Coretan Perjalanan (4)
Coretan perjalanan Pendakian Gunung Lawu semasa SMA, Pelatihan SAR GUNUNG,
di up date terakhir 05 Oktober 2010. Diedit beberapa hari yang lalu.
Mendaki Gunung, buat saya sangat kental dengan aura mistis, kadang tidak masuk
akal dan logika. Alangkah lebih baiknya kalau kita mempersiapkan pengetahuan
atau memiliki pengetahuan yang memadai dan niat yang bersih dan tulus
serta jangan sekali-kali merasa menantang ataupun pengen menaklukan
gunung karena ego dan kesombongan dikarenakan ingin mendapatkan pengakuan bahwa
kita pernah menaklukan Gunung, yang ada justru kita yang akan takluk karena
kesombongan kita .
Banyak orang hilang bahkan mati digunung karena minimnya pengetahuan
tentang Gunung, seperti pengetahuan topografi, vegetasi atau tipe hutan, dan
pengetahuan dasar survival serta karena rasa ego dan kesombongan kita.
"Naik Gunung bukan untuk menaklukan puncak, tapi justru mengalahkan
ego dalam diri... Jangan pernah merasa hebat, dan buang jauh keangkuhan yang
menguasai diri, serta jangan lupa berdoa" ... Mahameru Bersamamu -
Ristyanina
Hal Hal yang perlu diperhatikan, selain doa :
1. Jangan ngeluh, karena itu akan
menurunan Semangat temen kita,
psikis akan sangat berpengaruh.
2. Mental dan keteguhan hati bisa
mengalahkan apapun, termasuk fisik yang
udah nggak memungkinkan.
3. Jangan tinggalkan sampah dimanapun,
termasuk sampah hasil peradaban masyarakat,
terutama dari material plastik.
terutama dari material plastik.
4. Jangan parno duluan sebelum berperang
(menjalani pendakian).
5. Take Nothing but Picture, Leave nothing
but footprint, Kill nothing but time.
6. Ini bukan rumah kita, jangan berbuat
seenaknya, tapi dijaga seperti kita menjaga
rumah kita.
7. Jaga omongan, karena lidah selalu
sangat tajam.
8. Jangan tinggalkan temen,
karena berangkat bareng-bareng,
jadi balik juga harus bareng,
kecuali dalam keadaan yang terpaksa,
dan yang ditinggal minimal harus ditemani
satu atau dua orang yang menguasai
gunung.
kecuali dalam keadaan yang terpaksa,
dan yang ditinggal minimal harus ditemani
satu atau dua orang yang menguasai
gunung.
9. Kenali daerah sekitar,
karena akan membantu selama perjalanan
(Topografi, Vegetasi, survival dasar dll).
10. Pijakan kakimu dengan penuh keyakinan.
11. Jangan merusak apapun, jangan asal
coret-coret.
12. Jaga Sikap dan tingkah laku,
karena mau percaya atau tidak
gunung memiliki aura mistis.
Dibawah ini ada beberapa paparan tentang Topografi Gunung Lawu, karakteristik
Gunung Lawu, Vegetasi atau tipe hutan Gunung Lawu dan Jalur Pendakian.
TOPOGRAFI GUNUNG LAWU
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di
perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kota Karanganyar, Wonogiri
(Jawa Tengah), dan Magetan (Jawa Timur) dengan posisi Koordinat
di111°11'39" LS 07°37'37" BT. Gunung Lawu memiliki tiga puncak,
Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah
puncak tertinggi.
KARAKTERISTIK GUNUNG LAWU
Status gunung ini adalah gunung api"istirahat" dan telah lama
tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di
lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan
belerang (solfatara).
VEGETASI ATAU TIPE HUTAN GUNUNG LAWU
Gunung Lawu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp
(Dipterocarpaceae/Dipterocarpus) Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane
Bawah, Hutan Montane Atas, dan Hutan Ericaceous.
Hutan Dipterokarp Bukit, adalah kawasan hutan yang terdapat di ketinggian
antara 300 - 750 m dpl, mempunyai bilangan pohon yang padat dan
berbagai-bagai jenis. Spesies utama ialah pohon Meranti dan atau pohon
kapur barus, pohon lamtoro.
Hutan Dipterokarp Atas adalah kawasan hutan yang terdapat pada ketinggian
750 - 1,200 m dpl yang spesies utamanya adalah Pohon Meranti dan Pohon
Pinus atau Pohon Damar.
Hutan Montane bawah, terletak pada ketinggian 1,200 -1,800 meter dpl, hutan
dengan daun luruh. Hutan ini ditumbuhi pokok oak/ek pada gunung gunung di
Indonesia spesies ek yang sering dijumpai adalah Mempening (Quercus argentata)
dan pasang jambe (Quercus gemelliflora) yang tingginya bisa mencapai 15 meter
hingga 33 meter. Hutan ini mempunyai banyak tumbuhan jenis epifit seperti
tanaman anggrek, pakis dan bermacam macam tanaman paku.
Hutan Montane atas, terletak pada ketinggian 1,800 -2,900 meter. Hutan
jenis ini ditumbuhi pohon pohon koniferus (coniferous) atau pohon jarum, pohon
gelam gunung, pohon pinus, pohon rhododendron (berbentuk semak) hati-hati
dengan jenis rhododendron (beracun, dg kadar racun rendah). Suhu yang lebih
rendah dan tiupan angin yang kencang telah menyebabkan kebanyakan pokok hanya
serendah 1.5 meter hingga 18 meter. Hutan ini hanya mempunyai satu lapisan
saja. Tumbuhan yang hidup secara epifit adalah lumut tumbuh di dahan-dahan
pohon dan di tanah sehingga tanah hutan ini lembab.
Hutan Ericaceous atau hutan gunung, kawasan hutan yang hanya terdapat di
gunung, yang merujuk kepada kawasan hutan yang terdapat pada ketinggian
melebihi 1,500 meter dpl yang berisi spesies pohon berukuran kecil, bengkok dan
rendah, seperti berbagai jenis belukar, rumput liar, pohon paku, pohon pakis,
pohon anggrek hutan dan lumut. (Bisa masuk dalam kawasan hutan Montane).
JALUR PENDAKIAN
Pendakian pada gunung Lawu sampai dengan puncak pada ketinggian 3265 m dpl,
dapat melalui 3 jalur :
1. Jalur selatan yaitu.
melalui Cemoro Sewu,
2. Jalur Barat melalui
Cemoro Kandang, dan
3. Jalur yang terakhir adalah
Jalur Utara yang jarang sekali
dilalui orang pada umumnya,
hanya warga Ngawi pada
khususnya yaitu jalur Srambang.
Sampai sekarang saya tidak
dan belum pernah dapat info
tentang jalur pendakian dari
Srambang apalagi sampai
mendaki dari sana.
JALUR CEMORO SEWU
Jalur pendakian lewat sisi selatan Gunung Lawu, Bagi anda yang berangkat
dari Jawa timur, naik bus dari terminal Maospati hingga terminal Magetan. waktu
tempuh sekitar 30 menit. Sepanjang perjalanan akan tersaji hamparan sawah.
Ketika memasuk ke kota Magetan hawa sudah beranjak sejuk. Dari terminal magetan
kita oper kendaraan dengan naik mobil L300, menuju Ngerong (Pusat
penjualan sayur mayur), melalui telaga Sarangan dan berakhir di Cemoro
sewu, yang merupakan pos pemberangkatan dar isisi selatan.
Jalur pendakian melalui Cemoro sewu hingga puncak.Pada awal pendakian jalan
masih lebar dan agak datar, setelah memasuki pos 1,jalan mulai menanjak semakin
menyempit. Pepohonan di sekitar pos 1 hingga pos 3 masih sama yaitu pinus
dengan di selingi pohon perdu. Namun sayang sekali pada kanan kiri jalan, dari
Cemoro sewu hingga pos 1 telah di babat menjadi ladang penanaman kubis dan
wortel. Pepohonannya rata-rata telah banyak yang mati. Pada pos 1 hingga pos 2
bau menyengat keluar dari bebatuan yang mengandung belerang.
Tanjakan semakin menanjak saat meninggalkan pos 2 hingga pos 4. barulah
setelah pos 4 tumbuhan perdu yang ada pada ketinggian 2600 mdpl memenuhi lembah
dan ngarai.
Daerah di sekitar pos 5 sering di sebut dengan Cokro Suryo, atau Cokro
Srengenge, yaitu hamparan rumput yang luas seperti alun alun.
Masuk pada jalan berikutnya sudah tidak terlalu menanjak kita memasuki
daerah sumur Jolotundo, yaitu sebuah sumur berupa gua vertikal dan
terdapat sumber air yang kecil di dalam nya. Konon ada cerita jika kita masuk
dan mengadahkan mulut menghadap ke atas, dan secara kebetulan tenggorokkan kita
tertetesi oleh air yang menetes dari langit langit gua, maka kita akan di beri
limpahan rejeki oleh yang maha kuasa (mitos).
Selang beberapa puluh meter dari sumur Jolotundo kita akan sampai pada
sebuah sendang, dengan nama sendang Derajat. Air sangat melimpah di
sendang yang ini, bahkan di samping sendang di bangunkan beberapa toilet umum.
