"Now I see the secret
of making the best person :
it is to grow in the open air,
and to eat and sleep with the earth."
(Walt Whitman)
Banyak orang mungkin menganggap bahwa kegiatan di alam bebas terutama
mendaki gunung sering diidentikan dengan kegiatan "heroik, atau kegiatannya orang nekat".
Bahkan dianggap sebagai olahraga yang menyerempet bahaya, dan banyak orang sering khawatir
saat anggota keluarganya melakukan kegiatan mendaki gunung, atau bahkan ada
yang menganggap mendaki gunung adalah ; tindakan yang bodoh, sia-sia, mencari masalah, atau dianggap orang gila, serta
suka mencari kematian, bahkan ada sebagian orang yang menganggap dan meyetempel bahwa pendaki gunung
adalah kumpulan orang nekat, atau suka bikin repot orang banyak kalau pas lagi
hilang digunung, dan masih banyak sebutan minor lainnya, yang ditujukan oleh
orang awam yang tidak mengenal atau belum mengerti akan tujuan naik gunung.
Namun bagi mereka yang sering melakukan atau pernah sekali saja mengikuti
kegiatan mendaki gunung akan berpikiran lain, bahkan banyak kejadian jika sudah pernah sekali merasakan pengalaman melakukan pendakian gunung akan punya
keingian untuk mengulang dan terus mengulang, ada yang sampai tuapun masih
tetap melakukan aktivitas di alam bebas ataupun pendakian, dan menjadi suatu
kenangan indah yang tak akan pernah mereka lupakan yang dapat mereka ceritakan
pada anak dan cucu mereka. Kalau ditelaah lebih jauh, mengacu pada tulisan Walt
Whitman diatas ataupun tulisan dari Bapak Palang Merah Dunia, Hendry Dunnant, Bahwa :
“Tidak akan hilang pemimpin suatu bangsa jika pemudanya masih ada yang suka masuk hutan, berpetualang di alam bebas dan mendaki gunung.”
“Tidak akan hilang pemimpin suatu bangsa jika pemudanya masih ada yang suka masuk hutan, berpetualang di alam bebas dan mendaki gunung.”
Dari sini bisa kita tarik garis yang dapat memberikan penjelasan dan pemahaman
tentang hal tersebut. Bahwa mendaki gunung adalah suatu proses yang panjang dan
melelahkan menguras tenaga dan membutuhkan persiapan yang matang, latihan yang
teratur, displin yang tinggi, kesabaran yang sangat lumayan, dan membutuhkan
tekad yang kuat serta semangat yang tidak pantang menyerah ketika dihadapkan
pada kesukaran dan medan yang terjal kadang naik turun, serta berliku-liku
serasa tidak ada ujungya saat perjalanan sampai dipertengahan, didalamnya banyak
hikmah yang bisa dipetik dari kegiatan naik gunung andai kita mau dan mampu
menjadikan pengalaman naik gunung sebagai pelajaran untuk pembentukan karakter. Bahwa pelajaran hidup tidak hanya didapat dari jalur formal, dan seringnya kita sudah dari kecil hanya dicekoki kaedah-kaedah formal (mementingkan IQ) dan selalu menjadi insan untuk bermain sebagai seorang safety player dalam menjalani hidup dengan tinggal dan berkutat di rumah, belajar sekolah, lulus sekolah, kerja, menikah dan punya anak serta cucu, banyak hal yang diajarkan dan ditanamkan dalam diri kita dari usia dini hanya tentang nilai-nilai bahwa sebuah keberhasilan diukur dari disekolah yang pintar mendapat nilai yang tinggi, kerja yang mapan dan lain lain. begitu mereka dihadapkan kepada permasalahan dalam kehidupannya akan sangat kebingungan karena selama ini mereka tidak pernah mengenal dan memperaktekkan nilai-nilai diri, prinsip hidup dan karakter, yang tidak didapatkan dalam jalur formal, kecuali dari cerita-cerita orang atau di buku-buku, akan sangat berbeda jika pengalaman hidup itu kita dapat langsung dalam proses kehidupan kita.
