Kamis, 04 Juli 2013

"PENDAKIAN GUNUNG MERBABU"

Coretan Perjalanan (2) 



Prakata ....
“Coretan catatan perjalanan yang bertahun tahun tersimpan dalam lemari ditulis ulang dan diupdated sesuai perkembangan, ditemukan lagi secara tidak sengaja ditumpukan kertas-kertas dilemari kamar rumah masa kecil ku,  3 bulan yang lalu bersama beberapa berkas catatan perjalanan lain nya yang mungkin akan menjadi lanjutan (kalau ada waktu buat nyalin)”

“Dedicated to Ganesha Putra Tama (Gaputa), (se)Kelompok (kecil) Pencinta Alam SMA 3 Semarang, yang baru saja berulang tahun, yang secara tidak langsung membentuk karakter menjadi seorang fighter, seorang yang tabah, berani bersikap, dan bertanggung jawab  dalam proses transformasi dari seorang yang badung, bengal, tukang berantem, gak bisa diatur dan banyak istilah lainnya” ....


SEKILAS TENTANG MERBABU

TIPE HUTAN GUNUNG MERBABU

Gunung Merbabu dikelilingi oleh kawasan hutan negara yang mempunyai arti penting bagi daerah di bawahnya, baik dari segi ekologis, ekonomis, sosial dan kultural. Hutan di sekitar Gunung Merbabu mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan dan sebagai daerah tangkapan air.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka kawasan Gunung Merbabu ditunjuk sebagai Taman nasional Gunung Merbabu dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No : 135/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 Tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merbabu seluas ± 5.725 Ha. Wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu mencakup 3 (tiga) wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali (sisi Selatan dan Timur), Kabupaten Semarang (sisi Utara) dan Kabupaten Magelang (sisi Barat).
Dengan adanya Balai Taman Nasional Gunung Merbabu yang ditunjuk sebagai pengelola kawasan konservasi Gunung Merbabu, perlu dilakukan sosialisasi sehingga masyarakat mengetahui keberadaan Taman Nasional Gunung Merbabu.

Gunung Merbabu mempunyai ketinggian 3142 meter diatas permukaan laut (dpl) serta terdapat tiga buah puncak yakni puncak Antena (2800m dpl), puncak Syarif (3119m dpl) dan puncak Kenteng Solo (3142m dpl).

KARAKTERISTIK GUNUNG MERBABU

Gunung Merbabu termasuk gunung yang tidak aktif karena tergolong gunung api tua di pulau Jawa ini mempunyai lima buah kawah, yaitu: kawah Condrodimuko, kawah Kombang, kawah Kendang, kawah Rebab, dan kawah Sambernyowo.

Gunung Merbabu berbentuk dataran tinggi yang lebar, berbukit-bukit dan terpisah puncaknya akibat erosi bila dibandingkan Gunung Merapi, Gunung Merbabu bentuknya besar sekali dibanding gunungapi yang sangat ramping.Bagian puncaknya dapat dibagi menjadi tiga satuan yang merupakan sektor Graben gunung api, yakni:

-     Graben Sari dengan arah timur tenggara-barat barat laut.
-     Graben Guyangan dengan arah selatan baratdaya- utar timur
-     Graben Sipendok dengan arah barat laut-timur tenggara

(Graben atau slenk adalah hasil dari patahan pada kulit bumi yang mengalami depresi dan terletak di antara dua bagian yang lebih tinggi. Bagian yang lebih tinggi disebut dengan horst, horst sendiri adalah hasil dari terjadinya patahan pada kulit bumi yang mengalami pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya) 

Morfologi gunung Merbabu dapat dibagi menjadi beberapa satuan berdasarkan penampilan bentuk rupa bumi pada peta topografi, yaitu:

Satuan Morfologi Sisa Graben (daerah sekitar puncak)
Satuan morfologi ini terdiri dari 3(tiga) bagian yakni Graben Sari, Graben Guyangan dan Graben Sipendok. Ketiga graben tersebut diperkirakan adalah hasil kegiatan volkano tektonik dimana kegiatan tektonik berupa sesar di-ikuti oleh kegiatan erupsi dan kemudian di-ikuti pula oleh kegiatan erupsi samping yang membentuk kerucut erupsi samping.

Satuan Morfologi Aliran Lava Kopeng
Satuan morfologi aliran lava ini jelas dapat dilihat di lapangan yang membentuk punggung lava yang sangat menonjol, dimana batuan yang mengalasi berupa aliran lava.

Satuan Morfologi Kerucut Watutulis
Satuan morfologi ini merupakan kerucut erupsi samping (flank eruption) yang banyak menghasilkan aliran lava yang bersifat andesitis – basaltis dan piroklastika, baik aliran maupun jatuhan.

Satuan Morfologi Kerucut Gunung Pregodalem
Keadaan satuan ini sama dengan satuan morfologi kerucut Gunung Watutulis, dimana kerucut ini dapat dipertimbangkan sebagai sumber bahaya apabila terjadi peningkatan letusan.

Satuan Morfologi Titik-titik Erupsi Samping
Satuan morfologi ini sangat banyak terdapat didaerah gunung Merbabu, berdasarkan peta rupa bumi daerah yang terkait, satuan morfologi ini membentuk suatu kelurusan rupa bumi yang ber-arah utara baratlaut – timur tenggara, bentuk kelurusan rupa bumi ini dapat mencerminkan adanya bentuk struktur sesar yang melalui daerah puncak gunungapi Merbabu.


MASYARAKAT SEKITAR GUNUNG MERBABU

Masyarakat disekitar Gunung Merbabu kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani. Itu dapat dilihat karena hutan Gunung Merbabu menjadi ladang pertanian. Selain menjadi petani penduduk sekitar ada yang menjadi porter atau pemandu sebagai kerjaan sampingan karena hasil yang diperoleh lebih menguntungkan.

Masyarakat disekitar Gunung Merbabu mayoritas beragama Budha karena ditemui beberapa wihara disekitarnya. Penduduk sekitar sering melakukan meditasi atau bertapa di sekitar kawah Gunung Merbabu yang dianggap keramat.

Masyarakat disekitar gunung ini pada malam hari menjelang tanggal 1 Muharam / 1 Suro mengadakan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Malam tahun baru ini penduduk lebih sering menyebutnya sebagai malam tirakatan. Menjelang uapacara tradisional ini anak-anak wanita dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar memperoleh keselamatan. Upacara ini diawali dengan doa bersama denagan sesajian makanan tradisional. Acara puncak sekaligus acara terakhir dari upacara ini diantaranya penanaman kepala kerbau di kawah Gunung Merbabu.

setelah harus memahami kondisi geologi, demografi maka saat nya momen yang selalu dinanti oleh para pendaki gunung, dalam mengisi aktivitas mereka setelah penat menghadapi aktivitas sehari-hari --- saatnya untuk naik atau mendaki gunung untuk mensyukuri nikmat NYA ditempat yang paling tinggi paling sunyi”

“yang selalu harus diingat setiap melakukan aktivitas pendakian, peralatan tracking atau mountenering, sepatu, jaket, sarung tangan, balaclava (topeng), ponco, perlatan topografi seperti peta lokasi Gunung dan kompas (sekarang lebih mudah dengan GPS), senter, korek api, kalau ada yang harus climbing siapkan tali, pigure eight, snappling, dan harnes boleh body harnes, perlengkapan P3K dan obat-obatan pribadi, perbekalan makanan dan minuman yang cukup sesuai jarak yang akan dilalui, usahakan dilebihkan untuk antisipasi kesasar digunung (atau sering-seringnya sengaja nyasar”) dan yang kalah penting bekal pengetahuan tentang karakter gunung, countur gunung serta pengetahuan dasar survival”


MENDAKI GUNUNG

Gunung ini berlokasi di kabupaten Magelang dan boyolali Jawa Tengah, dengan ketinggian 3142m dpl. Pendakian bisa dicapai dari desa Kopeng dan Selo. Atau anda bisa mendaki dari kopeng dan turun di Selo atau pun sebaliknya. Titik pendakian dari Selo merupakan juga titik pendakian untuk gunung Merapi. Gunung Merbabu merupakan gunung non aktif. Gunung akan terlihat jelas dari perjalan Kalaten Menuju Boyolali. Medan gunung ini terbuka dan berbukit-bukit dan juga pada awal pendakian kita banyak menemukan ladang-landang petani. Pendakain dari Kopeng anda akan menemukan banyaknya pucak tipu, sebelum mencapai puncak Merbabu. Kondisi gunung ini dimusim kemarau sangat kering, sewaktu web master highcamp mendaki gunung ini hampir separuh dari gunung ini terbakar dan sangat gersang, air juga susah untuk ditemukan, sebaiknya anda bertanya dahulu pada penduduk setempat. Atau anda juga bisa menyewa penduduk setempat untuk jadi porter pembawa air. Selain dari arah selatan lewat Desa selo Boyolali pendakian gunung Merbabu ini juga dapat dilakukan dari daerah wisata Kopeng Salatiga. Banyak pendaki yang memulai pendakian dari Kopeng dan turun menuju ke selo ataupun sebaliknya. Jalur yang terdapat di gunung merbabu ini banyak percabangan jalan sehingga pendaki harus berhati-hati dalam menentukan jalur yang dilewatinya. Hutan gunung inipun telah banyak yang berubah fungsi menjadi ladang pertanian, hanya luasnya tidak seperti gunung Sundoro ataupun Sumbing, dan hanya beberapa punggungan saja yang merupakan ladang pertanian.

Dari jalur kopeng, jalur trek nya dimulai dari lokasi perkemahan wanawisata Kopeng menuju Dusun Tekelan melewati perkebunan pinus, kebun sayuran, kebun tembakau rakyat, dan jalan desa yang bisa dilalui angkutan roda empat langsung menuju rumah kepala desa. Lokasi mendirikan tenda yang baik ada di camp II (Lempong Sampan), Camp III (Watu Gubug) dan Puncak I (antena), Bila menemukan jalur cabang dua, setelah melewati saluran air kecil (yang terkadang kering), maka sebaiknya mengikuti arah yang kekanan. sebab arah kiri akan buntu di bak sumber air. Pipa saluran air yang terbentang mulai dari Dusun Tekelan sampai ke puncak (sumber mata air), dapat dijadikan pemandu jalur kearah puncak sampai pada jalur cabang dua tadi. Disisi sebelah kiri jalur kearah puncak didominasi oleh medan jurang, sedangkan sebelah kanannya hutan tropis dan tumbuhan perdu/belukar.

Dari Puncak I (Antena, 2800 m dpl), menuju puncak II (Syarif, 3119 m dpl), dan Puncak III (Kenteng Solo, 3142 m dpl), bisa ditempuh dalam waktu 1 - 2 jam. Akan tetapi, harus extra hati-hati ketika melewati punggung jurang Pundak Sapi dan Jembatan Setan pada jalur ke Puncak III. Dibawah Puncak I, tepatnya kearah jalur Puncak II, terdapat kawah yang sudah mati. Kadang-kadang disekitar kawah mati itu terdapat sumber air yang bisa diminum. Disepanjang jalur hingga puncak tidak terdapat sumber air yang permanen ada, jadi sebaiknya bawalah bekal air yang cukup.



JALUR PENDAKIAN



Jalur Tekelan (Sisi Utara)
Jika hendak mendaki dari arah jalur Utara (Tekelan, Kopeng), Bisa naik bus dari teminal Salatiga dengan jurusan Salatiga-Magelang dan turun di Kopeng. Atau bisa juga naik bus jurusan Semarang-solo dan turun disimpang empat PAsar Sapi, Salatiga. Kemudian berganti angkutan menuju kejurusan Kopeng. Dari tempat rekreasi Kopeng, dilanjutkan dengan berjalan kaki ke lokasi perkemahan wanawisata. Sepanjang jalur kepuncak tidak terdapat pondok/shelter, kecuali lokasi camp/bivak.

Berikut adalah urutan pendakian dari desa Tekelan. Pos jaga wanawisata
-   Desa Tekelan (1 jam) Desa Tekelan
-   Camp I (kidung Gumuk 2400 m dpl) 2 jam dari        Desa Tekelan – Camp I
-   Camp II (Lempong Sampan) 1,5 jam  dari dari Camp I ke Camp III
 -  Camp III (Watu Gubuk) 2 jam dari Camp II – Camp III
-   Puncak I (antena 2800 m dpl) 0,5 jam dari Camp III – Puncak I
-   Puncak II (Syarif 3142 m dpl) 1 jam dari Puncak I – Puncak II (Puncak Syarif)

(di antara jalur Puncak II ke Puncak III kita akan melewati jalur yang oleh para pendaki sering disebut      “Jembatan Setan”, dinamakan jembatan setan karena pada jalur tersebut adalah jalur yang melewati punggungan  gunung seukuran jalan setapak yang terbuka sehingga pada saat lewat kita akan mendengar berisik suara angin dari samping kanan dan kiri kita kadang juga dari  atas dan bawah akan sangat parah jika terjadi hujan angin atau badai karena tidak ada tempat untuk berlindung)

-   Puncak Utama (Kenteng Songo 3224 dpl) 1,5 jam dari Puncak II – Puncak Utama


Jalur Wekas (Sisi Barat)
Akses untuk sampai di Wekas melewati Magelang bisa menggunakan kendaraan roda 4, sepeda motor atau angkutan umum dengan menumpang minibus tujuan Kopeng dan kemudian turun di GERBANG Kaponan yang merupakan gerbang desa Wekas. Kemudian dari gerbang ini menuju Desa Wekas berjarak sekitar 3 km. Bisa juga menggunakan Ojek hingga basecamp Wekas atau dengan mencarter pick-up dengan tarif berdasarkan negosiasi. Jalan aspal berbatu menuju desa Wekas cukup curam dan menanjak.

Jika dibandingkan dengan ketiga jalur yang ada yaitu jalur Tekelan, Cuntel dan Selo. Jalur pendakian dari desa Wekas ini jauh lebih pendek dan disamping itu pada Pos II jalur ini ada sumber air dari pipa yang bocor. Jalur Wekas ini nanti nya akan bertaut dengan jalur dari Tekelan/Cuntel yaitu tepatnya setelah puncak Antene jalur Wekas akan menyatu dengan kedua jalur dari arah Tekelan dan Cuntel tepatnya jalur tersebut menyatu pada sebuah patok pemisah kabupaten.

“sampai sekarang masih ngerasa nyesek dan ada yang kurang kalau ingat pendakian ke Merbabu, karena sampai saat ini belum pernah melewati  dan tembus lewat jalur Selo (selatan) --- kenangan yang tak terlupakan ketika berusaha membuka jalur pendakian melalui Selo dihadang hujan dan badai selama 2 hari sehingga hanya sampai setengah perjalanan ke puncak karena kondisi cuaca --- tanggal yang tidak pernah terlupakan 5-7 Januari 1990, pertama kali nya mengalami kegagalan sampai puncak, betapa kecil dan tidak berartinya kita ketika dihadapkan dengan kemisteriusan alam dan kekuatan Sang Maha Segalanya”

“akan ada kisah lucu, dalam coretan perjalanan Pendakian di Gunung Sindoro lewat desa Garung-Butuh, temanggung saat kesasar hampir seharian muter-muter dilerengan puncak Sindoro kayak orang linglung seharian, dengan ekspresi kagak percaya muter-muter ditempat selama hampir 1 hari, bersama Putut Anjar dan Andrew “anak nya Ibu Tatik” yang sempet shock  menjadi pengalaman luar biasa buat dia pada pendakian yang pertamanya” ... still can figure it out, ... 


"naik gunung, turun gunung, loe kira gak capek"