Saat lagi santai setelah membuat
laporan, iseng-iseng buka koleksi ebook yang rencananya akan saya email
ke seorang teman, ketika melihat ebook “Les Miserables”, jadi teringat pertama
kali baca buku ini, pada waktu kelas 2 SMA, akhirnya timbul keinginan untuk
menyalin ulang coretan semasa SMA dan merevisi di beberapa bagian.
Senyum-senyum sendiri membacanya, ada
coretan yang saya tulis pakai Tinta Merah, tentang kesan membaca buku ini,
bukan pada cerita bukunya tetapi pada proses membacanya. Pertama kali baca buku
ini dari Bapak, yang katanya diperoleh dari adik bungsu Kakek, dalam edisi
Bahasa Inggris. Masih ingat bagaimana ucapan Beliau waktu memberikan buku ini
ke saya, “Ini buku baca sampai habis, sungguh sayang kalau sudah pesan
berbulan-bulan dan dengan susah payah dikirim ke kita kalau tidak dibaca".
Apalagi katanya kamu mau belajar bahasa Inggris, mendingan baca novel yang
berbahasa inggris sekalian, Bapak kasih waktu kamu satu bulan,habis itu kamu
bikin ringkasannya kasih ke bapak dan kita diskusi satu minggu kemudian"
(sempet kepikiran, enak banget si Bapak, saya yang capek baca, beliau nggak
perlu repot-repot baca tapi tahu isi bukunya, nyengir sendiri).
Dengan modal bahasa inggris yang
“belepotan”, sehingga harus sering buka kamus "John M. Echols dan Hasan
Shadily" kumal dan kadang sering mengganggu Pak Tong Tong, pada saat saya
tidak mengerti beberapa kalimat dibuku itu (asli bikin pusing kepala sekaligus
tertantang untuk menyelesaikan membacanya). Membaca buku ini bikin lupa
waktu, sering ngumpet terus dikamar, bahkan sering kena omel ibu karena makan
sambil baca dikamar, kemana-mana bawa buku ini, mana buku nya tebal banget
hampir 1500an halaman edisi paperback. Bukunya sampai kumal dan acak-acakan,
dan sering diketawain bapak melihat muka kusut saya karena keasyikan baca.
“Asyik ya Le bacanya?”.
(sampai sekarang saya masih merasa heran
dengan orang-orang yang beli buku untuk dikoleksi dan memperlakukan buku dengan
sangat hati-hati tidak boleh ada coretan atau lipatan, tetap nggak habis
pikir,yang namanya buku dibaca ya resikonya pasti kelipat atau ketarik atau dicoret-coret
jika kita menemukan bagian yang susah atau bagian yang sangat menarik, nggak
bisa membayangkan bagaimana mereka membaca sebuah buku, apa nikmatnya membaca
buku dengan hati-hati tidak bisa nongkrong santai atau sambil tiduran, atau
membaca di perjalanan hanya karena sering fokus untuk menjaga dengan hati-hati
agar tidak merusak buku daripada fokus membaca isi buku,.. come on !!!).
"LES MISERABLES"
Kembali ke Buku ini, Buku “Les
Miserables” adalah salah satu karya Masterpiece Victor Hugo (22 Februari 1802 -
22 Mei 1885) masuk dalam jajaran Buku Novel Klasik, dari judulnya dalam bahasa
perancis sudah kelihatan artinya "Kemalangan ataupun
kesengsaraan".Les Miserables pertama kali diterbitkan tahun 1862 dalam 10
jilid di Belgia dan Perancis secara bersamaan dan meraih sukses luar biasa.
Mulai tahun 1892, novel ini diterbitkan dalam 9 bahasa yang berbeda
secara simultan. Di Amerika Serikat, Les Miserables memukau khalayak walaupun
saat itu tengah berkecamuk perang saudara. Dalam notes ini resensi buku
yang saya bikin sangat panjang. Karena tebalnya buku dan banyak pesan moral
yang tersirat dalam buku ini.
Namun tidak banyak orang yang tahu bahwa
Victor Hugo menulis buku Les Miserables ini terinspirasi dari kisah nyata
seorang Eugene Francois Vidocq, mantan kriminal yang akhirnya menjadi orang
terhormat, karena belajar dan memiliki keahlian dalam penyelidikan kriminal dan
bekerja di Kantor Polisi bahkan mendapat penghargaan sebagai "Bapak
Kriminal Modern Perancis" dan sebagai Detektif Swasta Pertama di dunia)
Tokoh dalam buku ini ada beberapa, Tokoh
Utamanya adalah Jean Valjean, seorang bekas narapidana yang
tadi nya seorang yang baik yang akhirnya menjadi penjahat yang dijauhi
masyarakat, gara gara mencuri sepotong roti karena rasa lapar yang harus dihukum
19 tahun karena setiap melarikan diri hukumannya selalu ditambah, yang akhirnya
kembali ke masyarakat dan mendapat penolakan dimana-mana membuatnya dendam
dengan keadaan, yang akhirnya tersadarkan oleh perlakuan seorang Uskup
kepadanya, dia kemudian bertekad untuk menghilangkan identitas dirinya dengan
menggunakan nama lain "Monsieur Madeleine" yang akhirnya menjadi
seorang pengusaha tekstil kaya dan seorang walikota, yang suka menolong
warga miskin. Ada Javert seorang Polisi yang sangat kaku menegakkan
hukum, seandainya ibunya melakukan pelanggaran hukum, pasti dia pun tidak akan
ragu ragu untuk menangkap ibu sendiri, pengabdiannya pada hukum tak
terbantahkan. Hukum adalah putih, dan yang bersalah harus dihukum. Ia yang
akhirnya menyadari bahwa Jean Valjean terlalu baik untuk dihukum sehingga
akhirnya bunuh diri karena rasa bersalahnya. Ada Fantine yang
merupakan seorang ibu tanpa ayah yang kehidupannya penuh kemalangan, dan ada
sepasang remaja yang jatuh cintaCossette (anak Fantine) dan Marius yang
memiliki idealisme yang tinggi.
Buku ini diawali dengan keluarnya Jean
Valjean dari di penjara. Seorang Valjean yang awalnya adalah seorang yang baik,
karena tanpa pendidikan, dia bekerja seadanya dan semampunya untuk membantu
menyambung hidup. Menumpang pada keluarga kakaknya yang juga miskin dengan 7
anak yang harus dihidupinya tanpa suami. Karena tidak dapat menahan rasa lapar
Valjean mencuri sepotong roti dari suatu toko roti, yang membawanya di penjara,
dan dihukum penjara 4 tahun. Namun hukumannya bertambah beberapa tahun lagi
karena dia berusaha melarikan diri. Dan bertambah lagi beberapa tahun karena
berusaha kembali melarikan diri. Dan seterusnya sampai total hukumannya menjadi
19 tahun. Bukan hanya penjara, pada saat itu narapidaha juga harus bekerja
paksa di sebuah kapal, dengan kaki terantai besi dan tanpa upah, bekerja kasar
untuk “membayar”perbuatannya. Berhasil keluar dari 19 tahun masa penahanannya,
Jean Valjean membawa setumpuk dendam dan kemarahan kepada masyarakat.
Pada masa itu setiap narapidana akan
membawa tanda indentitas berwarna kuning sepanjang hidupnya yang menandakan
dirinya adalah penjahat, dan karenanya akan sulit sekali mendapatkan
tempat yang layak dimasyarakat. Dengan latar belakang tokoh utama tersebut,
Hugo mengalirkan ceritanya. Diawali dengan berjalannya Jean Valjean sejak
melarikan diri dari penjara, dengan baju kotor dan lusuh dan segumpal gembolan
kumuh yang disandangnya, mencari-cari penginapan dan makanan. Walaupun ia
memiliki uang untuk membayar, tidak ada satu pun penginapan yang mau
menerimanya. Sampai seseorang menyarankan untuk mengetuk pintu rumah seorang
Uskup di sana. Uskup Myriel merupakan seorang lelaki tua yang tulus dan
dihormati di kota itu.
Berbeda dengan semua orang, sang Uskup
menerima Jean Valjean dengan tangan terbuka, bahkan memperlakukannya seperti
orang terhormat lain, tanpa peduli dengan indentitas si pengunjung. Hal ini
membuat Jean Valjean terperangah. Bahkan ia tetap dibela oleh sang Uskup atas
perbuatan pencurian yang ia lakukan di rumah Uskup tersebut, Ia mencuri
perangkat makan perak milik sang Uskup dan tertangkap. Namun sang Uskup
mengatakan bahwa ia yang memberikan pada Jean Valjean agar dipergunakan untuk
kebaikan. Hal tersebut membuat pikiran Jean Valjean terguncang dan lalu mempertanyakan
arti berbuat baik dan memaafkan. Jean Valjean akhirnya bebas dan ia
berjanji akan mengubur nama Jean Valjean dan berniat menjadi manusia baru yang
lebih baik. Sejak itu jejak Jean Valjean menghilang. Javert, polisi yang
ditugaskan mengawasi tingkah laku Jean Valjean kehilangan jejak.
Singkat kata, 8 tahun kemudian Jean
Valjean muncul sebagai Monsieur Madeleine, walikota Montreuil sur Mer dan
pengusaha tekstil yang rkaya. Semua mencintai walikota yang sangat baik ini.
Suatu hari ada lelaki bernama Fauchelent yang terjepit gerobak. Butuh 10 orang
untukmengangkat gerobak, namun sang walikota sanggup mengangkat sendiri. Dari
sinilah penyamaran Jean Valjean terbongkar. Pada saat yang sama, Jean Valjean
sudah berjanji akan membantu Fantine untuk menjemput Cosette, anak Fantine.
Fantine yang sangat menderita meninggal di rumah sakit dan Jean Valjean
melarikan diri dan menjemput Cosette di penginapan keluarga Thenardiers yang
jahat. Jean Valjean melarikan diri ke Paris dan bersembunyi di gereja. Saat
ituia bertemu dengan Fauchelevent yang ia tolong dan menyembunyikan mereka
dengan baik. Jejak Jean Valjean kembali hilang.
Disini Victor Hugo sangat bagus menjalin
cerita sedemikian rupa, bagaimana satu tokoh berhubungan dengan tokoh lainnya,
suatu masa dengan masa lainnya, atau suatu perbuatan dengan perbuatan
lainnya.Dalam penuturannya, Hugo banyak menyiratkan bahwa berbuat baik adalah
masalah memurnikan jiwa dan bahwa Tuhan bekerja terus menerus menolong diri
kita melalui media apa pun, apakah melalui orang-orang yang pernah kita tolong,
atau melalui orang lain, seperti dalam penceritaan mengenai Fauchelevent
: ”Sekarang giliranku”. Ia memutuskan bahwa ia akan menyelamatkan Jean Valjean.
Ketika teringat kebaikan hati nurani Jean Valjean yang tidak menimbang sedemikian
lama ketika menjepitkan dirinya sendiri di bawah kereta untuk menarik tubuhnya
keluar.
Tokoh Fantine, yang berjuang dengan rela
memberikan hidupnya demi kebaikan hidup anak perempuannya, Cossette. Pada jaman
dahulu ada Stigma buruk yang melekat erat pada diri seorang perempuan yang
memiliki anak tapi tidak bersuami, hal ini sangat menyulitkan hidup Fantine,
yang akhirnya atas kebaikan Monsieur Madeleine diajak untuk bekerja dan tinggal
dengan dia.
Tokoh Javert, seorang Polisi
dengan penciumannya yang tajam, telah lama mencurigai sang walikota sebagai
seorang penjahat yang melarikan diri dan menyamar. Didasari dengan nilai
moralnya yang kaku, Javert bertekad mencari bukti-bukti yang memperkuat
dugaannya dan melakukan apapun untuk menangkap sang walikota.
9 tahun kemudian, diceritakan, Revolusi
Perancis dimulai setelah meninggalnya Jean Maximillien Lamarque. Dia dikenal
sebagai satu-satunya pejabat yang peduli pada nasib orang miskin. Para pelajar
seperti Marius Pontmercy dan Enjolras memulai revolusi bersama rekan pelajar
dan pemuda lain. Mereka juga dibantu mata-mata kecil mereka yang bernama
Gavroche.
Marius bertemu Cosette remaja dan mereka
langsung jatuh cinta. Di saat itu, ada seorang gadis yang jatuh cinta pada
Marius bernama Eponime Thenardiers. Bisa ditebak, ia adalah anak sulung suami
istri Thenardiers yang sangat jahat. Mengetahui cintanya bertepuk sebelah
tangan, Eponime Thenardiers bergabung dalam revolusi. Beruntung, mempunyai
orang tua jahat tak membuat hati Eponime jahat. Ia mewarisi kelicikan
orangtuanya, namun tetap menolong Jean Valjean dan Cossette ketika rumah mereka
akan didatangi.
Revolusi Perancis dimulai pada proses
pemakaman M. Lamarque. Semua warga Paris (Parisien) diminta
membantumengeluarkan semua benda dan mebel untuk membuat barikade. Saat itu,
Jean Valjean menemukan surat cinta Marius pada Cosette dan memutuskan
menyelamatkan pemuda itu. Ia menyelinap ke barikade. Dengan bantuan Gavroche
yang mengenalinya, ia diperbolehkan masuk. Jean Valjean yang mengetahui bahwa Javert
tertangkap pemberontak, segera membantu Javert melarikan diri.
Tentara Perancis dengan persenjataan
lengkap menyerang para revolusioner. Semua pemuda meninggal kecuali Marius yang
dilarikan Jean Valjean. Dalam usaha pelariannya itu, Javert menemukan Jean
Valjean. Jean Valjean kembali menyatakan akan membantu Marius dulu sebelum
ditangkap. Persis seperti permintaan Jean Valjean yang akan menyerahkan diri
setelah membantu Fantine 9 tahun lalu. Hati Javert goyah. Manusia sebaik Jean
Valjean tak layak dihukum. Sebagai penegak hukum ia harus menangkap Jean
Valjean. Akhirnya dengan penuh sesal, ia bunuh diri.
Ketika sadar dari pingsannya, Marius
sangat menyesali kematian semua temannya. Jean Valjean yang menemuinya
menceritakan masa lalunya pada Marius dan meminta Marius agar tetap
merahasiakan masa lalunya pada Cosette. Ia melarikan diri kembali setelah yakin
Cosette bahagia bersama Marius. Jean Valjean kembali ke gereja dan siap
meninggal di sana.Cosette dan Marius yang mengetahui keberadaan Jean Valjean
segera menyusul sesaat sebelum Jean Valjean meninggal.
Ada banyak pesan moral yang disampaikan
oleh Victor Hugo dalam buku ini :
Bahwa kebencian tidak bisa dilawan
dengan kebencian, hanya cinta dan kasih sayang yang bisa. Bagaimana Indahnya
memaafkan serta besarnya kekuatan cinta dan kasih sayang bisa membukakan dan
menyadarkan hati yang dipenuhi dendam.Tergambarkan dalam perlakuan seorang
Uskup Myriel kepada Valjean, sehingga bisa mencairkan hati yang membatu karena
dendam yang membuatnya sadar dan berniat menjadi orang baik.
Berbuat baik kepada orang tidak perduli
kepada siapa saja tanpa mengharapkan balasan, pada saatnya nanti kebaikan kita
akan kembali kepada kita, bisa dari orang lain ataupun orang yang pernah kita
tolong tanpa pernah kita duga kapan itu terjadi, yang digambarkan dalam diri
Fauchelevent ketika diselmatkan oleh Monseiur Madeliene (Valjean) yang akhirnya
balik menyelamatkan Valjean.
Lewat penokohan seorang Jean Valjean,
kita diajak oleh Victor Hugo untuk melihat bahwa seorang narapidana dengan
segala kejahatan, amarah dan dendamnya, bisa kembali menjadi orang baik, disini
dapat kita ambil pelajaran sejelek dan seburuk apapun manusia jika
punya kemauan untuk menjadi baik, pasti akan menemukan jalannya.
Hidup Jean Valjean mungkin tampak tidak
sempurna, namun menurut saya ia telah menjalani hidupnya dengan sangat penuh,
sepenuh-penuhnya mengemban tugas yang diberikan Tuhan atas dirinya, dengan
segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Seperti yang dikatakan oleh
Jean Valjean : ”Mati bukanlah soal, yang mengerikan adalah tidak
hidup”.
Victor Hugo juga menggambarkan
bahwa kebaikan pun bisa datang dari orang yang sangat jahat sekalipun,
yang diceritakan dalam tindakan keluarga Thenardiers yang membantu
Cossette dan Valjean melarikan diri. Padahal keluarga Thenardiers terkenal
kejam dan memelihara budak yang diperlakukan secara tidak manusiawi.
Bahwa hukum kadang sangat kaku dalam
penerapan, tidak perduli pada siapapun diperlakukan dengan sama, namun kadang
hukum juga berbenturan dengan rasa keadilan, rasa kemanusiaan dan hati nurani
sebagai seorang manusia, yang tergambarkan dalam diri sosok seorang Javert,
seorang Polisi yang menjalankan hukum dengan tegas tanpa pandang bulu, namun
pada akhirnya mengalami konflik batin antara tugas dan nurani dia sebagai
manusia.
Bahwa idealisme seorang pemuda yang
tergambar dalam diri seorang Marius, bisa menggerakkan suatu gerakan
perubahan atau revolusi, walaupun akhirnya dia menyesali apa yang telah dia
perbuat telah mengorbankan para sahabatnya. Seperti kata-kata Bung Karno
". “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya,
berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”
Notes :
Sudah sempat menonton film dengan judul
yang sama "Les Miserables" yang dibintangi oleh Hugh Jackman (Jean
Valjean), Russell Crowe (Javert), Anne Hathaway (Fantine), Amanda Seyfried
(Cossette) Eddy Redmayne (Marius Pontmercy) Aaron Tveit (Enjolras) dan Daniel
Huttlestone (Gavroche) alur ceritanya hampir sama dengan bukunya, namu film ini
cenderung menjadi film musikal.
Ada satu hal lagi yang sangat
menyentuh dalam film tersebut dimana seorang Anne Hathaway (yang memerankan
Fantine yang penuh kemalangan) sangat bagus menyanyikan sebuah lagu yang jadi
soundtrack film ini yang berjudul "I Dreamed a Dream" dengan
suara dan penghayatannya yang sangatl uar biasa, waktu nonton secara utuh di
youtube terlihat begitu berasa penjiwaannya.
#seulas senyumtipis inspirasi
terima kasih atas tulisannya.
BalasHapusAgen Judi Terpercaya
BalasHapusPanduan Judi Slot Online
LK21