Salah satunya melalui kegiatan mendaki gunung sebagai salah satu bagian dari kegiatan kepecinta-alaman, yang boleh dikata dalam berkegiatan di alam merupakan laboratorium mini kehidupan, bukan hanya IQ nya saja tetapi ESQ nya juga terlatih dalam proses secara alami saat berkegiatan di alam. Banyak dari jebolan Pendaki Gunung ataupun Pencinta Alam memiliki jiwa tegas, lebih tenang dalam mensikapi sesuatu atau saat dihadapkan masalah, bahkan sering kali sangat idealis dalam memandang masalah dan kehidupan, sering memegang nilai-nilai diri, tidak akan mengambil hak kalau bukan haknya, memegang komitmen dan bertanggung jawab atas semua tindakannya, tidak mendendam, menerima setiap keadaan jika usaha dan perjuangannya gagal, namun tidak akan menyerah selama masih dalam koridor etika dan nilai-nilai hidup (pranata, budaya, dan agama) sampai dirinya sendiri ataupun Tuhan bilang untuk berhenti, setiap langkahnya selalu didasarkan norma-norma dan prinsip kehidupan yang diajarkan oleh alam. Ada hal yang mungkin kadang orang yang tidak kenal dengan etos dan semangat pantang menyerahnya seorang pecinta alam, sering kali dianggap tukang ngeyel, terlalu idealis atau lebih parahnya di bilang nekat ketika dihadapkan pada suatu masalah atau keadaan, padahal sejatinya mereka pantang menyerah tetapi tidak akan meninggalkan nilai-nilai dan norma kehidupan, dan dapat megukur serta sadar diri.
Salah satunya melalui kegiatan mendaki gunung sebagai salah satu bagian dari kegiatan kepecinta-alaman, yang boleh dikata dalam berkegiatan di alam merupakan laboratorium mini kehidupan, bukan hanya IQ nya saja tetapi ESQ nya juga terlatih dalam proses secara alami saat berkegiatan di alam. Banyak dari jebolan Pendaki Gunung ataupun Pencinta Alam memiliki jiwa tegas, lebih tenang dalam mensikapi sesuatu atau saat dihadapkan masalah, bahkan sering kali sangat idealis dalam memandang masalah dan kehidupan, sering memegang nilai-nilai diri, tidak akan mengambil hak kalau bukan haknya, memegang komitmen dan bertanggung jawab atas semua tindakannya, tidak mendendam, menerima setiap keadaan jika usaha dan perjuangannya gagal, namun tidak akan menyerah selama masih dalam koridor etika dan nilai-nilai hidup (pranata, budaya, dan agama) sampai dirinya sendiri ataupun Tuhan bilang untuk berhenti, setiap langkahnya selalu didasarkan norma-norma dan prinsip kehidupan yang diajarkan oleh alam. Ada hal yang mungkin kadang orang yang tidak kenal dengan etos dan semangat pantang menyerahnya seorang pecinta alam, sering kali dianggap tukang ngeyel, terlalu idealis atau lebih parahnya di bilang nekat ketika dihadapkan pada suatu masalah atau keadaan, padahal sejatinya mereka pantang menyerah tetapi tidak akan meninggalkan nilai-nilai dan norma kehidupan, dan dapat megukur serta sadar diri.
Seperti kegiatan di alam bebas lainnya,
sejatinya, mendaki gunung bagaikan sedang menjalani kehidupan sehari hari, dimana dalam
pendakian gunung terdapat banyak bahan pengajaran pendidikan karakter yang
pastinya dibutuhkan seseorang dalam menjalani hidupnya. "karakter" di sini maksudnya adalah bagaimana
seseorang menampilkan kebiasaan positif dalam menyikapi segala kejadian yang
dihadapinya dalam kehidupan. Kebiasaan positif itu tentunya dapat dipelajari dan
perlu dibangun/dilatih, salah satunya melalui kegiatan mendaki gunung, dalam
mendaki gunung seseorang dapat membangun karakter positif dirinya dengan
alamiah.
Namun
juga tidak dapat disalahkan kalau selama ini orang beranggapan seperti itu,
karena dengan banyaknya kejadian dalam pendakian gunung yang akhiri-akhir ini
merenggut korban jiwa. Apalagi sekarang ini ditengah maraknya media televisi
ataupun media cetak yang menayangkan bermacam-macam acara kegiatan di alam
bebas yang berisi tentang keindahan alam, mengundang minat orang untuk merasakan dan melakukan, sehingga dengan
mudah sekarang ini orang secara instan dapat melakukan pendakian gunung, tanpa
persiapan matang dan tanpa melakukan latihan ataupun mengikuti pendidikan terlebih
dahulu, sehingga kurang pembekalan dan persiapan, baik fisik maupun
pengetahuan.
Seseorang atau seorang Pencinta Alam dalam melakukan
Pendakian Gunung membutuhkan persiapan yang matang dan pelatihan yang terus
menerus, yang tidak didapatkan secara instan berdasarkan resiko yang dihadapi
saat menjalankan aktivitasnya, sehingga dibutuhkan penguasaan keahlian dan
pegetahuan yang harus dilatih terus menerus (sehingga di Komunitas Pecinta Alam
ada ritual pemberian syal yang disematkan diatas pundak dan melingkar dileher
mereka, hal ini untuk menunjukkan bahwa mereka telah melalui pendidikan dan
pelatihan yang terus menerus dan memiliki bekal kemampuan utuk melakukan
aktivitas di alam bebas), dan tanpa disadari dalam proses belajar untuk menjadi
seorang Pecinta alam yang melewati banyak pelatihan ternyata banyak manfaat dan pelajaran
yang dapat kita petik dibalik itu semua, secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut
:
Mendaki Gunung adalah kegiatan yang membutuhkan persiapan matang. Persiapan
perjalanan pendakian akan melatih seseorang "Terbiasa untuk tidak gegabah dan selalu penuh perhitungan" di setiap langkahnya. Dua hal ini pasti juga
dibutuhkan dalam menjalani petualangan kehidupan sehari hari. Dengan melakukan
perencanaan, seseorang juga belajar bertanggung jawab atas segala aktivitas
yang akan dilakukannya
Banyak
yang tidak menyadari bahwa mendaki gunung bukanlah kegiatan impulsif (kegiatan
sesaat, seperti orang yang sedang berwisata) karena kegiatan ini mengharuskan
seseorang melakukan persiapan dengan baik. Seseorang ataupun kelompok yang
hendak melakukan aktivitas ini sebenarnya telah belajar banyak hal positif,
bahkan sejak persiapan awal dilakukan. Persiapan itu diantaranya meliputi penentuan
tujuan, merancang target perjalanan, mencari tahu support
system yang ada (misalnya rumah sakit
terdekat, pengetahuan tentang P3K atau personel
yang menjadi FRM = First Response Medical atau paling tidak, ada menguasai tentang P3K, siapa yang menjadi personel yang akan turun
untuk mencari bantuan, jalur/rute mobilisasi, lokasi kantor polisi ataupun
penjaga hutan, sehingga pada saat terjadi kecelakaan, sudah tahu tindakan apa
yang harus dilakukan), mempelajari karakteristik gunung atau tempat yang
dituju, hambatan, kesukaran atau kemungkinan bahaya yang mengancam, membuat
persiapan rencana antisipasi (baik untuk pribadi ataupun rombongan), mempelajari
tips dan penanganan darurat, atau membuat daftar peralatan dan perbekalan yang
dibutuhkan untuk mendaki. Semua itu harus dipersiapkan matang,
dengan tujuan mengutamakan keamanan atau safety.
Mendaki Gunung "Menanamkan rasa cinta terhadap alam dan lingkungannya serta Tanah Air". Rasa cinta pada alam tidak bisa tumbuh hanya dengan melihat brosur perjalanan wisata atau menonton televisi, namun dengan berkegiatan langsung di alam diharapkan akan timbul rasa cinta pada lingkungan, sesama dan Tanah Air, seperti yang pernah disampaikan oleh Soe Hok Gie, waktu ada yang mempertanyakan kepada dirinya kenapa dia suka naik gunung, dia menjawab dengan kata-kata, bahwa :
"Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan, Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan, mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat".
Masih tercetak jelas didalam ingatan, setiap melakukan pendakian begitu sampai puncak gunung, mencium Bendera Merah Putih dan melakukan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih di Puncak, merasakan momen yang sangat luar biasa akan rasa Cinta terhadapTanah Air kita Indonesia dan rasa bersyukur bahwa hidup di Negara yang di anugerahi keindahan alam dan keaneka-ragaman alam dan budaya yang sangat luar biasa, disamping itu ada pengalaman yang tidak bisa saya lupakan, dalam melakukan pendakian di gunung, ketika melihat disepanjang jalur pendakian, banyak sampah berserakan (apalagi saat musim pendakian dan liburan sekolah), pada saat itu dengan beberapa teman yang baru kenal di gunung, ketika berdiskusi di puncak saat akan turun untuk melakukan bersih gunung, tanpa di komando semua orang yang ada di situ mengiyakan, tanpa merasa diperintah ataupun disuruh mereka melakukannya dengan menggunakan kantong plastik yang ada di tas mereka masing-masing bahkan ada yang menggunakan tas ransel mereka untuk mengangkut sampah turun dan sepanjang perjalanan turun ketika kita sampaikan kepada rombongan lain yang ditemui disepanjang perjalanan turun, mereka mengiyakan dan berpartisipasi tanpa banyak tanya, komentar ataupun komplain (coba kalau hal tersebut kita lakukan di jalanan ditengah kota, mungkin ada beberapa orang yang mau, ada yang ogah-ogahan, atau bahkan mencibir dan dianggap aneh, hal ini dulu sering saya lakukan saat bekerja di Jakarta beberapa tahun yang lalu memunguti sampah yang berserakan dipinggir jalan didepan kantor, saat pulang kantor atau disekitar komplek tempat tinggal, ada beberapa orang yang menganggap aneh, menertawakan, mencibir bahkann ada yang bilang kurang kerjaan).
Seseorang
Pencinta alam (Pendaki Gunung) akan dilatih untuk menjadi seseorang yang penuh
cinta pada lingkungannya, pada sesama dan Rasa Cinta dan bangga pada Tanah Air, akan selalu terasah untuk bertanggung jawab pada dunia, paling
tidak pada lingkungan di sekitarnya. Tidak membuang sampah sembarangan atau
merusak ekosistem yang ada, bertoleransi dan saling menghargai, menumbuhkan jiwa untuk saling tolong menolong dengan sesama, menjadi pelajaran paling sederhana namun sangat
penting yang bisa didapat melalui aktivitas naik gunung.
Mendaki gunung adalah pelajaran tentang "Disiplin, memegang komitmen, bertanggung jawab, tidah mudah putus asa, serta berani mengambil keputusan dengan
tepat, memiliki prinsip hidup, dan siap menerima resiko atas semua tindakan yag dilakukan serta melatih dan menumbuhkan jiwa leadership". Karena, ketika melakukan pendakian, seseorang dihadapkan pada banyak
tantangan, medan perjalanan sudah pasti menanjak, tidak rata, dan pastinya
menguras tenaga. Jalur pendakian kerap tidak begitu jelas, dan banyak sekali
ditemukan persimpangan. Sering kali jurang terbentang di kiri atau kanan jalan
setapak, yang kadang dapat menghentikan rencana perjalanan, belum lagi udara
dingin menggigit, sementara oksigen yang kian tipis membuat napas menjadi lebih
berat dan tersengal. Untuk itulah, seseorang yang mendaki gunung diharuskan
membawa perlengkapan maksimal dalam sebuah tas ransel. Artinya, butuh
perjuangan keras untuk melakukan pendakian dengan beban yang dipikulnya untuk
mencapai tujuan; yaitu puncak gunung. Disini, kita
belajar displin dan pengorganisasian yang jelas disamping perencanaan yang
matang, dalam perjalanan harus ada seorang pimpinan perjalanan, yang akan
mengarahkan selama perjalanan, mengatur irama pendakian, mengontrol peserta
pendakian, dibutuhkan orang yang memiliki leadership, karakter yang kuat,
visioner, dan memiliki perhitungan yang matang dan pengalaman tentang jalur
pendakian.
Contoh latihan disiplin yang sederhana saat melakukan pendakian adalah ketika beristirahat, sangat dianjurkan seseorang untuk mengambil jaket untuk memelihara panas tubuh yang ada. Sebab, sering kali, panas tubuh perlahan menghilang berganti dengan rasa dingin menggigit. Rasa lelah sering kali membuat seseorang malas untuk bergerak membuka tas untuk mengambil dan kemudian mengenakan jaket. Nah, di sinilah seseorang belajar untuk disiplin mengelola rasa malas dan bergerak meraih ranselnya, mengeluarkan jaket, dan mengenakannya. Sebab, dengan mengabaikan disiplin, tujuan tak akan didapat, dan sesuatu yang tidak diharapkan dapat terjadi. Dalam kehidupan keseharian, banyak kejadian tidak mengenakan terjadi hanya karena kita tidak berhasil disiplin. Kita kerap enggan mengalahkan rasa malas yang ada. Bahkan, seseorang sering kali memiliki banyak ketakutan ataupun kekhawatiran dalam dirinya sebelum melakukan sesuatu yang menjadi tujuannya.
Dari sini, bisa disimpulkan, bahwa aktivitas mendaki gunung memungkinkan seseorang mengalami rasa takut dan cemas akan kondisi yang timbul di lapangan. Namun, pengalaman mendaki lambat laun memberikan kesempatan pada seseorang untuk mengelola rasa takut dan kekhawatiran yang timbul dengan melakukan tindakan yang diperlukan.
Di Gunung
adalah "Tempat belajar yang baik untuk kita, mengasah pribadi dan menemukan
hakekat diri”. Orang-orang yang memiliki tujuan seperti inilah orang yang mampu
berguru pada alam, di gunung juga dapat memberi gambaran tentang kepribadian dan karakter aslinya orang,
Melalui kegiatan mendaki gunung, kita akan mampu mengenali pribadi dan karakter asli teman yang
sebenarnya. Sebab, ketika kita mendaki gunung, beberapa karakter pribadi orang
yang sebenarnya akan nampak karena situasi yang sedang dihadapi. Misalnya:
Kelelahan, kedinginan, kehabisan bekal makanan atau air, terjebak badai,
tersesat, mengalami musibah kecelakaan, ada teman yang sakit, atau bahkan
karena gagal sampai ke puncak. Ada yang jujur/tidak jujur, ada yang setia
kawan/ tidak setia kawan, ada yang egois/tidak egois, ada yang teliti/ceroboh,
ada yang sombong/rendah diri, dll. Karena itu dengan kegiatan mendaki gunung,
kita akan bisa lebih mengenal karakter pribadi seseorang yang sebenarnya.
Banyak pelajaran yang didapat dalam mendaki gunung, bahwa semakin banyak kita
mendaki gunung, semakin mengasah empati, saling menghormati, kebersamaan, tidak egois, tidak sombong, mudah bergaul dan
bersosialisasi, perduli dengan sesama dan lingkungan, bertoleransi, setia kawan,
tolong menolong, bekerja-sama, selalu berhati-hati, memperhitungkan resiko, teguh dengan prinsip yang berdasarkan norma-norma hidup, tidak
mudah menyerah, bertanggung jawab dll.
Dalam pengalaman saya
melakukan pendakian, banyak pelajaran hidup yang yang tidak didapat dibangku
sekolah, ada salah satu pengalaman yang tidak terlupakan yang berhubungan
dengan melihat karakter pribadi teman-teman dalam melakukan pendakian, salah
satu pengalaman adalah saat berlaku sombong sengaja menyasarkan diri digunung, saat
mendaki dengan beberapa orang yang baru saya kenal di desa terakhir, kemudian
sepakat kami ber 5 untuk mendaki bersama, ditengah perjalanan ada salah seorang
dari mereka yang sangat dominan (udah gede badannya, mukanya gahar, suaranya
bangor, kelihatan paling tua), membujuk dan memaksa kelompok untuk membuka
jalur baru, dengan terpaksa akhir kita mengikuti dia, keluar dari jalur
pendakian normal, mengambil jalan menyusuri pinggiran jurang, bukannya mengikuti
jalur normal yang mengikuti punggungan gunung, hanya karena ada ambisi dan
keinginan pengen membuat jalur baru atas nama dia dan teman-teman, berjalannya
waktu yang kita hadapi adalah jalur yang masih asing, medan yang terjal, masih harus
menghadapi semak belukar dan tanaman yang masih sangat rapat, dimana seharian
jalan baru seperempat jalan ditempuh, ditengah perjalanan dihadang hujan badai,
makanan mulai menipis, tenaga mulai habis, dan ujung-ujungnya ketemu jalur
buntu, pas dibawah antara pertemuan dua punggungan gunung, dengan tebing yang
terjal menghadang yang tidak mungkin didaki dengan tangan biasa, akhirnya kami berhenti
dan berdiskusi tindakan apa yang harus diambil, disitulah masalah mulai timbul
mereka berempat orang yang berteman, saling beradu argumen dan saling menyalahkan
satu sama lain, saling menunjukkan egonya masing-masing, saling memaki dan
hampir beradu fisik, saya memilih untuk diam dikejauhan (sifat botol karbolnya
keluar), lebih baik diam dari pada ikut ribut, akhirnya rombongan terpecah
menjadi dua, ada yang pengen balik ada yang pengen terus dengan memutari
punggungan gunung, saya memilih kelompok yang balik untuk turun, karena kondisi
yang sudah tidak memungkinkan, sudah begitu sisa perbekalan kelompok yang akan turun diminta separoh untuk kelompok yang meneruskan, berjalannya waktu, kami yang
turun sampai dibawah dan menunggu kelompok yang terus melanjutkan perjalanan, namun sampai di hari ketiga mereka tidak turun-turun, sehingga kami memutuskan untuk lapor dan berkoordinasi dengan pak kadus
dan warga setempat untuk melakukan pencarian, ditengah persiapan pencarian,
kami dikagetkan dengan datangnya teman kami tersebut dari bawah diantar oleh
motor, selidik punya selidik, mereka bukannya sampai puncak tapi kesasar dan
ditemukan penduduk desa dari jalur pendakian yang lain dalam kondisi kepayahan
dan keletihan diladang penduduk. Hampir semua penduduk yang ada di situ dan Pak
Kadus memarahi mereka, bahkan sempat diinterogasi oleh polisi yang ikut datang.
Ada pelajaran yang
bisa saya petik, bahwa saat melakukan pendakian harus sesuai dan berdisiplin
dengan rencana yang telah ditetapkan, bahwa dalam melakukan pendakian tidak
boleh sombong dan egois yang justru akan membahayakan keselamatan diri sendiri,
kelompok atau teman, harus mampu mengukur kekuatan diri, dan jangan melakukan
pendakian tanpa persiapan dan perencanaan.
Ada Satu lagi
pengalaman yang kalau ingat selalu bikin ketawa sendiri sampai sekarang buat
saya dan teman yang mengalaminya, suatu ketika saat pulang dari kuliah, dipanggil
oleh salah satu teman yang sedang nongkrong dipinggir jalan (seorang preman
yang dulu sangat ditakuti oleh banyak orang),
setelah ngobrol ngalor ngidul, dia memanggil beberapa teman yang lain untuk
bergabung, akhir kata mereka tertarik untuk mencoba mendaki (karena beberapa
kali pas saya berangkat mau jalan naik gunung mereka pernah ketemu dan bertanya-tanya)
dan meminta saya untuk mau menemani dan jadi petunjuk jalan buat mereka,
melihat kesungguhan dan antusias mereka, dan meminta saya mengajari dasar-dasar
yang harus dilakukan untuk melakukan pendakian, hampir selama satu bulan setiap
hari saya sempatkan mampir di tempat tongkrongan mereka, dan kadang malam-malam
saya samperin mereka untuk mengajarkan beberapa hal-hal dasar tentang pendakian
dan meminta mereka mempersiapkan beberapa peralatan standar dari aktivitas
pendakian, mempersiapkan fisik mereka dengan mengajak mereka, lari setiap sore,
serta berlatih fisik dan bermain basket dilapangan basket dengan anak-anak
komplek lainnya, seminggu 3 kali, di salah satu kampus Universitas swasta yang ada di
daerah kaligawe, Semarang, yang kebeneran lapangan basketnya satu komplek dengan base camp salah satu
organisasi pencinta alam dikampus tersebut yang beberapa personelnya saya kenal,
singkat kata akhirnya kami berangkat naik gunung bareng, ditengah perjalanan
ada salah satu dari mereka meminta ijin untuk istirahat lebih lama karena
kecapaian dan staminanya kedodoran, dengan pertimbangan sisa jalur pendakian
sudah jelas dan tidak ada lagi percabangan jalur, makanya saya ijin dia untuk
tinggal. Sisanya yang lain ikut saya melanjutkan perjalanan, setelah jalan
hampir setengah jam kami berjalan, lamat-lamat kami mendengar teriakan orang ketakutan dari
bawah yang makin lama makin jelas terdengar, dari kejauhan terlihat orang yang lari
tergopoh-gopoh memanggil-manggil nama kami seperti orang yang sangat ketakutan,
semakin mendekat, sambil nafasnya ngos-ngosan, dia bercerita kalau pas ditinggal
sendirian dibawah antara tidur dan tidak dia didatangi seorang perempuan cantik
yang tahu-tahu nongol didepan matanya sampai dia bangun dan berdiri antara percaya dan tidak, masih terlihat itu
perempuan, membuat dia lari tunggang langgang, yang akhirnya disepanjang
perjalanan dijadikan bahan olok-olokan sesama kami, “preman koq takut sama
hantu cantik" (entah benar atau tidak Wallahu a'lam bish-shawab).
Ada hikmah yang
dipetik dari interaksi dengan mereka setelah beberapa kali menemani mereka naik di beberapa gunung, pada akhirnya mereka sadar dan menghargai hidup, pelan pelan
karakter positif mereka tumbuh, pelan-pelan mereka mulai meninggalkan dunia
mereka, dunia mabuk-mabukan, malak dijalanan dan main judi, sehingga akhirnya
mereka sadar mencari kerja yang bener-bener halal, dan sampai sekarang masih
terjalin komunikasi dengan mereka, bahkan ada yang bercerita kalau ada anaknya
yang mulai ikut kegiatan pecinta alam dan naik gunung. Ada pelajaran yang bisa dipetik
ketika kita mau berinteraksi dengan orang yang dipinggirkan oleh masyarakat,
disaat mereka memiliki keinginan yang baik dan didukung serta diarahkan dan
kebetulan dengan dikenalkan pada aktivitas pendakian gunung dan diajarkan
nilai-nilai karakter yang positif, pelan-pelan dapat merubah mereka dari dalam diri mereka sendiri tanpa dipaksa dan menginspirasi mereka menuju
kekebaikan.
Manfaat yang langsung
dapat dirasakan oleh orang yang secara teratur melakukan kegiatan pendakian di gunung (termasuk di dalamnya ada lathan fisik secara teratur untuk persiapan pendakian), adalah "Lebih terjaga kesehatannya", seperti :
- Mengatasi obesitas, mendaki gunung membuat kita menggerakkan seluruh anggota badan sehingga mampu membakar lemak dan olahraga pelawan obesitas,
- Mencegah penyakit jantung, Aktivitas jalan kaki secara teratur dalam hal ini melakukan pendakian dapat mencegah penyakit jantung, menyuguhkan aktivitas berjalan kaki diiringi pemandangan yang indah bisa menjadi pilihan olahraga yang tepat.
- Menurunkan kolesterol, Salah satu cara mudah untuk menurunkan kolesterol ialah dengan berjalan kaki dan hiking atau mendaki gunung selain mengurangi resiko terkena penyakit jantung, juga mampu meningkatkan kolesterol baik, HDL,
- Menurunkan tekanan darah, lakukan hiking atau mendaki gunung selama 30 menit dengan melewati track menanjak, maka dapat menjauhkan dari tekanan darah tinggi,
- Mengurangi stres dan depresi, Olahraga memang terbukti menjauhkan Anda dari stres dan depresi, tidak hanya mengembalikan kebugaran tubuh tetapi juga sebagai ajang rekreasi,
- Mencegah osteoporosis, Hiking atau mendaki gunung bermanfaat untuk meningkatkan kepadatan tulang dan kekuatannya. Salah satu jenis olahraga ekstrem ini pun mampu mencegah hilangnya kalsium dan kemungkinan patah tulang akibat osteoporosis.
- Suguhkan udara segar, hiking atau mendaki gunung menyuguhkan udara segar dan belum tersentuh polusi.
- Gerakan aerobik yang lengkap, Hiking menjadi latihan aerobik dengan gerakan yang lebih lengkap karena semua anggota tubuh ikut bergerak.
- dan beberapa manfaat lainnya yang berhubungan dengan kesehatan.
Dalam aktivitas mendaki gunung kita akan melihat
keindahan ciptaan Allah SWT, dan "Semakin mendekatkan kita kepada Sang Pencipta
Alam Semesta", saat melihat langit disepanjang perjalanan khususnya saat melakukan pendakian
gunung di malam hari, yang akan terlihat bentangan lukisan alam yang megah sekali
dengan bulan dan bintang-bintangnya yang seakan membetot rasa kita disepanjag perjalanan, diringi suara binatang malam yang mengantar langkah kita merambah hutan, padang rumput ataupun lautan pasir dan tumpukan bebatuan, apalagi kalau bertepatan saat bulan purnama atau bulan
bersinar sempurna, sinarnya genit menyapa kita laksana bidadari atau senyum yang merekah dari sang mentari saat pagi menjelang akan terlihat
pesona Matahari terbit saat sunrise di puncak gunung yang penuh kemegahan, apalagi
saat berada dalam dekapan kabut pagi dan semilir hembusan angin, menyaksikan Sang Surya mengawali langkahnya, menggapai kaki langit dan
menyeruak diantara lautan awan yang menghampar sejauh mata memadang diantara semburat sinar matahari dan langit biru yang bertemu diujung cakrawala, hamparan jurang dan ngarai yang menciptakan siluet
dan counter yang sempurna menyapa kita sejauh mata memandang ke segala penjuru
arah mata angin, juga hamparan bunga edelweiss yang bersinar keperak-perakan yang hanya tumbuh disepanjang sisi
puncak gunung, udara yang bersih dan segar, hamparan padang sabana atau rumput yang menghampar seperti
karpet menyambut kedatangan kita, sehingga menyentuh dan memanjakan semua panca indra kita, bahkan sampai masuk kedalam relung hati dan kalbu kita yang
paling dalam yang akan tersimpan sampai sepanjang hayat kita, ketika umur dan
badan sudah tidak memungkinkan melakukan pendakian pun masih terbersit kerinduan akan
pesona ciptaan Allah SWT Yang Maha Sempurna.
Dengan
mendaki gunung, paling tidak kita akan mampu mengetahui dan mengingatkan kita akan kebesaran Sang Maha Besar dan Maha Sempurna, bahwa "Kita tidak ada artinya dibanding Kuasa Nya Sang Maha Segalanya, kita hanyalah ibarat seperti seekor semut yang merayap lamban di tengah luasnya hutan". Kita hanya
mahluk biasa yang tak berdaya jika berada di alam bebas, tidur di tanah, minum
air mentah, berlindung dari dinginnya udara, tak berdaya di tengah kabut atau
tak berkutik jika tersesat dan kehabisan bekal. Itulah kita, manusia yang
sebenarnya, tak berdaya di tengah alam, apalagi untuk melawannya. Lalu apalagi
yang kita sombongkan, melawan alam saja tidak berdaya apalagi melawan Kekuasaan Sang Pencipta Alam. Dan ketika kita semakin sering melakukan pendakian dengan
niat dan tujuan demikian, maka bahkan tanpa kita sadari sekalipun, perlahan
lahan, keheningan dan kesunyian pegunungan mengantarkan kita kian dekat dengan
kerinduan kepada Sang Khalik, Allah SWT, Tuhan Sang Pemilik Jagad
Semesta.
Pengalaman masing-masing Individu dalam melakukan Pendakian Gunung mungkin berbeda, namun secara umum manfaat yang bisa dipetik paling tidak ada enam hal tersebut diatas, bahkan mungkin buat orang lain bisa lebih dari 6 hal yang sudah disebutkan diatas, tetapi paling tidak, dalam proses kehidupan kita pengalaman mendaki gunung sangat membantu kita membentuk karakter positf buat diri kita sendiri, serta prilaku utama yang mejadi landasan dan pegangan hidup dalam menjalani kehidupan di dunia.
Membaca buku tentang alam sesuatu hal yang baik...
tetapi jika seseorang berjalan di hutan
dan mendengarkan dengan hati-hati....
dia bisa belajar lebih dari apa yang ada di buku...
karena mereka berbicara dengan suara Tuhan....
George Washington Carver
tetapi jika seseorang berjalan di hutan
dan mendengarkan dengan hati-hati....
dia bisa belajar lebih dari apa yang ada di buku...
karena mereka berbicara dengan suara Tuhan....
George Washington Carver
pabrik frame tenda Bandung sejak 1980
BalasHapuswww.frametendadome.com
www.frametendadome.blogspot.co.id
KEREN BRO
BalasHapusIJIN NGUTIP
BalasHapus