Selasa, 22 Oktober 2013

KETIKA HARUS MELEPASKAN

Coretan Tentang Olah Rasa (2)






Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. 
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. 
Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, 
penerimaan yang indah. 
Bahwa hidup harus mengerti, 
pengertian yang benar. 
Bahwa hidup harus memahami, 
pemahaman yang tulus. 

Tak peduli lewat apa penerimaan, 
pengertian, dan pemahaman itu datang. 
Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih 
dan menyakitkan.

"Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" 
Tere Liye



Disudut tersempit logika selalu ada harapan, 
selalu ada keyakinan, selalu ada doa,
 selalu ada hal yang luar biasa, 
ketika harapan, keyakinan dan doa 
berjalan beriringan.

Dari ketiadaan dan ketidakmungkinan 
selalu ada peristiwa, selalu ada cerita, 
selalu ada tanda tanda, 
meskipun kadang logika kita mengekang 
akal pikiran dan hati nurani kita 
dengan ketiadaan dan ketidakmungkinan. 
Selalu ada dari yang tidak ada, 
selalu tidak ada dari yang ada...

Kadang kenyataan tidak ditampakkan sekarang, 
keinginan tidak dikabulkan sekarang...
Namun pada saat yang tepat semua akan berjalan 
sesuai dengan Kehendak NYA....


#seulas senyum tipis inspirasi


Sabtu, 19 Oktober 2013

"LES MISERABLES"

Saat lagi santai setelah membuat laporan,  iseng-iseng buka koleksi ebook yang rencananya akan saya email ke seorang teman, ketika melihat ebook “Les Miserables”, jadi teringat pertama kali baca buku ini, pada waktu kelas 2 SMA, akhirnya timbul keinginan untuk menyalin ulang coretan semasa SMA dan merevisi di beberapa bagian.


Senyum-senyum sendiri membacanya, ada coretan yang saya tulis pakai Tinta Merah, tentang kesan membaca buku ini, bukan pada cerita bukunya tetapi pada proses membacanya. Pertama kali baca buku ini dari Bapak, yang katanya diperoleh dari adik bungsu Kakek, dalam edisi Bahasa Inggris. Masih ingat bagaimana ucapan Beliau waktu memberikan buku ini ke saya, “Ini buku baca sampai habis, sungguh sayang kalau sudah pesan berbulan-bulan dan dengan susah payah dikirim ke kita kalau tidak dibaca". Apalagi katanya kamu mau belajar bahasa Inggris, mendingan baca novel yang berbahasa inggris sekalian, Bapak kasih waktu kamu satu bulan,habis itu kamu bikin ringkasannya kasih ke bapak dan kita diskusi satu minggu kemudian" (sempet kepikiran, enak banget si Bapak, saya yang capek baca, beliau nggak perlu repot-repot baca tapi tahu isi bukunya, nyengir sendiri).

Dengan modal bahasa inggris yang “belepotan”, sehingga harus sering buka kamus "John M. Echols dan Hasan Shadily" kumal dan kadang sering mengganggu Pak Tong Tong, pada saat saya tidak mengerti beberapa kalimat dibuku itu (asli bikin pusing kepala sekaligus tertantang untuk menyelesaikan membacanya). Membaca buku ini  bikin lupa waktu, sering ngumpet terus dikamar, bahkan sering kena omel ibu karena makan sambil baca dikamar, kemana-mana bawa buku ini, mana buku nya tebal banget hampir 1500an halaman edisi paperback. Bukunya sampai kumal dan acak-acakan, dan sering diketawain bapak melihat muka kusut saya karena keasyikan baca. “Asyik ya Le bacanya?”.

(sampai sekarang saya masih merasa heran dengan orang-orang yang beli buku untuk dikoleksi dan memperlakukan buku dengan sangat hati-hati tidak boleh ada coretan atau lipatan, tetap nggak habis pikir,yang namanya buku dibaca ya resikonya pasti kelipat atau ketarik atau dicoret-coret jika kita menemukan bagian yang susah atau bagian yang sangat menarik, nggak bisa membayangkan bagaimana mereka membaca sebuah buku, apa nikmatnya membaca buku dengan hati-hati tidak bisa nongkrong santai atau sambil tiduran, atau membaca di perjalanan hanya karena sering fokus untuk menjaga dengan hati-hati agar tidak merusak buku daripada fokus membaca isi buku,.. come on !!!).


"LES MISERABLES"

Kembali ke Buku ini, Buku “Les Miserables” adalah salah satu karya Masterpiece Victor Hugo (22 Februari 1802 - 22 Mei 1885) masuk dalam jajaran Buku Novel Klasik, dari judulnya dalam bahasa perancis sudah kelihatan artinya "Kemalangan ataupun kesengsaraan".Les Miserables pertama kali diterbitkan tahun 1862 dalam 10 jilid di Belgia dan Perancis secara bersamaan dan meraih sukses luar biasa. Mulai tahun 1892, novel ini diterbitkan dalam 9 bahasa  yang berbeda secara simultan. Di Amerika Serikat, Les Miserables memukau khalayak walaupun saat itu tengah berkecamuk perang saudara. Dalam notes ini  resensi buku yang saya bikin sangat panjang. Karena tebalnya buku dan banyak pesan moral yang tersirat dalam buku ini.


Namun tidak banyak orang yang tahu bahwa Victor Hugo menulis buku Les Miserables ini terinspirasi dari kisah nyata seorang Eugene Francois Vidocq, mantan kriminal yang akhirnya menjadi orang terhormat, karena belajar dan memiliki keahlian dalam penyelidikan kriminal dan bekerja di Kantor Polisi bahkan mendapat penghargaan sebagai "Bapak Kriminal Modern Perancis" dan sebagai Detektif Swasta Pertama di dunia)


Tokoh dalam buku ini ada beberapa, Tokoh Utamanya adalah Jean Valjean, seorang bekas narapidana yang tadi nya seorang yang baik yang akhirnya menjadi penjahat yang dijauhi masyarakat, gara gara mencuri sepotong roti karena rasa lapar yang harus dihukum 19 tahun karena setiap melarikan diri hukumannya selalu ditambah, yang akhirnya kembali ke masyarakat dan mendapat penolakan dimana-mana membuatnya dendam dengan keadaan, yang akhirnya tersadarkan oleh perlakuan seorang Uskup kepadanya, dia kemudian bertekad untuk menghilangkan identitas dirinya dengan menggunakan nama lain "Monsieur Madeleine" yang akhirnya menjadi seorang  pengusaha tekstil kaya dan seorang walikota, yang suka menolong warga miskin. Ada Javert seorang Polisi yang sangat kaku menegakkan hukum, seandainya ibunya melakukan pelanggaran hukum, pasti dia pun tidak akan ragu ragu untuk menangkap ibu sendiri, pengabdiannya pada hukum tak terbantahkan. Hukum adalah putih, dan yang bersalah harus dihukum. Ia yang akhirnya menyadari bahwa Jean Valjean terlalu baik untuk dihukum sehingga akhirnya bunuh diri karena rasa bersalahnya. Ada Fantine yang merupakan seorang ibu tanpa ayah yang kehidupannya penuh kemalangan, dan ada sepasang remaja yang jatuh cintaCossette (anak Fantine) dan Marius yang memiliki idealisme yang tinggi.



Buku ini diawali dengan keluarnya Jean Valjean dari di penjara. Seorang Valjean yang awalnya adalah seorang yang baik, karena tanpa pendidikan, dia bekerja seadanya dan semampunya untuk membantu menyambung hidup. Menumpang pada keluarga kakaknya yang juga miskin dengan 7 anak yang harus dihidupinya tanpa suami. Karena tidak dapat menahan rasa lapar Valjean mencuri sepotong roti dari suatu toko roti, yang membawanya di penjara, dan dihukum penjara 4 tahun. Namun hukumannya bertambah beberapa tahun lagi karena dia berusaha melarikan diri. Dan bertambah lagi beberapa tahun karena berusaha kembali melarikan diri. Dan seterusnya sampai total hukumannya menjadi 19 tahun. Bukan hanya penjara, pada saat itu narapidaha juga harus bekerja paksa di sebuah kapal, dengan kaki terantai besi dan tanpa upah, bekerja kasar untuk “membayar”perbuatannya. Berhasil keluar dari 19 tahun masa penahanannya, Jean Valjean membawa setumpuk dendam dan kemarahan kepada masyarakat.

Pada masa itu setiap narapidana akan membawa tanda indentitas berwarna kuning sepanjang hidupnya yang menandakan dirinya adalah penjahat, dan karenanya akan sulit sekali mendapatkan tempat yang layak dimasyarakat. Dengan latar belakang tokoh utama tersebut, Hugo mengalirkan ceritanya.  Diawali dengan berjalannya Jean Valjean sejak melarikan diri dari penjara, dengan baju kotor dan lusuh dan segumpal gembolan kumuh yang disandangnya, mencari-cari penginapan dan makanan. Walaupun ia memiliki uang untuk membayar, tidak ada satu pun penginapan yang mau menerimanya. Sampai seseorang menyarankan untuk mengetuk pintu rumah seorang Uskup di sana. Uskup Myriel merupakan seorang lelaki tua yang tulus dan dihormati di kota itu.

Berbeda dengan semua orang, sang Uskup menerima Jean Valjean dengan tangan terbuka, bahkan memperlakukannya seperti orang terhormat lain, tanpa peduli dengan indentitas si pengunjung. Hal ini membuat Jean Valjean terperangah. Bahkan ia tetap dibela oleh sang Uskup atas perbuatan pencurian yang ia lakukan di rumah Uskup tersebut, Ia mencuri perangkat makan perak milik sang Uskup dan tertangkap. Namun sang Uskup mengatakan bahwa ia yang memberikan pada Jean Valjean agar dipergunakan untuk kebaikan. Hal tersebut membuat pikiran Jean Valjean terguncang dan lalu mempertanyakan arti berbuat baik dan memaafkan.  Jean Valjean akhirnya bebas dan ia berjanji akan mengubur nama Jean Valjean dan berniat menjadi manusia baru yang lebih baik. Sejak itu jejak Jean Valjean menghilang. Javert, polisi yang ditugaskan mengawasi tingkah laku Jean Valjean kehilangan jejak.

Singkat kata, 8 tahun kemudian Jean Valjean muncul sebagai Monsieur Madeleine, walikota Montreuil sur Mer dan pengusaha tekstil yang rkaya. Semua mencintai walikota yang sangat baik ini. Suatu hari ada lelaki bernama Fauchelent yang terjepit gerobak. Butuh 10 orang untukmengangkat gerobak, namun sang walikota sanggup mengangkat sendiri. Dari sinilah penyamaran Jean Valjean terbongkar. Pada saat yang sama, Jean Valjean sudah berjanji akan membantu Fantine untuk menjemput Cosette, anak Fantine. Fantine yang sangat menderita meninggal di rumah sakit dan Jean Valjean melarikan diri dan menjemput Cosette di penginapan keluarga Thenardiers yang jahat. Jean Valjean melarikan diri ke Paris dan bersembunyi di gereja. Saat ituia bertemu dengan Fauchelevent yang ia tolong dan menyembunyikan mereka dengan baik. Jejak Jean Valjean kembali hilang.

Disini Victor Hugo sangat bagus menjalin cerita sedemikian rupa, bagaimana satu tokoh berhubungan dengan tokoh lainnya, suatu masa dengan masa lainnya, atau suatu perbuatan dengan perbuatan lainnya.Dalam penuturannya, Hugo banyak menyiratkan bahwa berbuat baik adalah masalah memurnikan jiwa dan bahwa Tuhan bekerja terus menerus menolong diri kita melalui media apa pun, apakah melalui orang-orang yang pernah kita tolong,  atau melalui orang lain, seperti dalam penceritaan mengenai Fauchelevent : ”Sekarang giliranku”. Ia memutuskan bahwa ia akan menyelamatkan Jean Valjean. Ketika teringat kebaikan hati nurani Jean Valjean yang tidak menimbang sedemikian lama ketika menjepitkan dirinya sendiri di bawah kereta untuk menarik tubuhnya keluar.

Tokoh Fantine, yang berjuang dengan rela memberikan hidupnya demi kebaikan hidup anak perempuannya, Cossette. Pada jaman dahulu ada Stigma buruk yang melekat erat pada diri seorang perempuan yang memiliki anak tapi tidak bersuami, hal ini sangat menyulitkan hidup Fantine, yang akhirnya atas kebaikan Monsieur Madeleine diajak untuk bekerja dan tinggal dengan dia.

Tokoh Javert,  seorang Polisi dengan penciumannya yang tajam, telah lama mencurigai sang walikota sebagai seorang penjahat yang melarikan diri dan menyamar. Didasari dengan nilai moralnya yang kaku, Javert bertekad mencari bukti-bukti yang memperkuat dugaannya dan melakukan apapun untuk menangkap sang walikota.

9 tahun kemudian, diceritakan, Revolusi Perancis dimulai setelah meninggalnya Jean Maximillien Lamarque. Dia dikenal sebagai satu-satunya pejabat yang peduli pada nasib orang miskin. Para pelajar seperti Marius Pontmercy dan Enjolras memulai revolusi bersama rekan pelajar dan pemuda lain. Mereka juga dibantu mata-mata kecil mereka yang bernama Gavroche. 

Marius bertemu Cosette remaja dan mereka langsung jatuh cinta. Di saat itu, ada seorang gadis yang jatuh cinta pada Marius bernama Eponime Thenardiers. Bisa ditebak, ia adalah anak sulung suami istri Thenardiers yang sangat jahat. Mengetahui cintanya bertepuk sebelah tangan, Eponime Thenardiers bergabung dalam revolusi. Beruntung, mempunyai orang tua jahat tak membuat hati Eponime jahat. Ia mewarisi kelicikan orangtuanya, namun tetap menolong Jean Valjean dan Cossette ketika rumah mereka akan didatangi. 

Revolusi Perancis dimulai pada proses pemakaman M. Lamarque. Semua warga Paris (Parisien) diminta membantumengeluarkan semua benda dan mebel untuk membuat barikade. Saat itu, Jean Valjean menemukan surat cinta Marius pada Cosette dan memutuskan menyelamatkan pemuda itu. Ia menyelinap ke barikade. Dengan bantuan Gavroche yang mengenalinya, ia diperbolehkan masuk. Jean Valjean yang mengetahui bahwa Javert tertangkap pemberontak, segera membantu Javert melarikan diri. 

Tentara Perancis dengan persenjataan lengkap menyerang para revolusioner. Semua pemuda meninggal kecuali Marius yang dilarikan Jean Valjean. Dalam usaha pelariannya itu, Javert menemukan Jean Valjean. Jean Valjean kembali menyatakan akan membantu Marius dulu sebelum ditangkap. Persis seperti permintaan Jean Valjean yang akan menyerahkan diri setelah membantu Fantine 9 tahun lalu. Hati Javert goyah. Manusia sebaik Jean Valjean tak layak dihukum. Sebagai penegak hukum ia harus menangkap Jean Valjean. Akhirnya dengan penuh sesal, ia bunuh diri. 

Ketika sadar dari pingsannya, Marius sangat menyesali kematian semua temannya. Jean Valjean yang menemuinya menceritakan masa lalunya pada Marius dan meminta Marius agar tetap merahasiakan masa lalunya pada Cosette. Ia melarikan diri kembali setelah yakin Cosette bahagia bersama Marius. Jean Valjean kembali ke gereja dan siap meninggal di sana.Cosette dan Marius yang mengetahui keberadaan Jean Valjean segera menyusul sesaat sebelum Jean Valjean meninggal.


Ada banyak pesan moral yang disampaikan oleh Victor Hugo dalam buku ini :

Bahwa kebencian tidak bisa dilawan dengan kebencian, hanya cinta dan kasih sayang yang bisa. Bagaimana Indahnya memaafkan serta besarnya kekuatan cinta dan kasih sayang bisa membukakan dan menyadarkan hati yang dipenuhi dendam.Tergambarkan dalam perlakuan seorang Uskup Myriel kepada Valjean, sehingga bisa mencairkan hati yang membatu karena dendam yang membuatnya sadar dan berniat menjadi orang baik.

Berbuat baik kepada orang tidak perduli kepada siapa saja tanpa mengharapkan balasan, pada saatnya nanti kebaikan kita akan kembali kepada kita, bisa dari orang lain ataupun orang yang pernah kita tolong tanpa pernah kita duga kapan itu terjadi, yang digambarkan dalam diri Fauchelevent ketika diselmatkan oleh Monseiur Madeliene (Valjean) yang akhirnya balik menyelamatkan Valjean.

Lewat penokohan seorang Jean Valjean, kita diajak oleh Victor Hugo untuk melihat bahwa seorang narapidana dengan segala kejahatan, amarah dan dendamnya, bisa kembali menjadi orang baik, disini dapat kita ambil pelajaran sejelek dan seburuk apapun manusia jika punya kemauan untuk menjadi baik, pasti akan menemukan jalannya.

Hidup Jean Valjean mungkin tampak tidak sempurna, namun menurut saya ia telah menjalani hidupnya dengan sangat penuh, sepenuh-penuhnya mengemban tugas yang diberikan Tuhan atas dirinya, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Seperti yang dikatakan oleh Jean Valjean : ”Mati bukanlah soal, yang mengerikan adalah tidak hidup”.

Victor Hugo juga menggambarkan bahwa kebaikan pun bisa datang dari orang yang sangat jahat sekalipun, yang diceritakan dalam tindakan keluarga  Thenardiers yang membantu Cossette dan Valjean melarikan diri. Padahal keluarga Thenardiers terkenal kejam dan memelihara budak yang diperlakukan secara tidak manusiawi.

Bahwa hukum kadang sangat kaku dalam penerapan, tidak perduli pada siapapun diperlakukan dengan sama, namun kadang hukum juga berbenturan dengan rasa keadilan, rasa kemanusiaan dan hati nurani sebagai seorang manusia, yang tergambarkan dalam diri sosok seorang Javert, seorang Polisi yang menjalankan hukum dengan tegas tanpa pandang bulu, namun pada akhirnya mengalami konflik batin antara tugas dan nurani dia sebagai manusia.

Bahwa idealisme seorang pemuda yang tergambar dalam diri seorang Marius, bisa menggerakkan suatu gerakan perubahan atau revolusi, walaupun akhirnya dia menyesali apa yang telah dia perbuat telah mengorbankan para sahabatnya. Seperti kata-kata Bung Karno ". “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”

Notes :
Sudah sempat menonton film dengan judul yang sama "Les Miserables" yang dibintangi oleh Hugh Jackman (Jean Valjean), Russell Crowe (Javert), Anne Hathaway (Fantine), Amanda Seyfried (Cossette) Eddy Redmayne (Marius Pontmercy) Aaron Tveit (Enjolras) dan Daniel Huttlestone (Gavroche) alur ceritanya hampir sama dengan bukunya, namu film ini cenderung menjadi film musikal. 

 Ada satu hal lagi yang sangat menyentuh dalam film tersebut dimana seorang Anne Hathaway (yang memerankan Fantine yang penuh kemalangan) sangat bagus menyanyikan sebuah lagu yang jadi soundtrack film ini yang berjudul "I Dreamed a Dream" dengan suara dan penghayatannya yang sangatl uar biasa, waktu nonton secara utuh di youtube terlihat begitu berasa penjiwaannya.


#seulas senyumtipis inspirasi



Kamis, 17 Oktober 2013

"MBLUSUKAN DI GUA CERME, JOGJA"



Jakarta, 12 Mei 2012
Perjalanan kali ini adalah mblusukan di Gua Cerme.

Berangkat dari Jakarta dengan satu keinginan untuk bisa merasakan hive di alam terbuka, dengan beban penat yang sangat karena proses transisi perusahaan, keinginan untuk menghilang ditempat yang sunyi, apalagi dengan kekhawatiran akan kumatnya penyakit, lengkap sudah alasan untuk kabur segera. Berangkat dari jakarta naik kereta api Argo Muria tujuan semarang, karena tidak dapat tiket kereta api jurusan Jogja, berangkat dari stasiun jam 16.00, sepanjang jalan molor terus mengumpulkan tenaga, karena hampir satu minggu sebelumnya kurang tidur, banyak PR yang harus dirampungkan, dan kondisi badan yang mengkhawatirkan.


Semarang, 12 Mei 2012…
Sekitar jam 22.00 an sudah sampai di Semarang, dijemput Pak Amat, dengan rencana habis subuh berangkat ke jogja (lumayan ada yang nyopiri).

Jam 5 lewat kita jalan ke arah Jogja, ketemu macet sepanjang jalan, selama 4 jam lebih akhirnya sampai dititik kumpul di rumah Teman Mblusukan yang bertempat tinggal di belakang kantor kabupaten Sleman, dapat kupi pait pagi-pagi lumayan. Tidak berapa lama kami langsung meluncur ke lokasi Gua Cerme. Perjalanan mblusukan ke Gua Cerme pun segera di mulai.



Jogja, 13 Mei 2012…


GEOGRAFI & TOPOGRAFI GUA CERME

Gua Cerme masuk ke dalam dua kabupaten. Mulut gua terletak di Dusun Srunggo, Selo Pamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.  Sedangkan pintu keluar gua sudah masuk dalam kawasan Ploso, Giritirto, Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta. Dengan posisi koordinat di 110°22'49"LS  7°58'45"BT. Gua Cerme secara garis besar adalah Gua tubing atau horizontal, walau sebenarnya lokasi jalan menyusuri gua mengikuti aliran sungai bawah tanah yang berada 30 – 40 M dibawah permukaan tanah, kalau seandainya tidak ada tangga yang dibuat untuk turun, saya yakin pasti akan menjadi gabungan antara gua tubing dan Vertikal dan harus menggunakan *SRT (single Rope Technique)

Pemandangan menuju ke Goa Cerme dari desa terakhir sangat bagus. Pada siang hari, jika udara cerah, kota Yogyakarta akan terlihat indah dan pada malam hari bisa melihat kota yang dihiasi beribu-ribu gemerlap lampu. 


RUTE MENUJU LOKASI GUA CERME

Gua Cerme berjarak sekitar 20 km dari Jogja. Jika membawa kendaraan pribadi, rute perjalanan dari jogja dapat melalui jalan kota hingga mencapai terminal Giwangan, kemudian ke selatan menyusuri jalan Imogiri Timur hingga km 15 atau sampai pasar Imogiri kemudian belok kanan sedikit melewati Puskesmas Imogiri I, lalu belok kiri. menyusuri jalan hingga nanti bertemu dengan jembatan kembar (yang satu rusak), kemudian belok kanan dan lurus (jalanan kukup menanjak) hingga nanti menemukan pertigaan yang ditengahnya terdapat pohon beringin.

Disini jalan dapat dipilih untuk terus atau belok kiri. Bila ingin terus jalanan cukup menanjak tetapi aspal cukup bagus. biasa digunakan untuk roda 2 dan roda 4.Untuk arah yang belok kiri jalanan cukup landai dan biasanya digunakan untuk jalur Bus.

Bila memilih jalan yang lurus, menyusuri jalanan hingga mentok kemudian belok kiri hingga menemukan pertigaan baru belok kanan --> Goa Cermai

Bila memilih jalan yang belok kiri, menyusuri jalanan hingga mentok kemudian belok kanan hingga menemukan pertigaan baru belok kiri --> Goa cermai

Pertigaan yang dimaksud semuanya pertigaan besar dan jalan beraspal. Hampir semua pertigaan terdapat papan penunjuk arah menuju goa cermai. (papan penunjuk arah tidak hanya berwarna hijau tapi ada yang berwarna coklat, dan ada yang hanya terbuat dari kayu).


Selain menggunakan kendaraan pribadi, dapat menggunakan kendaraan umum. Dari terminal Giwangan silahkan naik angkutan umum rute Jogja-Imogiri-Cerme. Sesudah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kompleks Gua Cerme. Disarankan untuk mengunjungi Gua Cerme pada pagi hari, sebab biasanya bus paling akhir yang membawa penumpang dari Cerme ke Jogja adalah pukul 14.00 WIB.

Sebelum masuk ke mulut gua kita harus menaiki bukit melalui anak tangga yang jumlahnya hampir mencapai 800 (759) anak tangga. Sedikit melelahkan, tapi pemandangan yang ada di samping kanan-kiri dijamin akan menghilangkan rasa lelah itu.


PINTU MASUK LOKASI GUA CERME

Kami Sampai Dilokasi sekitar Jam setengah 11, setelah berganti pakaian untuk basah, basahan, kemudian kami berjalan naik kearah pintu masuk gua, ada rasa miris, karena sadar, baru kali ini saya caving atau mblusukan tidak menggunakan peralatan standar, akibatnya selama menyusuri Gua tersebut kepala 8 kali kebentur Stalaktit ada delapan titik benjol dikepala ada dua yang berdarah.

(Stalaktit (bahasa Yunani: stalassoartinya "yang menetes") adalah jenis speleothem (mineral sekunder) yang menggantung dari langit-langit gua kapur. Ia termasuk dalam jenis batu tetes (bahasa Inggris : dripstone)).

Dan tulang kering kaki benjol di empat titik karena beberapa kali kebentur Stalakmit yang berada didalam air yang tidak kelihatan oleh mata dikarenakan titik pandang yang minim dalam kegelapan gua yang berada 30 – 40 M dibawah permukaan tanah.

(stalakmit hampir sama dengan stalaktit, beda nya kalau stalaktit menggantung dari langit-langit gua  sedang stalakmit adalah endapan yang menetes kebawah yang kemudian seakan akan tumbuh dari bawah menjulang ke atas).

Tentang Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan dalam penyusuran gua akan saya bahas di penjelasan tentang Peralatan Wajib dalam Penyusuran gua.

Didepan pintu masuk kita akan ditarik retribusi tiket masuk, sekitar Rp 5.000 / orang, disana juga ada jasa pemandu dengan tarif Rp.35.000,- (Maksimal Peserta 15 Orang untuk 1 Pemandu) dan ada juga persewaan senter.

Waktu yang diperlukan untuk menyusuri Gua Cerme bervariasi. Biasanya memerlukan waktu 1,5 sampai dua jam, itupun kebanyakan mereka hanya sampai di air terjun apalagi pada musim hujan debit air di air terjun ini sangat banyak dan arusnya kencang, banyak rombongan yang tidak sampai ke arah pintu keluar sudah pada balik lagi ke arah pintu masuk. Nah,kalau kami memerlukan waktu sekitar 4 jam, soalnya kelamaan ambil foto-foto serta kami menyusuri gua hingga pintu keluar.

Suasana di dalam gua sangat sunyi. Sehingga, kami bisa mendengar suara gemericik air yang menetes dan suara kelelawar yang menggantung di langit-langit gua. Kebenaran kami kesana pada bulan Mei, dimana tinggi muka air cukup sedang, tidak terlalu tinggi seperti saat musim hujan atau tidak terlalu rendah pada saat musim kemarau.




GEOLOGI GUA CERME

Gua Cerme merupakan salah satu gua yang terletak dalam kawasan karst Pegunungan Sewu. Gua sepanjang 1,5 Km ini dialiri oleh sungai bawah tanah, dan sudah dikenal sebagai gua wisata sejak tahun 1980-an. Gua ini menawarkan sensasi petualangan yang tak tertandingi. Lorong utama dari gua Cerme tembus ke Luweng Ploso sepanjang 950 meter, selebihnya ada beberapa percabangan, yakni di Gua Pandu, di bawah air terjun Grojogan Sewu, dan lorong buntu Air Suci, dan ke arah pintu keluar.

Setelah masuk ke dalam gua, kita bisa menikmati keindahan stalaktit dan stalakmit yang tersembunyi di dalamnya. Ini masih ditambah juga dengan aliran sungai yang mengalir di dalamnya. Sungainya tidak terlalu dalam, sekitar 1 -1, 5 meter. Bahkan di beberapa tempat, atap gua cukup rendah yang membuat pengunjung harus merangkak agar bisa melewatinya. Namun di situlah terletak tantangannya.



Di dalamnya, kita bisa melihat banyak ruangan seperti Panggung Pertemuan, Mustoko, Air Suci, Watu Kaji, Pelungguhan/Paseban, Kahyangan, Grojogan sewu. Ada banyak ornamen yang menghiasi gua ini seperti stalaktit, stalakmit, pilar, sodastraw, flowstone, dan masih banyak lagi. Selain ornamen gua, Cerme juga menjadi rumah bagi ribuan kelelawar. Karena itu jangan kaget jika di salah satu bagian Anda akan mencium bau guano yang sangat menusuk.




Bagi para pecinta petualangan, Gua Cerme merupakan tempat yang asyik untuk dikunjungi. Setelah berjalan kaki menyusuri lorong gua dan aliran sungai bawah tanah, Kita akan tiba di salah satu bagian berupa air terjun mini. Saat musim penghujan, aliran di air terjun ini sangat deras. Biasanya pemandu hanya mengantarkan sampai bagian ini lantas kembali lagi kemulut gua. Namun jika  pecinta petualangan,  wajib menaiki air terjun ini, kamipun juga melakukan menaiki air terjun tersebut dipandu oleh Pemandu kami walaupun beberapa kali sempet terpelesat dan hampir jatuh, kami tetap melanjutkan aktivitas penelusuran gua sampai pintu keluar.


Selain sebagai tempat uji adrenalin, Gua Cerme juga sering digunakan sebagai tempat mencari wangsit atau tempat bertapa orang-orang yang memiliki keinginan khusus. Karena itu jangan heran jika dari depan pintu masuk sampai pintu keluar kita sering melihat di beberapa sudut terdapat sesajen dan bunga mawar.





Selain gua utama ada gua lain yang lebih kecil dimana dahulu digunakan untuk tempat meditasi seperti Gua Dalang. Gua Ledhek, Gua Badhut, dan Gua Kaum. Pada hari Senin atau Selasa wage banyak pengunjng datang untuk meminta berkah Tuhan dengan mengadakan upacara syukuran. Pada masa liburan, banyak pelajar dan kaum muda berkunjung ke temapat ini. Sepanjang lorong di Gua Cerme terdapat sebuah panggung yang dulu digunakan untuk tempat pertemuan. 

Daya tarik utama dari Gua Cerme ini adalah keindahan stalaktit dan stalakmit serta adanya sungai bawah tanah dan kelelawar yang banyak bergelantungan di dalam gua. Kondisi di dalam goa tanpa lampu penerangan gelap gulita dan lantai goa digenangi oleh air tanah, yang pada musim penghujan airnya akan pasang (naik), tetapi pada musim kemarau airnya surut. Pada umumnya, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke goa Cerme menghabiskan waktu antara 3 sampai 5 jam di lokasi.




Kemudian tak berapa lama kami melalui sebuah ruang yang merupakan sarang kelelawar, banyak kelelawar yang bergelantungan di atas goa ,agak bau, setelah itu kamipun tiba di ruang berikutnya, kami disambut dengan pemandangan stalagtit yang berwarna putih berkerlap-kerlip memantulkan cahaya biru putih jika terkena cahaya.Sungguh luar biasa indahnya… sajian maha karya Tuhan yangmenakjubkan,tak lupa kamipun mengabadikannya, ada juga batuan yang berbentuk seperti telur putih besar lonjong yang menggantung. Penelusuranpun kami lanjutkan ,sembari berjalan menyusuri sungai bawah tanah samar-samar terdengar suara gemericik air seperti suara air terjun (gerojokan),dan ternyata benar sampailah kami di sebuah gerojokan yang bernama gerojokan sewu.

Untuk melalui gerojokan ini kami harus hati-hati kami mengambil jalur sebelah kanan yang mudah untuk dilewati. Bentuk dan pola ruangan di dalam Gua Cerme sangat beragam, ada ruangan yang besar lebar tapi ada juga ruangan yang kecil dan sempit, bahkan ada satu ruang atau jalur yang harus kami lalui dengan cara merangkak untuk menuju ke ruang berikutnya karena saking sempitnya. Boleh jadi kalau airnya sedang pasang, kami mungkin harus menyelam untuk dapat melewatinya.


Banyak rombongan atau perorangan yang tidak sampai bisa menyelesaikan menyusuri Gua Cerme dari Pintu Masuk sampai ke Pintu Keluar, karena ada yang kesasar, ada yang ketakutan sendiri, ada yang males memanjat keatas air terjun, karena air nya terlalu deras dan licin, akses ke pintu keluar harus melewati air terjun tersebut. Kami bersyukur bahwa kami bisa menyusuri dari Pintu Masuk sampai di ujung Pintu Keluar.





KEARIFAN BUDAYA LOKAL (BERDASARKAN DARI CERITA RAKYAT SEKITAR)

Konon gua ini pernah menjadi tempat yang digunakan walisongo untuk menentukan keputusan-keputusan yang penting. Di halaman Goa Cerme kami jumpai sebuah mushola, kamar mandi, kolam kecil dan patung orang berkuda katanya sih itu patungnya Pangeran Diponegoro. Untuk menuju ke mulut Gua Cerme ada beberapa anak tangga yang harus dilalui. Menurut cerita sejarah setempat, dahulu goa Cerme merupakan tempat persembunyian Pangeran Diponegoro ketika melawan pemerintah kolonial Belanda dan dahulu kala Gua Cerme juga merupakan tempat berkumpulnya Wali Songo untuk mengadakan musyawarah dalam rangka menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Salah satunya adalah tentang rencana pendirian Masjid Agung Demak. Walisongo adalah para ulama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ini membuat Gua Cerme juga memiliki peran penting dalam dakwah Islam di pulau Jawa. Dari namanya saja kita bisa melihat hal tersebut. Cerme berasal dari kata ceramah.

Dan ada pula yang menghubung-hubungkan juga bahwa d Gua ini ada lorong gaib yang bisa tembus sampai ke Gunung Cerme yang ada di Cirebon, bahwa konon menurut Pemandu kami orang asli desa tersebut menceritakan Sunan Gunung Jati selalu melewati lorong gaib itu kalau sedang mengikuti pertemuan para Wali di Gua Cerme ini (mitos).



PERALATAN WAJIB DALAM PENYUSURAN GUA.

Buat saya keamaanan merupakan hal yang utama. Meskipun pemandu yang akan mengantarkan kita kadang hanya bertelanjang kaki dan tidakmemakai peralatan apapun, berdasarkan pengalaman saya, kepala pada benjol didelapan titik, tulang kering ada benjol di empat titik dan ada yang berdarah hanya karena tidak ada persiapan yang matang dan memakai peralatan standar, saya menyarankan bagi kawan-kawan yang ingin menyusuri gua ini wajib membawa alat penerang, memakai helm, serta memakai sepatu (kalau bisa sih sepatu boot). Safety first!.

Hal-hal yang harus diperhatikan, dapat dirinci sebagai berikut :

Pakai Helm Pengaman, (kata pemandunya tidak pakai tidak apa, tapi memang lebih aman bila menggunakan pengaman kepala), Senter sebaiknya Head Lamp atau senter yang dipasang diatas kepala karena akan lebih membebaskan tangan kita untuk bergerak dan menjaga keseimbangan tubuh kita dari pada harus memegang senter biasa, Sepatu Boot, sepatu/sendal gunung atau bila tidak dapat menggunakan sendal/sepatu yang ada pengamannya sehingga tidakakan hanyut terkena air (paling resikonya kuku kaki terangkat atau mata kaki tergores batu dalam air), bawa Korek Api adalah cara paling sederhana untuk mengetes apakah daerah itu ada oksigennya atau tidak, kadang ada yang pakai lampu gas.

Kenakan kostum yang nyaman dan mudah kering, sebisa mungkin kenakan celana panjang dari bahan non jeans, atau pakaian overall yaitu pakaian terusan yang dipakai untuk melakukan kegiatan caving atau penyusuran gua, yang bahannya enteng dan tidak menyerap air.

Bawa Kanebo bagi teman yang hobi memotret, hal ini dikarenakan kondisi gua yang basah sehingga kanebo bisa digunakan untuk mengelap percikan air yang mengenai kamera. Kalau ada bawa dry bag (kantong kedap air). Kepepetnya nggak ada yang bawa kantong kresek dengan catatan jangan sampai kerendam air.

Take Nothing but Picture, Leave nothing but footprint, Kill nothing but time.

Jangan merokok & membuang sampah di dalam gua!

Jangan pegang-pegang ornamen gua yang masih hidup. Itu bisa merusak dan bikin dia mati. Apalagi sampai dengan sengaja mengambil atau mematahkan, stalaktit ataupun stalakmit yang akan dijadikan kenang-kenangan ataupun souvenir.

Sebelum caving di Gua Cerme pastikan perut Kita telah terisi. Sebab aktivitas ini memerlukan energi khusus. Lagipula ini akan mencegah Kita kelaparan dan masuk angin akibat terlalu lama basah-basahan di dalam gua.

Ada tips dari beberapa senior dalam komunitas Petualang Alam yang sudah sering melakukan penyusuran gua, sebelum mulai berjalan basahi tengkuk kita dengan air yang mengalir di dalam gua. Katanya sih supaya kondisi tubuh menyesuaikan dengan kondisi gua dan tidak masuk angin, saat akan melakukan caving di gua basah. Saya tidak tahu kebenarannya. Kadang saya juga melakukan dan mengikuti tips itu secara tidak sadar. (kalau menurut saya itu hanya sugesti).

Saat caving melangkahlah dengan hati-hati karena permukaan gua tidak rata. Beberapa teman yang tergesa seringkali jatuh ke lubang atau terantuk batu (inilah gunanya sepatu boot).




Ada kalanya kita harus mengenali dunia bawah tanah supaya lebih menghargai dan memahami apa-apa yang ada di atas tanah. Percayalah, berada di perut bumi tidak semenakutkan yang banyak orang kira.


Semoga bermanfaat.

All Images, Courtesy : Jajah Fachiroh
(suwun yo, atas kontribusinya sebagai Mit Kodik)


#seulas senyum tipis inspirasi

Sabtu, 12 Oktober 2013

"The House of Spirits" - Isabel Allende

Review Buku "The House of Spirits" atau dengan judul Asli dalam edisi bahasa Spanyol"La Casade Los Espiritus" yang dialih bahasakan oleh Ronny Agustinus kedalam Edisi Bahasa Indonesia dengan judul "Rumah Arwah"


Ketika membaca buku ini dari awal sampai pertengahan, sempat ada keinginan untuk menghentikan membaca, karena diserang oleh rasa kebosanan, dengan alur cerita yang terlalu detail dan kadang melompat-lompat sudut pandang penceritaan dari sudut pandang oran pertama kemudian tiba-tiba berubah menjadi sudut pandang orang ketiga.

Dan sebenarnya awal membaca buku ini mendapatkan kesan yang bagus dimana menggambarkan karakter tokoh pria utama nya dari sisi gelap dan karakter jahat lainnya, sehingga sempat berpikir bakal akan banyak konflik psikologis antara peran pria dan wanita, tapi lama-lama bosen juga, (sebagai sesama pria gerah juga.. ahahaha)  kelihatan terasa berlebihan. awalnya saya berpikir Isabel Allende adalah seorang feminis yang sangat keras menyuarakan masalah perbedaan gender, apalagi banyak tokoh utamanya perempuan digambarkan dengan segala kelebihannya.

Melihat keadaan seperti itu,membuat saya berpikir koq isi bukunya tidak sesuai dengan referensi yang saya bayangkan, bahwa buku ini adalah sebuah buku yang bagus, selain itu Saya juga tidak merasakan feel dari buku ini, merasa ada yang salah dari buku ini. Sehingga sempat membuat saya mempunyai niat untuk tidak melanjutkan membacanya apalagi dalam beberapa hari ini diganggu dengan sakit migren dan keinginan untuk mblusukan dan kangen pengen pulang ke rumah.

Namun timbul rasa penasaran saya, terhadap apa sebenarnya isi pemikiran yang melandasi Isabel Allende menulis dengan penokohan yang seperti itu dan sudut pandang penceritaan yang berubah-ubah. Dimana beberapa teman yang pernah membaca buku ini menyuruh saya untuk tetap meneruskan membaca sampai selesai. Apalagi kemudian teringat perkataan bapak saya dulu, yang selalu mengingatkan saya tentang cara membaca sebuah buku yang benar, "kamu tidak akan mendapatkan subtansi, roh atau benang merah dari cerita sebuah buku kalau kamu tidak tahu siapa penulisnya, latar belakang penulisnya, dan (atau) apa yang mendasari mereka menulis buku itu, karena sebuah buku ditulis, pada umumnya dipengaruhi oleh proses kehidupan sang Penulis, entah itu masa kecilnya atau masa mudanya atau masa kininya atau peristiwa yang luar biasa yang mempengaruhi kehidupan penulisnya".

Akhirnya saya melakukan riset kecil-kecilan dengan modal dari "Om Google" untuk mencari tahu siapa sebenarnya Isabel Allende dan secara bersamaan mengulang membaca dari awal lagi. Pada awal membeli buku ini, begitu melihat nama Isabel Allende, ingatan saya langsung mengarah kepada seorang Pemimpin Sosialis yang menjadi Presiden Chili tahun 1970 - 1973 Salvador Allende yang pada tahun 1973 dikudeta oleh militer dibawah pimpinan Augusto Pinochet yang dibantu oleh pemerintah Amerika Serikat, dimana Salvador Allende diracun kemudian dibunuh oleh pengikut Augusto Pinochet. Namun sempet timbul keraguan korelasi antara seorang penulis novel dengan mantan seorang presiden Chili yang termasyhur itu.

Dan ternyata memang benar bahwa Isabel Allende adalah keponakan dari Salvador Allende, Itulah mengapa dalam bukunya dia juga menceritakan kematian Rosa kakaknya Clara (Clara, tokoh utama Wanita dalam buku ini selain Alba cucu dari Clara) yang meninggal karena minum racun yang seharusnya ditujukan kepada Bapaknya sebagai seorang Politikus. Dari sinilah saya mulai bisa merasakan roh dari buku ini.

Ketika lebih dalam lagi melakukan penelusuran saya menemukan lebih dalam lagi siapa sosok Isabel Alende, yang sesuai dugaan saya sebelumnya, Dia adalah salah satu keponakan Salvador Allende. Yang ikut menyaksikan dalam kesunyian atas kekejaman dari kudeta berdarah tersebut. Pada saat itu dia bekerja sebagai seorang wartawati di Chili, itulah sebabnya mengapa gaya penuturannya dalam buku dia berbentuk percakapan dan dengan alur cerita yang detail, karena Isabel Allende memiliki latar belakang sebagai seorang wartawati.

Kudeta Militer yang terjadi di Chili yang meniru gaya Penggulingan Presiden Soekarno yang dilakukan oleh MayJend. Soeharto di Indonesia, di Chili dilakukan sangat terang-terangan dan lebih vulgar serta sadis dan dibantu secara langsung oleh Pemerintah Amerika Serikat. Persis dengan yang terjadi di Indonesia, terjadi pembunuhan dimana-mana terhadap para pengikut setia Allende, baik di kota-kota maupun didesa-desa dan terjadi banyak pemerkosaan terhadap wanita yang keluarganya dituduh sebagai pengikut Allende, ribuan rakyat Chili yang tidak berdosa menemui ajalnya dan jutaan rakyat Chili mengalami siksaan dan kesengsaraan hidup selama 17 tahun dibawah rezim Militer Pinochet.

Itulah mengapa penggambaran seorang Esteban Trueba (tokoh utama pria) sebagai seorang laki laki pemarah, sadis, dan jahat, yang telah mengubah Tres Marias yang terbengkalai menjadi tanah perkebunan yang menjanjikan dan memberikan kekayaan bagi keluarganya sementara penderitaan ada pada buruh perkebunannya. Ia juga kerap berlaku kejam dengan mengambil kesucian gadis gadis perawan desa. Disinilah saya baru bisa melihat benang merah mengapa sosok seorang Esteban Trueba diceritakan begitu kejamnya, karena Isabel Allende ingin mengungkapkan betapa kejamnya rezim Militer Pinochet yang berkuasa secara diktator yang bergelimpangan kekayaandi atas darah dan kesengsaraan rakyat Chili selama 17 tahun kekuasaannya dengan mempersonifikasikan dalam diri Esteban Trueba.

Dalam proses kudeta tersebut membuat Keluarga Allende tercerai berai, Isabel Allende terpisahkan dengan anak dan suami nya dalam proses melarikan diri keluar dari Chili, yang akhirnya dapat berkumpul kembali dengan anak dan suaminya serta mendapatkan suaka politik di negara Venezuela selama hampir 13 tahun lamanya, (sekarang ini Isabel Allende dan keluarganya tinggal di Amerika Serikat). Dinegara Venezuela inilah Isabel Allende hanya dapat meratapi dengan pilu keadaan keluarga besarnya dan kesengsaraan rakyat negaranya. Apalagi pada waktu menulis buku ini dia tidak bisa kembali ke negaranya karena masuk dalam daftar buronan negara Chili dibawah rezim Militer Pinochet. Seorang Isabel Allende muda yang energik, penuh keceriaan, keusilan dan ketika peristiwa kudeta itu terjadi yang merubah hidupnya penuh kesengsaraan dan rasa prihatin yang mendalam terhadap ribuan rakyat Chili yang dibunuh dalam sunyi tanpa dikenali yang menjadi arwah yang tidak bernama. Dan kondisi rakyat dan negaranya yang hanya bisa menerima kekejaman pemerintah rezim Militer Pinochet tanpa bisa melawan. Yang dipersonifikasikan dalam sosok tokoh utama wanita, Clara.

Hal inilah yang mendasari tokoh utama wanita, sosok seorang Clara sebagai seorang gadis muda yang ceria yang memiliki keusilan dan keunikan bisa menggerakan benda tanpa menyentuhnya, bisa meramal masa depan, dan bisa melihat dan berbicara dengan arwah orang yang sudah meninggal, seorang gadis manis anak bungsu yang cuek dan nyentrik. Sifatnya itu sudah terlihat semenjak ia masih kecil. Ia bisa memainkan piano tanpa membuka penutupnya, dan suatu ketika pernah menginterupsi seorang Romo yang sedang berkhotbah, “Ssst! Romo Restrepo! Kalau cerita soal api neraka itu bohong belaka, mampuslah kita semua..”

Dan karena rasa bersalahnya telah meramalkan akan ada kematian dikeluarganya, yang tidak dia duga ternyata yang meninggal adalah kakaknya yang tertua, Rosa, secara tidak sengaja meminum racun yang ditujukan pada bapaknya sebagai seorang politikus, sosok Rosadi gambarkan sebagai sosok yang cantik sempurna dan akan dipersunting oleh Esteban Trueba. Karena rasa bersalahnya atas kematian kakaknya, Clara puasa bicara selama 9 tahun, begitu mau bicara dia meramalkan dirinya sendiri yang akan menikah dengan Esteban Trueba, yang memang kemudian terjadi. Dari sinilah kehidupan yang penuh penderitaan Clara dimulai, harus menerima untuk menikahi pria yang berprilaku jahat dan kasar tanpa didasari cinta. Yang akhirnya lebih tenggelam dalam dunia arwah daripada mencintai suaminya setelah melahirkan ketiga anaknya. Yang membuat Esteban Trueba semakin kejam sikapnya.

Lahirlah anak-anak dari pasangan ini: Blanca, bersifat lembut namun pemberontak, serta si kembar Nicolas dan Jaime, yang berbeda watak.

Pada musim panas keluarga ini ikut Esteban Trueba ke Tres Marias. Seiring remaja, Blanca menambatkan hatinya pada pemuda dekil Pedro Tercero Garcia, anak petani si mandor Pedro Segundo Garcia. Percintaan tersembunyi dua remaja tanggung ini melahirkan Alba, cucu Esteban Trueba yang menjadi anggota keluarga paling disayang oleh Esteban Trueba sekaligus mesin penggerak kisah buku ini. Sosok Alba inilah yang mewakili pandangan Isabel Allende yang sekarang, bahwa Tragedi berdarah diChili harus diterima dengan ikhlas sebagai sebuah peristiwa kelam dalam sejarah Chili, tetapi tetap harus disuarakan dan dibuka, bagaimana kekejaman terhadap kemanusiaan tidak bisa didiamkan.

Tercero Garcia adalah manifestasi seniman rakyat, yang mewakili impian kaum petani mengolah tanahnya sendiri, melalui kisah sederhana dari lagu lagu yang dibawakannya tentang ayam dan rubah. Jika ayam dapat bersatu, demikian isi dongeng rakyat Garcia, maka rubah pun akan takut mengganggu kehidupan mereka. Ayam adalah simbolisme kaum tani. Rubah adalah antagonisme tuan tanah dan pemilik modal yang didukung Rezim Diktator. Kesadaran Garcia juga ditempa seorang pendeta sosialis.

Betapapun Esteban Trueba menyayangi Alba, ia tak pernah memaafkan tindakan Blanca, bahkan terus mencari-cari Tercero Garcia dan berusaha membunuhnya, lewat pertengkaran sengit, hingga meninggalkan cacat pada tangan Garcia. Bertahun-tahun kemudian mereka bertemu lagi, dalam situasi berbeda, di mana Esteban Trueba menjadi tahanan petani Tres Marias dan Garcia datang untuk menyelamatkannya atas permintaan Blanca. Keduanya akan rujuk sesudah Esteban Trueba menyadari aktivitas politiknya, yang berada di tangsi militer, berjalan penuh kelokan tajam, Militer yang membunuh Jaime (dokter pribadi sang Presiden sosialis) dan menyiksa Alba atas dendam pribadi anak haram Esteban Trueba. Suatu kepercayaan naif Esteban Trueba kepada kaum militer lewat kudeta yang disokong negara-negara Barat. Babak kudeta, yang menyuruk keluarga ini hingga tak terperi, merupakan salinan realitas atas peristiwa kudeta Chile pada 1973.

Isabel Allende menggali kehidupan para korban penggulingan berdarah ini sebagai arwah gentayangan yang menggelayuti mendung hitam kediktatoran pemerintahan militer Pinochet. Generasi sesudah transisi rezim kotor ini menanggung beban sejarah maha berat dipundaknya. Mereka terbaring gundah di bahu generasi masa kini, menuntutkedamaian abadi melalui perjuangan yang seringkali bak dongeng sisiphus…


Kesimpulan :
Buku "Rumah Arwah" Isabel Allende menambah deretan gerakan kesusastraan Amerika Latin yang menjangkau dunia internasional. Dengan menggunakan dan mengenalkan "realisme magis" yaitu pendekatan fiksi dengan menggabungkan realitas dan fantasi. Yang menurut saya tidak hanya sebagai fiksi "realisme magis" saja tetapi juga sekaligus sebagai "Fiksi sejarah" tentang kehidupan rakyat Chili dibawah Rezim Pinochet.

Banyak Review buku yang menuliskan bahwa buku ini adalah buku yang menggambarkan perjuangan Feminisme terhadap ketidakadilan dalam perjuangan kesetaraan bagi kaum wanita, kalau menurut saya Isabel Allende dalam bukunya "House of Spirit ini tidak hanya sekedar itu, dia justru memperjuangkan dan menyuarakan hal yang jauh lebih besar lagi yaitu memperjuangkan keadilan dan kemanusian atas kekejaman Tirani dari suatu pemerintahan negara yang sangat kejam, yang selama ini didiamkan kekejaman mereka yang hanya dicatatan sebagai lembaran sejarah usang saja, dan jangan lupa setiap peristiwa sejarah perebutan kekuasaan yang brutal selalu yang menjadi korban kebanyakan adalah para wanita dan anak anak serta masyarakat awam.

Dalam wawancaranya dengan"January Magazine" dia juga menjelaskan bahwa inilah cara dia menyuarakan kekejaman Rezim Diktator ditempat pembuangannya di Venezuela.

Biar tidak penasaran, lebih baik beli dan baca bukunya secara utuh, dan harus sabar karena plot nya mengalir pelan dan banyak detail dan kompleksitas cerita dengan metode percakapan dan juga banyak nama-nama asing yang mewarnai sepanjang cerita.

Serta sudut pandang yang berubah-ubah mendadak sering membingungkan, hal ini dapat dimaklumi, karena buku ini diilhami oleh koresponden yang intens tentang keadaan Chili  antara Isabel Allande dan Kakeknya yang berada di Chili pada tahun 1981, sehingga sudut pandang buku ini berubah-ubah dari sudut pandang orang pertama berubah ke sudut pandang orang ketiga.

Pada Tahun 1982 buku ini dipublikasikan sebagai buku dalam edisi bahasa Spanyol, yang tidak beberapa lama akhirnya mendunia dialih bahasakan ke banyak bahasa, seperti kedalam bahasa Inggris, Prancis dll, termasuk juga akhirnya dalam Bahasa Indonesia.



Masih ada beberapa buku lagi karya Isabel Allende yang layak untuk dibaca :

Portrait in Sephia
Aphrodite
Daughter of Fortune
.....



Hanya satu Kata
Superb!!!
Selamat menikmati Long weekend

#seulas senyum tipisinspirasi