Dan jangan kaget kalau anda melakukan pendakian ke Gunung Lawu pada awal
bulan Suro, jika tiba tiba anda bertemu dengan pedagang nasi pecel didaerah
Sendang Derajat sampai Hargo Dalem. Mereka adalah pedagang nasi pecel
musiman yang sengaja berdagang keperluan makan saat musim pendakian pada
bulan Suro.
Berikutnya kita melingkari bawah puncak gunung untuk sampai pada Hargo
Dalem, sebuah petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Di
wilayah Hargo Dalem biasanya sangat ramai sekali, mengingat di daerah
ini banyak sekali rumah rumahan yang di buat para pedagang musiman,
namanya Kandang Jaran atau Gedogan untuk para peziarah di petilasan
Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu.
Nah pada pagi harinya barulah kita akan melanjutkan perjalanan untuk
mencapai puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah dengan
ketinggian 3265 meter di atas permukaan laut. Di puncaknya di bangun tugu
trianggulasi, dan banyak sekali sesembahan berupa dupa, kembang dan beberapa
makanan, entah untuk siapa.
Dari puncak ini kita bisa melihat ke arah timur yaitu gunung Wilis,
dan jika saja cuaca lagi bagus dengan langit yang jernih dan bersih kita bisa
menyaksikan keagungan gunung Semeru, Gunung Arjuno. Jika melihat ke
arah barat bisa di lihat gunung Merapi dan gunung Merbabu.
JALUR CEMORO KANDANG
Dan bagi anda yang ingin mendaki dari Jawa Tengah dan Jogja, bisa menaiki
bus dari terminal Solo, melewati Palur dan Karanganyar, dan
bus berakhir di Tawangmangu (terkenal dengan gerojokan sewu nya) Dari
Tawangmangu berganti kendaraan pickup bertutup, atau naik L300, untuk menuju ke
Cemoro Kandang.
Dalam perjalan mata kita selalu menatap hamparan perkebunan kubis, wortel
dan kentang, dipinggir pinggir jalanya bahkan ada beberapa warga yang mencuci
hasil panen di saluran air pinggir jalan. Sesampainya di Cemoro kandang
biasanya kita terlebih dahulu beristirahat sejenak, minum kopi ataupun hanya sekedar
mengobrol saja. Karena di Cemoro Kandang terdapat lebih banyak warung dari pada
di Cemoro Sewu.
Sepanjang jalur dari Cemoro Kandang menuju puncak jalur tidak terlalu
menanjak, namun cenderung melingkar dan menyusuri lereng bukit dan berbentuk
seperti anak tangga (kalo cemoro sewu melalui punggung bukit) hingga pos 2 bau
dari belerang sangat menyengat. Tumbuhan dari pos 1 hingga pos 4 adalah tanaman
lamtoro gunung, pinus dan pakis, di selingi tanaman perdu gunung. Dari Pos 1
sampai Pos 3, kita masih akan menemukan Pos atau Shelter tertutup tapi pada Pos
ke 4 dan seterusnya hanya akan kita temukan Pos atau shelter terbuka.
Hingga memasuki Jurang Pangarip arip jalan selalu menyusuri lereng,
namun jika anda tak ingin berjalan melingkar anda bisa langsung melewati jalan
pintas memotong langsung keatas, lumayan terjal karena lurus tidak melingkari
lerengan, tapi harus hati-hati saat hujan jalur ini akandi lewati air bah
pegunungan. Sampai pada pos 4 nanti tumbuhan sudah mulai jarang, dan di
gantikan rerumputan gunung sampai di cokro srengenge,
Dari jalur ini Cokro Srengenge lebih luas dari pada yang melaui Jalur
Cemoro Sewu, hamparan rumput menghampar hingga nanti bertemu dengan jalur dari
Cemoro Sewu, di daerah Hargo Dalem, dari Hargo Dalem sampai puncak Rute Cemoro
Kandang dan Rute Cemoro Sewu Menjadi satu.
Di Cokro Srengenge ke Hargo Dalem pada Jalur ini, kita akan memasuki
daerah pasar Dieng, yaitu hamparan padang edelweis di selingi bebatuan yang
tertata rapi, menurut mitos pasar Dieng adalah pasarnya Setan.
JALUR SRAMBUNG
Jika melihat ke arah utara yaitu Sisi Pasar Dieng mata kita pasti
akan tertuju pada sebuah bukit yang memiliki menara BTS, yaitu bukit Hargo
Kahyangan. Melaui sisi sebelah timur bukit Hargo Kahyangan inilah
kita bisa melewati jalur pendakian dari sisi Utara (Ngawi).
INFO DAN TIP SEPUTAR GUNUNG LAWU
INFO TEMPAT WISATA
Gunung Lawu sudah terkenal dari jaman dahulu, sejak dari jaman awal
runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Mangkunegaraan hingga jaman penjajahan dan
perang kemerdekaan, sampai sekarang.
Disekitar Lereng Gunung Lawu terdapat banyak tempat-tempat populer sebagai
tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak
ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir
Majapahit : Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak
komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana
Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk
keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.
MITOS DAN MISTERI GUNUNG LAWU
Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan
berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Praja Mangkunegaran.
Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya
dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Hargo
Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Brawijaya Pamungkas, Hargo
Dumilingdi yakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Hargo Dumilah
merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi
kemampuan olah batin dan meditasi.
TIPS :
Sering kesal kalau mendengar orang naik gunung ketika ditanya tentang
topografi dan vegetasi atau tipe hutan yang ada digunung mereka tidak tahu dan
sering menyepelekan, apalagi dengan perlengkapan yang asal-asalan.
Pada banyak kasus orang hilang, atau yang pernah ikut pelatihan "SAR
GUNUNG" atau "JUNGLE SURVIVAL", mereka baru akan sadar kalau
pengetahuan Topografi dan pengetahuan tentang vegetasi atau tipe hutan, Pengetahuan P3K dan Pengetahuan tentang Survival adalah
syarat mutlak yang harus dikuasai. Serta perlengkapan standar Pendakian harus
dimiliki. (banyak orang naik gunung sering menyepelekan itu, karena mereka
merasa belum pernah kesasar dan hilang digunung, ataupun menghadapi kondisi yang ekstrim terutama cuaca yang dingin terutama gangguan kesehatan hipotermia (Penurunan Suhu tubuh dibawah 35%), namun jika ada yang pernah mengalami sendiri ataupun menimpa teman seperjalanannya dan mereka bisa survive atau selamat,
mereka akan menyadari betapa pentingnya hal tersebut).
Pengetahuan Topografi sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi, sehingga
ketika kita kesasar atau ketika keluar dari jalur akan dengan cepat dan mudah
kita melakukan orientasi arah untuk kembali atau meneruskan pendakian ke jalur
yang benar.
Pengetahuan tentang Tipe hutan, akan sangat membantu kita mengenali posisi
ketinggian kita berada saat itu, karena dari jenis jenis tanaman yang kita
temui kita bisa menentukan ketinggian dari posisi kita,sehingga lebih
memudahkan kita melakukan orientasi atau mengkoreksi dan memperkirakan jarak,
waktu dan tenaga yang harus dilakukan.
Disamping itu, dengan mengetahui tipe-tipe tanaman,akan menyelamatkan kita
atau minimal memperpanjang waktu survive kita untuk dapat ditemukan tim pencari
pada saat kita hilang, dengan penggabungan pengetahuan tentang tipe hutan
pengetahuan survival kita akan mengetahui tanaman mana saja yang bisa dimakan
dan yang tidak, tanaman mana yang mengandung air, dan tahu kita berada dimana.
Perlengkapan Dasar yang komplit, kelihatan sepele, tapi sering
menggampangkan. Padahal pada saat kita kesasar peralatan tersebut akan banyak
membantu, seperti, senter dan cadangan baterai, pada saat malam akan sangat
dibutuhkan, ponco atau jas hujan, akan sangat bermanfaat ketika musim hujan,
apalagi ketika bertemu dengan hujan badai dan hujan yang lama berhenti apalagi
dalam posisi kesasar, ponco tersebut bisa digunakan bivak sebagai shelter
perlindungan darurat dari hujan dan badai.
Radio komunikasi dan call sign perwakilan pengawas hutan atau gunung, bisa
Perhutani, polisi setempat atau pengelola hutan dan taman wisata, kedengaran
ketinggalan jaman dan kurang kerjaan, tapi hal itu baru akan kita sadari ketika
device seperti handphone blank signal, apalagi pada posisi sedang kesasar.
Demikian juga dengan korek api, balaclava, sarung tangan, kompor parapin,
jaket kedap air, pakaian cadangan, pakaian atau kain berwarna terang jangan
berwarna hitam, ijo atau coklat (biasanya kalau (Pencinta) Alam, menggunakan
syal), stock makanan dan minuman yang dilebihkan minimal 1 hari dari target
waktu pendakian dll.
Jangan Pernah berlaku sombong dan seenaknya sendiri, perhatikan 12 poin
yang telah disebutkan diatas, karena kadang hal tersebut sering dapat membantu
kita ataupun minimal, bisa menyemangati dan menjaga kita selama perjalanan
pendakian.
Semoga bermanfaat.
#seulas senyum tipis inspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar