Selasa, 08 Oktober 2013

"PENDAKIAN GUNUNG LAWU"

Coretan Perjalanan (4)


Coretan perjalanan Pendakian Gunung Lawu semasa SMA, Pelatihan SAR GUNUNG, di up date terakhir 05 Oktober 2010. Diedit beberapa hari yang lalu.

Mendaki Gunung, buat saya sangat kental dengan aura mistis, kadang tidak masuk akal dan logika. Alangkah lebih baiknya kalau kita mempersiapkan pengetahuan atau memiliki pengetahuan yang memadai dan niat yang bersih dan tulus serta  jangan sekali-kali merasa menantang ataupun pengen menaklukan gunung karena ego dan kesombongan dikarenakan ingin mendapatkan pengakuan bahwa kita pernah menaklukan Gunung, yang ada justru kita yang akan takluk karena kesombongan kita .

 Banyak orang hilang bahkan mati digunung karena minimnya pengetahuan tentang Gunung, seperti pengetahuan topografi, vegetasi atau tipe hutan, dan pengetahuan dasar survival serta karena rasa ego dan kesombongan kita.

"Naik Gunung bukan untuk menaklukan puncak, tapi justru mengalahkan ego dalam diri... Jangan pernah merasa hebat, dan buang jauh keangkuhan yang menguasai diri, serta jangan lupa berdoa" ... Mahameru Bersamamu - Ristyanina

Hal Hal yang perlu diperhatikan, selain doa : 

1.   Jangan ngeluh, karena itu akan 
      menurunan Semangat temen kita, 
      psikis akan sangat berpengaruh.

2.   Mental dan keteguhan hati bisa 
      mengalahkan  apapun, termasuk fisik yang 
      udah nggak memungkinkan.

3.   Jangan tinggalkan sampah dimanapun, 
      termasuk sampah hasil peradaban masyarakat, 
      terutama dari material plastik.

4.   Jangan parno duluan sebelum berperang 
      (menjalani pendakian).

5.   Take Nothing but Picture, Leave nothing 
      but footprint, Kill nothing but time.

6.   Ini bukan rumah kita, jangan berbuat 
      seenaknya, tapi dijaga seperti kita menjaga 
      rumah kita.

7.   Jaga omongan, karena lidah selalu 
      sangat tajam.

8.   Jangan tinggalkan temen, 
      karena berangkat bareng-bareng, 
      jadi balik juga harus bareng,
      kecuali dalam keadaan yang terpaksa,
      dan yang ditinggal minimal harus ditemani
      satu atau dua orang yang menguasai
      gunung.

9.   Kenali daerah sekitar,
      karena akan membantu selama perjalanan 
      (Topografi, Vegetasi, survival dasar dll).

10. Pijakan kakimu dengan penuh keyakinan.

11. Jangan merusak apapun, jangan asal 
      coret-coret.

12. Jaga Sikap dan tingkah laku, 
      karena mau percaya atau tidak 
      gunung memiliki aura mistis.


Dibawah ini ada beberapa paparan tentang Topografi Gunung Lawu, karakteristik Gunung Lawu, Vegetasi atau tipe hutan Gunung Lawu dan Jalur Pendakian.


TOPOGRAFI GUNUNG LAWU

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kota Karanganyar, Wonogiri (Jawa Tengah), dan Magetan (Jawa Timur) dengan posisi Koordinat di111°11'39" LS 07°37'37" BT. Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.


KARAKTERISTIK GUNUNG LAWU

Status gunung ini adalah gunung api"istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara).


VEGETASI ATAU TIPE HUTAN GUNUNG LAWU

Gunung Lawu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp (Dipterocarpaceae/Dipterocarpus) Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane Bawah, Hutan Montane Atas, dan Hutan Ericaceous.

Hutan Dipterokarp Bukit, adalah kawasan hutan yang terdapat di ketinggian antara 300 - 750 m dpl, mempunyai bilangan pohon  yang padat dan berbagai-bagai jenis. Spesies utama ialah pohon  Meranti dan atau pohon kapur barus, pohon lamtoro.

Hutan Dipterokarp Atas adalah kawasan hutan yang terdapat pada ketinggian 750 - 1,200 m dpl yang spesies  utamanya adalah Pohon Meranti dan Pohon Pinus atau Pohon Damar.

Hutan Montane bawah, terletak pada ketinggian 1,200 -1,800 meter dpl, hutan dengan daun luruh. Hutan ini ditumbuhi pokok oak/ek pada gunung gunung di Indonesia spesies ek yang sering dijumpai adalah Mempening (Quercus argentata) dan pasang jambe (Quercus gemelliflora) yang tingginya bisa mencapai 15 meter hingga 33 meter. Hutan ini mempunyai banyak tumbuhan jenis epifit seperti tanaman anggrek, pakis dan bermacam macam tanaman paku.

Hutan Montane atas, terletak pada ketinggian 1,800 -2,900 meter. Hutan jenis ini ditumbuhi pohon pohon koniferus (coniferous) atau pohon jarum, pohon gelam gunung, pohon pinus, pohon rhododendron (berbentuk semak) hati-hati dengan jenis rhododendron (beracun, dg kadar racun rendah). Suhu yang lebih rendah dan tiupan angin yang kencang telah menyebabkan kebanyakan pokok hanya serendah 1.5 meter hingga 18 meter. Hutan ini hanya mempunyai satu lapisan saja. Tumbuhan yang hidup secara epifit adalah lumut tumbuh di dahan-dahan pohon dan di tanah sehingga tanah hutan ini lembab.

Hutan Ericaceous atau hutan gunung, kawasan hutan yang hanya terdapat di gunung, yang  merujuk kepada kawasan hutan yang terdapat pada ketinggian melebihi 1,500 meter dpl yang berisi spesies pohon berukuran kecil, bengkok dan rendah, seperti berbagai jenis belukar, rumput liar, pohon paku, pohon pakis, pohon anggrek hutan dan lumut. (Bisa masuk dalam kawasan hutan Montane).



JALUR PENDAKIAN



Pendakian pada gunung Lawu sampai dengan puncak pada ketinggian 3265 m dpl, 
dapat melalui 3 jalur :

1. Jalur selatan yaitu.     
    melalui Cemoro Sewu,

2. Jalur Barat melalui
    Cemoro Kandang, dan

3. Jalur yang terakhir adalah
    Jalur Utara yang jarang sekali
    dilalui orang pada umumnya,
    hanya warga Ngawi pada
    khususnya yaitu jalur Srambang.
  
    Sampai sekarang saya tidak
    dan belum pernah dapat info 
    tentang jalur pendakian dari
    Srambang apalagi sampai
    mendaki dari sana.


JALUR CEMORO SEWU

Jalur pendakian lewat sisi selatan Gunung Lawu, Bagi anda yang berangkat dari Jawa timur, naik bus dari terminal Maospati hingga terminal Magetan. waktu tempuh sekitar 30 menit. Sepanjang perjalanan akan tersaji hamparan sawah. Ketika memasuk ke kota Magetan hawa sudah beranjak sejuk. Dari terminal magetan kita oper kendaraan dengan naik mobil L300, menuju Ngerong (Pusat penjualan sayur mayur), melalui telaga Sarangan dan berakhir di Cemoro sewu, yang merupakan pos pemberangkatan dar isisi selatan.

Jalur pendakian melalui Cemoro sewu hingga puncak.Pada awal pendakian jalan masih lebar dan agak datar, setelah memasuki pos 1,jalan mulai menanjak semakin menyempit. Pepohonan di sekitar pos 1 hingga pos 3 masih sama yaitu pinus dengan di selingi pohon perdu. Namun sayang sekali pada kanan kiri jalan, dari Cemoro sewu hingga pos 1 telah di babat menjadi ladang penanaman kubis dan wortel. Pepohonannya rata-rata telah banyak yang mati. Pada pos 1 hingga pos 2 bau menyengat keluar dari bebatuan yang mengandung belerang.

Tanjakan semakin menanjak saat meninggalkan pos 2 hingga pos 4. barulah setelah pos 4 tumbuhan perdu yang ada pada ketinggian 2600 mdpl memenuhi lembah dan ngarai.

Daerah di sekitar pos 5 sering di sebut dengan Cokro Suryo, atau Cokro Srengenge, yaitu hamparan rumput yang luas seperti alun alun.

Masuk pada jalan berikutnya sudah tidak terlalu menanjak kita memasuki daerah sumur Jolotundo, yaitu sebuah sumur berupa gua vertikal dan terdapat sumber air yang kecil di dalam nya. Konon ada cerita jika kita masuk dan mengadahkan mulut menghadap ke atas, dan secara kebetulan tenggorokkan kita tertetesi oleh air yang menetes dari langit langit gua, maka kita akan di beri limpahan rejeki oleh yang maha kuasa (mitos).

Selang beberapa puluh meter dari sumur Jolotundo kita akan sampai pada sebuah sendang, dengan nama sendang Derajat. Air sangat melimpah di sendang yang ini, bahkan di samping sendang di bangunkan beberapa toilet umum.

Dan jangan kaget kalau anda melakukan pendakian ke Gunung Lawu pada awal bulan Suro, jika tiba tiba anda bertemu dengan pedagang nasi pecel didaerah Sendang Derajat sampai Hargo Dalem. Mereka adalah pedagang nasi pecel musiman yang sengaja berdagang keperluan makan saat musim pendakian pada bulan Suro.

Berikutnya kita melingkari bawah puncak gunung untuk sampai pada Hargo Dalem, sebuah petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Di wilayah Hargo Dalem biasanya sangat ramai sekali, mengingat di daerah ini banyak sekali rumah rumahan yang di buat para pedagang musiman, namanya  Kandang Jaran atau Gedogan untuk para peziarah di petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu.

Nah pada pagi harinya barulah kita akan melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah dengan ketinggian 3265 meter di atas permukaan laut. Di puncaknya di bangun tugu trianggulasi, dan banyak sekali sesembahan berupa dupa, kembang dan beberapa makanan, entah untuk siapa.

Dari puncak ini kita bisa melihat ke arah timur yaitu gunung Wilis, dan jika saja cuaca lagi bagus dengan langit yang jernih dan bersih kita bisa menyaksikan keagungan gunung Semeru, Gunung Arjuno. Jika melihat ke arah barat bisa di lihat gunung Merapi dan gunung Merbabu.


JALUR CEMORO KANDANG

Dan bagi anda yang ingin mendaki dari Jawa Tengah dan Jogja, bisa menaiki bus dari terminal Solo, melewati Palur dan Karanganyar, dan bus berakhir di Tawangmangu (terkenal dengan gerojokan sewu nya) Dari Tawangmangu berganti kendaraan pickup bertutup, atau naik L300, untuk menuju ke Cemoro Kandang.

Dalam perjalan mata kita selalu menatap hamparan perkebunan kubis, wortel dan kentang, dipinggir pinggir jalanya bahkan ada beberapa warga yang mencuci hasil panen di saluran air pinggir jalan. Sesampainya di Cemoro kandang biasanya kita terlebih dahulu beristirahat sejenak, minum kopi ataupun hanya sekedar mengobrol saja. Karena di Cemoro Kandang terdapat lebih banyak warung dari pada di Cemoro Sewu.

Sepanjang jalur dari Cemoro Kandang menuju puncak jalur tidak terlalu menanjak, namun cenderung melingkar dan menyusuri lereng bukit dan berbentuk seperti anak tangga (kalo cemoro sewu melalui punggung bukit) hingga pos 2 bau dari belerang sangat menyengat. Tumbuhan dari pos 1 hingga pos 4 adalah tanaman lamtoro gunung, pinus dan pakis, di selingi tanaman perdu gunung. Dari Pos 1 sampai Pos 3, kita masih akan menemukan Pos atau Shelter tertutup tapi pada Pos ke 4 dan seterusnya hanya akan kita temukan Pos atau shelter terbuka.

Hingga memasuki Jurang Pangarip arip jalan selalu menyusuri lereng, namun jika anda tak ingin berjalan melingkar anda bisa langsung melewati jalan pintas memotong langsung keatas, lumayan terjal karena lurus tidak melingkari lerengan, tapi harus hati-hati saat hujan jalur ini akandi lewati air bah pegunungan. Sampai pada pos 4 nanti tumbuhan sudah mulai jarang, dan di gantikan rerumputan gunung sampai di cokro srengenge,

Dari jalur ini Cokro Srengenge lebih luas dari pada yang melaui Jalur Cemoro Sewu, hamparan rumput menghampar hingga nanti bertemu dengan jalur dari Cemoro Sewu, di daerah Hargo Dalem, dari Hargo Dalem sampai puncak Rute Cemoro Kandang dan Rute Cemoro Sewu Menjadi satu.

Di Cokro Srengenge ke Hargo Dalem pada Jalur ini,  kita akan memasuki daerah pasar Dieng, yaitu hamparan padang edelweis di selingi bebatuan yang tertata rapi, menurut mitos pasar Dieng adalah pasarnya Setan.


JALUR SRAMBUNG

Jika melihat ke arah utara yaitu Sisi Pasar Dieng mata kita pasti akan tertuju pada sebuah bukit yang memiliki menara BTS, yaitu bukit Hargo Kahyangan. Melaui sisi sebelah timur bukit Hargo Kahyangan inilah kita bisa melewati jalur pendakian dari sisi Utara (Ngawi).



INFO DAN TIP SEPUTAR GUNUNG LAWU

INFO TEMPAT WISATA

Gunung Lawu sudah terkenal dari jaman dahulu, sejak dari jaman awal runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Mangkunegaraan hingga jaman penjajahan dan perang kemerdekaan, sampai sekarang.

Disekitar Lereng Gunung Lawu terdapat banyak tempat-tempat populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit : Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.


MITOS DAN MISTERI GUNUNG LAWU

Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Praja Mangkunegaran.

Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Hargo Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Brawijaya  Pamungkas, Hargo Dumilingdi yakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Hargo Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.


TIPS :

Sering kesal kalau mendengar orang naik gunung ketika ditanya tentang topografi dan vegetasi atau tipe hutan yang ada digunung mereka tidak tahu dan sering menyepelekan, apalagi dengan perlengkapan yang asal-asalan.

Pada banyak kasus orang hilang, atau yang pernah ikut pelatihan "SAR GUNUNG" atau "JUNGLE SURVIVAL", mereka baru akan sadar kalau pengetahuan Topografi dan pengetahuan tentang vegetasi atau tipe hutan, Pengetahuan P3K dan Pengetahuan tentang Survival adalah syarat mutlak yang harus dikuasai. Serta perlengkapan standar Pendakian harus dimiliki. (banyak orang naik gunung sering menyepelekan itu, karena mereka merasa belum pernah kesasar dan hilang digunung, ataupun menghadapi kondisi yang ekstrim terutama cuaca yang dingin terutama gangguan kesehatan hipotermia (Penurunan Suhu tubuh dibawah 35%), namun jika ada yang pernah mengalami sendiri ataupun menimpa teman seperjalanannya dan mereka bisa survive atau selamat, mereka akan menyadari betapa pentingnya hal tersebut).

Pengetahuan Topografi sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi, sehingga ketika kita kesasar atau ketika keluar dari jalur akan dengan cepat dan mudah kita melakukan orientasi arah untuk kembali atau meneruskan pendakian ke jalur yang benar.

Pengetahuan tentang Tipe hutan, akan sangat membantu kita mengenali posisi ketinggian kita berada saat itu, karena dari jenis jenis tanaman yang kita temui kita bisa menentukan ketinggian dari posisi kita,sehingga lebih memudahkan kita melakukan orientasi atau mengkoreksi dan memperkirakan jarak, waktu dan tenaga yang harus dilakukan.

Disamping itu, dengan mengetahui tipe-tipe tanaman,akan menyelamatkan kita atau minimal memperpanjang waktu survive kita untuk dapat ditemukan tim pencari pada saat kita hilang, dengan penggabungan pengetahuan tentang tipe hutan pengetahuan survival kita akan mengetahui tanaman mana saja yang bisa dimakan dan yang tidak, tanaman mana yang mengandung air, dan tahu kita berada dimana.

Perlengkapan Dasar yang komplit, kelihatan sepele, tapi sering menggampangkan. Padahal pada saat kita kesasar peralatan tersebut akan banyak membantu, seperti, senter dan cadangan baterai, pada saat malam akan sangat dibutuhkan, ponco atau jas hujan, akan sangat bermanfaat ketika musim hujan, apalagi ketika bertemu dengan hujan badai dan hujan yang lama berhenti apalagi dalam posisi kesasar, ponco tersebut bisa digunakan bivak sebagai shelter perlindungan darurat dari hujan dan badai.

Radio komunikasi dan call sign perwakilan pengawas hutan atau gunung, bisa Perhutani, polisi setempat atau pengelola hutan dan taman wisata, kedengaran ketinggalan jaman dan kurang kerjaan, tapi hal itu baru akan kita sadari ketika device seperti handphone blank signal, apalagi pada posisi sedang kesasar.

Demikian juga dengan korek api, balaclava, sarung tangan, kompor parapin, jaket kedap air, pakaian cadangan, pakaian atau kain berwarna terang jangan berwarna hitam, ijo atau coklat (biasanya kalau (Pencinta) Alam, menggunakan syal), stock makanan dan minuman yang dilebihkan minimal 1 hari dari target waktu pendakian dll.

Jangan Pernah berlaku sombong dan seenaknya sendiri, perhatikan 12 poin yang telah disebutkan diatas, karena kadang hal tersebut sering dapat membantu kita ataupun minimal, bisa menyemangati dan menjaga kita selama perjalanan pendakian.

Semoga bermanfaat.


#seulas senyum tipis inspirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar