Sabtu, 19 Oktober 2013

"LES MISERABLES"

Saat lagi santai setelah membuat laporan,  iseng-iseng buka koleksi ebook yang rencananya akan saya email ke seorang teman, ketika melihat ebook “Les Miserables”, jadi teringat pertama kali baca buku ini, pada waktu kelas 2 SMA, akhirnya timbul keinginan untuk menyalin ulang coretan semasa SMA dan merevisi di beberapa bagian.


Senyum-senyum sendiri membacanya, ada coretan yang saya tulis pakai Tinta Merah, tentang kesan membaca buku ini, bukan pada cerita bukunya tetapi pada proses membacanya. Pertama kali baca buku ini dari Bapak, yang katanya diperoleh dari adik bungsu Kakek, dalam edisi Bahasa Inggris. Masih ingat bagaimana ucapan Beliau waktu memberikan buku ini ke saya, “Ini buku baca sampai habis, sungguh sayang kalau sudah pesan berbulan-bulan dan dengan susah payah dikirim ke kita kalau tidak dibaca". Apalagi katanya kamu mau belajar bahasa Inggris, mendingan baca novel yang berbahasa inggris sekalian, Bapak kasih waktu kamu satu bulan,habis itu kamu bikin ringkasannya kasih ke bapak dan kita diskusi satu minggu kemudian" (sempet kepikiran, enak banget si Bapak, saya yang capek baca, beliau nggak perlu repot-repot baca tapi tahu isi bukunya, nyengir sendiri).

Dengan modal bahasa inggris yang “belepotan”, sehingga harus sering buka kamus "John M. Echols dan Hasan Shadily" kumal dan kadang sering mengganggu Pak Tong Tong, pada saat saya tidak mengerti beberapa kalimat dibuku itu (asli bikin pusing kepala sekaligus tertantang untuk menyelesaikan membacanya). Membaca buku ini  bikin lupa waktu, sering ngumpet terus dikamar, bahkan sering kena omel ibu karena makan sambil baca dikamar, kemana-mana bawa buku ini, mana buku nya tebal banget hampir 1500an halaman edisi paperback. Bukunya sampai kumal dan acak-acakan, dan sering diketawain bapak melihat muka kusut saya karena keasyikan baca. “Asyik ya Le bacanya?”.

(sampai sekarang saya masih merasa heran dengan orang-orang yang beli buku untuk dikoleksi dan memperlakukan buku dengan sangat hati-hati tidak boleh ada coretan atau lipatan, tetap nggak habis pikir,yang namanya buku dibaca ya resikonya pasti kelipat atau ketarik atau dicoret-coret jika kita menemukan bagian yang susah atau bagian yang sangat menarik, nggak bisa membayangkan bagaimana mereka membaca sebuah buku, apa nikmatnya membaca buku dengan hati-hati tidak bisa nongkrong santai atau sambil tiduran, atau membaca di perjalanan hanya karena sering fokus untuk menjaga dengan hati-hati agar tidak merusak buku daripada fokus membaca isi buku,.. come on !!!).


"LES MISERABLES"

Kembali ke Buku ini, Buku “Les Miserables” adalah salah satu karya Masterpiece Victor Hugo (22 Februari 1802 - 22 Mei 1885) masuk dalam jajaran Buku Novel Klasik, dari judulnya dalam bahasa perancis sudah kelihatan artinya "Kemalangan ataupun kesengsaraan".Les Miserables pertama kali diterbitkan tahun 1862 dalam 10 jilid di Belgia dan Perancis secara bersamaan dan meraih sukses luar biasa. Mulai tahun 1892, novel ini diterbitkan dalam 9 bahasa  yang berbeda secara simultan. Di Amerika Serikat, Les Miserables memukau khalayak walaupun saat itu tengah berkecamuk perang saudara. Dalam notes ini  resensi buku yang saya bikin sangat panjang. Karena tebalnya buku dan banyak pesan moral yang tersirat dalam buku ini.


Namun tidak banyak orang yang tahu bahwa Victor Hugo menulis buku Les Miserables ini terinspirasi dari kisah nyata seorang Eugene Francois Vidocq, mantan kriminal yang akhirnya menjadi orang terhormat, karena belajar dan memiliki keahlian dalam penyelidikan kriminal dan bekerja di Kantor Polisi bahkan mendapat penghargaan sebagai "Bapak Kriminal Modern Perancis" dan sebagai Detektif Swasta Pertama di dunia)


Tokoh dalam buku ini ada beberapa, Tokoh Utamanya adalah Jean Valjean, seorang bekas narapidana yang tadi nya seorang yang baik yang akhirnya menjadi penjahat yang dijauhi masyarakat, gara gara mencuri sepotong roti karena rasa lapar yang harus dihukum 19 tahun karena setiap melarikan diri hukumannya selalu ditambah, yang akhirnya kembali ke masyarakat dan mendapat penolakan dimana-mana membuatnya dendam dengan keadaan, yang akhirnya tersadarkan oleh perlakuan seorang Uskup kepadanya, dia kemudian bertekad untuk menghilangkan identitas dirinya dengan menggunakan nama lain "Monsieur Madeleine" yang akhirnya menjadi seorang  pengusaha tekstil kaya dan seorang walikota, yang suka menolong warga miskin. Ada Javert seorang Polisi yang sangat kaku menegakkan hukum, seandainya ibunya melakukan pelanggaran hukum, pasti dia pun tidak akan ragu ragu untuk menangkap ibu sendiri, pengabdiannya pada hukum tak terbantahkan. Hukum adalah putih, dan yang bersalah harus dihukum. Ia yang akhirnya menyadari bahwa Jean Valjean terlalu baik untuk dihukum sehingga akhirnya bunuh diri karena rasa bersalahnya. Ada Fantine yang merupakan seorang ibu tanpa ayah yang kehidupannya penuh kemalangan, dan ada sepasang remaja yang jatuh cintaCossette (anak Fantine) dan Marius yang memiliki idealisme yang tinggi.



Buku ini diawali dengan keluarnya Jean Valjean dari di penjara. Seorang Valjean yang awalnya adalah seorang yang baik, karena tanpa pendidikan, dia bekerja seadanya dan semampunya untuk membantu menyambung hidup. Menumpang pada keluarga kakaknya yang juga miskin dengan 7 anak yang harus dihidupinya tanpa suami. Karena tidak dapat menahan rasa lapar Valjean mencuri sepotong roti dari suatu toko roti, yang membawanya di penjara, dan dihukum penjara 4 tahun. Namun hukumannya bertambah beberapa tahun lagi karena dia berusaha melarikan diri. Dan bertambah lagi beberapa tahun karena berusaha kembali melarikan diri. Dan seterusnya sampai total hukumannya menjadi 19 tahun. Bukan hanya penjara, pada saat itu narapidaha juga harus bekerja paksa di sebuah kapal, dengan kaki terantai besi dan tanpa upah, bekerja kasar untuk “membayar”perbuatannya. Berhasil keluar dari 19 tahun masa penahanannya, Jean Valjean membawa setumpuk dendam dan kemarahan kepada masyarakat.

Pada masa itu setiap narapidana akan membawa tanda indentitas berwarna kuning sepanjang hidupnya yang menandakan dirinya adalah penjahat, dan karenanya akan sulit sekali mendapatkan tempat yang layak dimasyarakat. Dengan latar belakang tokoh utama tersebut, Hugo mengalirkan ceritanya.  Diawali dengan berjalannya Jean Valjean sejak melarikan diri dari penjara, dengan baju kotor dan lusuh dan segumpal gembolan kumuh yang disandangnya, mencari-cari penginapan dan makanan. Walaupun ia memiliki uang untuk membayar, tidak ada satu pun penginapan yang mau menerimanya. Sampai seseorang menyarankan untuk mengetuk pintu rumah seorang Uskup di sana. Uskup Myriel merupakan seorang lelaki tua yang tulus dan dihormati di kota itu.

Berbeda dengan semua orang, sang Uskup menerima Jean Valjean dengan tangan terbuka, bahkan memperlakukannya seperti orang terhormat lain, tanpa peduli dengan indentitas si pengunjung. Hal ini membuat Jean Valjean terperangah. Bahkan ia tetap dibela oleh sang Uskup atas perbuatan pencurian yang ia lakukan di rumah Uskup tersebut, Ia mencuri perangkat makan perak milik sang Uskup dan tertangkap. Namun sang Uskup mengatakan bahwa ia yang memberikan pada Jean Valjean agar dipergunakan untuk kebaikan. Hal tersebut membuat pikiran Jean Valjean terguncang dan lalu mempertanyakan arti berbuat baik dan memaafkan.  Jean Valjean akhirnya bebas dan ia berjanji akan mengubur nama Jean Valjean dan berniat menjadi manusia baru yang lebih baik. Sejak itu jejak Jean Valjean menghilang. Javert, polisi yang ditugaskan mengawasi tingkah laku Jean Valjean kehilangan jejak.

Singkat kata, 8 tahun kemudian Jean Valjean muncul sebagai Monsieur Madeleine, walikota Montreuil sur Mer dan pengusaha tekstil yang rkaya. Semua mencintai walikota yang sangat baik ini. Suatu hari ada lelaki bernama Fauchelent yang terjepit gerobak. Butuh 10 orang untukmengangkat gerobak, namun sang walikota sanggup mengangkat sendiri. Dari sinilah penyamaran Jean Valjean terbongkar. Pada saat yang sama, Jean Valjean sudah berjanji akan membantu Fantine untuk menjemput Cosette, anak Fantine. Fantine yang sangat menderita meninggal di rumah sakit dan Jean Valjean melarikan diri dan menjemput Cosette di penginapan keluarga Thenardiers yang jahat. Jean Valjean melarikan diri ke Paris dan bersembunyi di gereja. Saat ituia bertemu dengan Fauchelevent yang ia tolong dan menyembunyikan mereka dengan baik. Jejak Jean Valjean kembali hilang.

Disini Victor Hugo sangat bagus menjalin cerita sedemikian rupa, bagaimana satu tokoh berhubungan dengan tokoh lainnya, suatu masa dengan masa lainnya, atau suatu perbuatan dengan perbuatan lainnya.Dalam penuturannya, Hugo banyak menyiratkan bahwa berbuat baik adalah masalah memurnikan jiwa dan bahwa Tuhan bekerja terus menerus menolong diri kita melalui media apa pun, apakah melalui orang-orang yang pernah kita tolong,  atau melalui orang lain, seperti dalam penceritaan mengenai Fauchelevent : ”Sekarang giliranku”. Ia memutuskan bahwa ia akan menyelamatkan Jean Valjean. Ketika teringat kebaikan hati nurani Jean Valjean yang tidak menimbang sedemikian lama ketika menjepitkan dirinya sendiri di bawah kereta untuk menarik tubuhnya keluar.

Tokoh Fantine, yang berjuang dengan rela memberikan hidupnya demi kebaikan hidup anak perempuannya, Cossette. Pada jaman dahulu ada Stigma buruk yang melekat erat pada diri seorang perempuan yang memiliki anak tapi tidak bersuami, hal ini sangat menyulitkan hidup Fantine, yang akhirnya atas kebaikan Monsieur Madeleine diajak untuk bekerja dan tinggal dengan dia.

Tokoh Javert,  seorang Polisi dengan penciumannya yang tajam, telah lama mencurigai sang walikota sebagai seorang penjahat yang melarikan diri dan menyamar. Didasari dengan nilai moralnya yang kaku, Javert bertekad mencari bukti-bukti yang memperkuat dugaannya dan melakukan apapun untuk menangkap sang walikota.

9 tahun kemudian, diceritakan, Revolusi Perancis dimulai setelah meninggalnya Jean Maximillien Lamarque. Dia dikenal sebagai satu-satunya pejabat yang peduli pada nasib orang miskin. Para pelajar seperti Marius Pontmercy dan Enjolras memulai revolusi bersama rekan pelajar dan pemuda lain. Mereka juga dibantu mata-mata kecil mereka yang bernama Gavroche. 

Marius bertemu Cosette remaja dan mereka langsung jatuh cinta. Di saat itu, ada seorang gadis yang jatuh cinta pada Marius bernama Eponime Thenardiers. Bisa ditebak, ia adalah anak sulung suami istri Thenardiers yang sangat jahat. Mengetahui cintanya bertepuk sebelah tangan, Eponime Thenardiers bergabung dalam revolusi. Beruntung, mempunyai orang tua jahat tak membuat hati Eponime jahat. Ia mewarisi kelicikan orangtuanya, namun tetap menolong Jean Valjean dan Cossette ketika rumah mereka akan didatangi. 

Revolusi Perancis dimulai pada proses pemakaman M. Lamarque. Semua warga Paris (Parisien) diminta membantumengeluarkan semua benda dan mebel untuk membuat barikade. Saat itu, Jean Valjean menemukan surat cinta Marius pada Cosette dan memutuskan menyelamatkan pemuda itu. Ia menyelinap ke barikade. Dengan bantuan Gavroche yang mengenalinya, ia diperbolehkan masuk. Jean Valjean yang mengetahui bahwa Javert tertangkap pemberontak, segera membantu Javert melarikan diri. 

Tentara Perancis dengan persenjataan lengkap menyerang para revolusioner. Semua pemuda meninggal kecuali Marius yang dilarikan Jean Valjean. Dalam usaha pelariannya itu, Javert menemukan Jean Valjean. Jean Valjean kembali menyatakan akan membantu Marius dulu sebelum ditangkap. Persis seperti permintaan Jean Valjean yang akan menyerahkan diri setelah membantu Fantine 9 tahun lalu. Hati Javert goyah. Manusia sebaik Jean Valjean tak layak dihukum. Sebagai penegak hukum ia harus menangkap Jean Valjean. Akhirnya dengan penuh sesal, ia bunuh diri. 

Ketika sadar dari pingsannya, Marius sangat menyesali kematian semua temannya. Jean Valjean yang menemuinya menceritakan masa lalunya pada Marius dan meminta Marius agar tetap merahasiakan masa lalunya pada Cosette. Ia melarikan diri kembali setelah yakin Cosette bahagia bersama Marius. Jean Valjean kembali ke gereja dan siap meninggal di sana.Cosette dan Marius yang mengetahui keberadaan Jean Valjean segera menyusul sesaat sebelum Jean Valjean meninggal.


Ada banyak pesan moral yang disampaikan oleh Victor Hugo dalam buku ini :

Bahwa kebencian tidak bisa dilawan dengan kebencian, hanya cinta dan kasih sayang yang bisa. Bagaimana Indahnya memaafkan serta besarnya kekuatan cinta dan kasih sayang bisa membukakan dan menyadarkan hati yang dipenuhi dendam.Tergambarkan dalam perlakuan seorang Uskup Myriel kepada Valjean, sehingga bisa mencairkan hati yang membatu karena dendam yang membuatnya sadar dan berniat menjadi orang baik.

Berbuat baik kepada orang tidak perduli kepada siapa saja tanpa mengharapkan balasan, pada saatnya nanti kebaikan kita akan kembali kepada kita, bisa dari orang lain ataupun orang yang pernah kita tolong tanpa pernah kita duga kapan itu terjadi, yang digambarkan dalam diri Fauchelevent ketika diselmatkan oleh Monseiur Madeliene (Valjean) yang akhirnya balik menyelamatkan Valjean.

Lewat penokohan seorang Jean Valjean, kita diajak oleh Victor Hugo untuk melihat bahwa seorang narapidana dengan segala kejahatan, amarah dan dendamnya, bisa kembali menjadi orang baik, disini dapat kita ambil pelajaran sejelek dan seburuk apapun manusia jika punya kemauan untuk menjadi baik, pasti akan menemukan jalannya.

Hidup Jean Valjean mungkin tampak tidak sempurna, namun menurut saya ia telah menjalani hidupnya dengan sangat penuh, sepenuh-penuhnya mengemban tugas yang diberikan Tuhan atas dirinya, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Seperti yang dikatakan oleh Jean Valjean : ”Mati bukanlah soal, yang mengerikan adalah tidak hidup”.

Victor Hugo juga menggambarkan bahwa kebaikan pun bisa datang dari orang yang sangat jahat sekalipun, yang diceritakan dalam tindakan keluarga  Thenardiers yang membantu Cossette dan Valjean melarikan diri. Padahal keluarga Thenardiers terkenal kejam dan memelihara budak yang diperlakukan secara tidak manusiawi.

Bahwa hukum kadang sangat kaku dalam penerapan, tidak perduli pada siapapun diperlakukan dengan sama, namun kadang hukum juga berbenturan dengan rasa keadilan, rasa kemanusiaan dan hati nurani sebagai seorang manusia, yang tergambarkan dalam diri sosok seorang Javert, seorang Polisi yang menjalankan hukum dengan tegas tanpa pandang bulu, namun pada akhirnya mengalami konflik batin antara tugas dan nurani dia sebagai manusia.

Bahwa idealisme seorang pemuda yang tergambar dalam diri seorang Marius, bisa menggerakkan suatu gerakan perubahan atau revolusi, walaupun akhirnya dia menyesali apa yang telah dia perbuat telah mengorbankan para sahabatnya. Seperti kata-kata Bung Karno ". “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”

Notes :
Sudah sempat menonton film dengan judul yang sama "Les Miserables" yang dibintangi oleh Hugh Jackman (Jean Valjean), Russell Crowe (Javert), Anne Hathaway (Fantine), Amanda Seyfried (Cossette) Eddy Redmayne (Marius Pontmercy) Aaron Tveit (Enjolras) dan Daniel Huttlestone (Gavroche) alur ceritanya hampir sama dengan bukunya, namu film ini cenderung menjadi film musikal. 

 Ada satu hal lagi yang sangat menyentuh dalam film tersebut dimana seorang Anne Hathaway (yang memerankan Fantine yang penuh kemalangan) sangat bagus menyanyikan sebuah lagu yang jadi soundtrack film ini yang berjudul "I Dreamed a Dream" dengan suara dan penghayatannya yang sangatl uar biasa, waktu nonton secara utuh di youtube terlihat begitu berasa penjiwaannya.


#seulas senyumtipis inspirasi



2 komentar: