengan gaya kocaknya pamit pulang istirahat nyiapin tenaga buat nanti malam kata dia.” Harusnya nginep lagi 1 malam mas, ikut acara labuhan besok pagi dan kita nonton wayang nanti malam.  Sayang Mas Adji harus balik hari ini ....
Hujan turun dengan derasnya sampai jam 1 siang hujan masih lebat, “de Ja vu” datang disambut hujan turun diantar hujan”. Ketika celingukan mencari ojeg yang mungkin bisa mengantar turun, tiba-tiba  ada Mas Dion (Mas Dion pemilik Restoran “oriental” di Telaga Putih, nasi Goreng sea foodnya recommended dan sempet nyoba makan serta ngobrol dengan Mas Dion pada saat nyari makan malam, beliau asalnya dari Surabaya menikah dengan penduduk Telaga Putih) memanggil saya menawari ikut turun dengan dia karena dia akan belanja buat warung makannya. Dengan menggunakan Mitsubishi Lancer keluaran tahun 1992.


Kenthungan, Jogja 09 Juni 2013 .............

Dengan diiringi hujan lebat kami turun ke arah kenthungan, membatalkan niat mampir di Rumah Makan "Mbah Carik" yang terkenal dengan Gemblongnya (Next Trip, bakal mampir) “sambil iseng-iseng nyetel lagu “Home sweet home” dari Hp yang dispeaker phone, dan ternyata mas Dion juga suka lagu itu, sepanjang jalan hanya lagu itu yang terus kami putar dan sepanjang jalan kami jejeritan menyanyikan lagu “Home Sweet Home” nya Motley Crue.

“You know I’m a dreamer
But my heart’s of gold
I had to run away high
So wouldn’t come home low
Just when things went right
It doesn’t mean they were always wrong
Just take this song, and you’ll never feel left all alone

Take me to your heart
Feel me in your bones
Just one more night
And I’m coming off this
Long & winding road

I’m on my way ... I’m on my way ...
Home sweet home ....
Tonight, tonight,...
I’m on my way ,... I’m on my way ...”
Too many romantic dreams
Up in lights, fallin' off
The silver screen

My heart's like an open book
For the whole world to read
Sometimes nothing
Keeps me together
At the seams

I'm on my way .....I'm on my way.....
Home sweet home...
Tonight.... tonight....
I'm on my way
Just set me free
Home sweet home...

Home sweet home...Home sweet home...Home sweet home...
 I'm on my way .... I'm on my way....Home sweet home...

Yeah!
 I'm on my way....
Just set me free
Home sweet home...


Tonight, tonight ... I’m on my way ... I’m on my way ... gerak langkah serasa ringan ketika turun dari Lancer nya Mas Dion di Apotik Parahita Kenthungan, jabat tangan, salam serta pesan “jangan lupa main lagi kesini kalau ada waktu” ...  menjadi penghantar keinginan untuk pulang balik ke rumah yang begitu menggeloranya dalam dada ...
(Perjalanan Baru dapat teman baru dan saudara baru, sungguh salut atas keramahan dan terbukanya orang Jogja, serta Budaya Adi luhungnya)


Jombor, Sleman, Jogja, 09 Juni 2013 14.30  ............
Saatnya pulang, terminal jombor Sleman tau-tau sudah didepan mata, setelah diantar oleh Ojeg yang mangkal di Apotik Parahita Kenthungan ... “I’m on my way .... I’m on my way ... home sweet home” masih lamat-lamat terdengar dalam hati ....

Jakarta, 07 Juni 2013 , 22.00....