Minggu, 22 September 2013

GOD'S COFFEE (KOPI YANG DISEDIAKAN TUHAN)

Sekelompok alumni, yang sangat mapan dalam karir mereka, berkumpul untuk mengunjungi profesor universitas tempat dulu mereka kuliah. Percakapan segera berubah menjadi keluhan tentang stres dalam pekerjaan dan kehidupan.

Sambil menawarkan kopi kepada tamunya, profesor pergi ke dapur dan kembali dengan sebuah teko besar kopi dan bermacam-macam cangkir - ada porselen, plastik, kaca, kristal, dari cangkir tersebut ada beberapa cangkir yang biasa saja, ada beberapa cangkir yang mahal,dan ada beberapa cangkir yang indah - kemudian profesor itu menyuruh kepada mereka untuk mengambil sendiri kopinya.

Ketika semua siswa telah memegang secangkir kopi di tangan mereka, profesor itu berkata:

"Jika kalian perhatikan,... semua cangkir yang kelihatan bagus dan mahal mahal yang kalian ambil, yang tertinggal hanyalah yang biasa dan yang murah. Meskipun hal ini normal bagi kalian, hanya menginginkan yang terbaik untuk diri kalian, tapi itulah yang merupakan sumber dari masalah dan stres kalian".

Yakinlah,... bahwa cangkir itu sendiri tidak menambah kualitas kopi. Dalam hal ini hanya kelihatan lebih mahal dan bahkan hanya menyembunyikan apa yang kita minum.

Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, tetapi dengan sadar kalian menginginkan cangkir yang terbaik ... Dan kemudian Anda mulai melirik cangkir orang lain satu sama lain.

Sekarang pertimbangkan ini :.. Hidup adalah kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkir, mereka hanya alat untuk menjalani dan mewadahi Hidup, dan jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan, atau mengubah kualitas hidup kita.

Kadang-kadang, kita hanya berkonsentrasi pada cangkir, sehingga kita gagal untuk menikmati kopi yang telah Tuhan sediakan untuk kita. "

Tuhan menyediakan kopi, bukan cangkir ... Nikmatilah kopi kalian!

"Orang yang paling berbahagia adalah orang yang tidak memiliki semua hal yang  terbaik. Tapi mereka yang dapat membuat hal yangterbaik dari semua yang telah ada."

Hidup apa adanya, murah hati, peduli dengan sesama, berbicara dengan baik dan santun,  sisanya Serahkan kepada Tuhan.

Ngupi item pait yuk!
#secangkirkupiinspirasi

Life is Short, Enjoy your coffee, enjoy your life
Life is Short, Enjoy your coffee, enjoy your life

HIDUP (MENJADI DEWASA) DAN MENJADI DIRI SENDIRI


Iseng-iseng membuka coretan buku diary masa remajaku dulu, lalu nemu coretan lama semasa SMP dulu tentang sebuah puisi Rudyard Kipling yang berjudul "IF (Jika)", yang tersimpan dlm buku diary semasa SMP dulu, dan saat membacanya, seperti melihat refleksi dan kilasan hidup, yg selalu menginspirasi dan menjadi gambaran jalan hidup ini, mencoba untuk saya tulis ulang dg sedikit perbaikan tulisan, serta ada tambahan tentang asal usul puisi Rudyard Kipling ini dibuat dan tambahan sosok seorang Bapak dimata saya.


"IF (JIKA)"

RUDYARD KIPLING
(1895)






Sebuah puisi yang ditulis oleh Rudyard Kipling yg dipersembahkan kepada Anaknya John Kipling, yang terinspirasi atas perjalanan hidup sahabat baiknya "Leander Starr Jameson" seorang petualang (adventurer) dan politisi dijaman kolonial di Afrika Selatan yang awalnya bekerja sebagai pekerja expat, yang terjebak dalam perang Boer kedua (Second Boer War), perang yang terjadi di Afrika Selatan melawan penjajahan Inggris, dimana dia pernah menjadi tahanan perang selama 15 bulan, dan kemudian kembali lagi ke Afrika Selatan, yang pada akhirnya menjadi seorang Perdana Menteri di Koloni Afrika Selatan.




JIKA...



Jika kamu dapat menjaga kepalamu tetap tegak saat semua tentang dirimu, menghilang dan semua org menyalahkan semua itu kepadamu;...


Jika kamu dapat mempercayai dirimu sendiri, saat semua orang meragukan mu, lalu kamu dapat menghilangkan keragukan mereka;...


Jika Kamu bisa menunggu dan tak lelah untuk menunggu, Atau pada saat kamu dibohongi, tapi tidak Kamu ambil perduli, Atau, dibenci, tidak membalas dg membenci, tidak terlihat terlalu baik, atau bicara terlalu bijak ;...


Jika Kamu dapat bermimpi - dan tidak membuat impian itu menjadi tuanmu;...


Jika Kamu dapat berpikir - dan tidak menjadikan pikiranmu sebagai tujuanmu...;


Jika Kamu dapat bertemu dengan kemenangan dan bencana, Dan memperlakukan kedua "pengalih perhatianmu" itu secara seimbang;...


Jika Kamu kuat mendengarkan kebenaran, lalu omonganmu diputar balikan oleh orang yang ingin menjatuhkanmu, Atau melihat hal-hal yang kamu susun dalam hidupmu hancur, kemudian kamu bangkit dan bangun kembali dari puing-puing kehancuran itu;...


Jika Kamu dapat menaruh semua kemenanganmu dalam satu tumpukan, Dan mempertaruhkan semuanya itu pada pada satu kali taruhan, lalu kalah, dan Kamu harus mulai lagi dr awal, tanpa pernah mengeluh sepatah kata pun tentang kekalahanmu;...


Jika kamu dapat memaksa hati, saraf dan ototmu, Untuk kembali bertugas setelah lama tidak bertugas (istilah untuk tentara pada saat perang), Dan tetap bertahan saat tidak ada lagi yang tersisa di dalam dirimu, Kecuali kehendak yang mengatakan kepada mereka: "Tunggu";...


Jika Kamu dapat berbicara dengan orang banyak dan menjaga kebajikanmu, Atau berjalan dengan raja, tapi tidak kehilangan jiwa kerakyatanmu;... 


Jika musuh maupun teman-teman yang penuh kasih menyakiti mu;...


Jika semua orang dapat menganggap keberadaanmu, walau tidak terlalu berlebihan;...


Jika Kamu dapat mengisi setiap menit yang tak termaafkan, Senilai dengan enam puluh detik yang sangat bermanfaat dalam ukuran waktu yg sama dalam hidupmu;...


Menghormat bumi dan segala yang ada di dalamnya;... 


Dan - apalagi bisa lebih dari itu - 

Kamu akan menjadi Manusia (Dewasa) anakku!


Kalau baca ulang puisi ini, selalu teringat sosok seorang bapak, yg begitu tegas dlm sikap, yg begitu kuat dan keras dlm menjalani kehidupan serta mengurus keluarga, dan begitu sayang pada keluarga melalui bahasa tubuhnya dan sikap sayang beliau dibalik sikap kaku dan pelitnya omongan beliau.


"Pak Tong Tong" adalah panggilan kesayangan kami sekeluarga ke Bapak, dan dari ke-5 anak beliau hanya saya sendiri yg berani memanggil beliau secara langsung panggilan kesayangan kami itu, di saat semua saudara pada takut-takut memberi panggilan itu dan hanya berani mengucapkan dibelakang beliau. Nama "Pak Tong Tong" adalah kependekan dari "Pak Gentong", karena beliau orangnya gede, tinggi dan gendut kayak Gentong. Dan selalu menjadi tempat ternyaman didunia untuk bersandar dan tempat terhangat untuk dipeluk. (Didalam keluarga kami semua orang punya julukan masing-masing)


Masih ingat dalam memori saya saat Beliau memberi tulisan berisi puisi ini pada ulang tahun saya yang ke 15 saat masih duduk dibangku sekolah kelas 3 SMP, saat dimana Beliau tahu kalau saya mulai suka berpetualang, saat beliau tahu saya yg tiba-tiba menghilang seharian menyusuri sepanjang pantai, mandi dipantai berkemah disana dan main di tambak dekat rumah masa kecil saya, saat Beliau tahu saya pernah menggelandang sampai di Jogja, dan saat Beliau tahu saya mulai suka ikut kakek pergi kemana mana, bahkan ikut naik gunung Muria. (kakek adalah petugas PT. KAI, pada waktu itu).


Beliau memberi hadiah sebuah topi yang bertuliskan "I'm a Man" dan membacakan puisi ini baris demi baris dan mengartikan baris demi baris pas pergantian jam pada ultah ke 15 saya, dikamar saya hanya berdua dg Beliau, dengan gaya bicara yg begitu lembut, penuh rasa sayang dan kesabaran menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari "sipemberontak kecil", padahal yang saya tahu beliau orgnya kaku, tegas dan jarang ngomong, tapi kami tahu kalau beliau sangat sayang kepada kami dg bahasa pelukan dan ciuman yg selalu beliau lakukan setiap saat dan setiap waktu kepada Ibu dan anak-anaknya, selama ada kesempatan berkumpul dengan keluarga, dan dilakukan dg segenap rasa dan perasaan sayangnya, hal tersebut selalu Beliau lakukan dan tidak pernah berubah sampai akhir hayat Beliau. 


Kadang saya sering termenung sendirian ketika menghadapi beban yg berat dalam hidup, saat merasa kehilangan sesuatu yg sangat berarti, atau saat merasa semua org tidak percaya dg saya, atau saat sedang menghadapi kegagalan, saat semua terasa berat dalam hidup, dan disaat merasa tidak punya harapan. saya selalu teringat puisi ini dan wejangan-wejangan beliau tentang arti dari puisi ini. teringat bagaimana diakhir puisi ini beliau merangkum dan meminta saya untuk selalu ingat dan menjalani hidup saya nanti dlm proses dari masa anak anak menjadi remaja dan dewasa :


Berjuanglah sekuat tenaga kamu kalau itu memang yang terbaik buat hidupmu dan orang-orang yang kamu sayangi, berjuanglah sekalipun kamu harus pertaruhkan nyawamu, tapi jangan kau pertaruhkan keselamatan orang-orang yg kamu sayangi disekitarmu. Dan jangan sekali-kali pernah kau jual rasa kemanusian dan harga dirimu sebagai manusia untuk memperoleh dengan segala cara tujuan dari perjuanganmu.


Berlakulah adil dan perjuangkanlah keadilan, sekiranya kamu melihat ketidakadilan disekitarmu, jika bisa bertindak - bertindaklah, jika tdk bisa bertindak - ngomonglah ketidaksetujuanmu, jika tidak bisa bertindak dan ngomong, bersikaplah bhw kamu tidak setuju, jikapun kamu msh tdk bisa bertindak, ngomong atau bersikap, berdoalah atas ketidaksetujuanmu terhadap ketidakadilan disekitarmu.


Terimalah ketidaksukaan bahkan mungkin kebencian orang terhadapmu, biarkan ketidaksukaan dan kebencian mereka ada, justru jadikan ketidaksukaan dan kebencian mereka cambuk untuk bisa menjadikan dirimu lebih baik lagi, jangan balas ketidaksukaan dan kebencian mereka dengan bersikap tidak suka dan membenci mereka.


Kadang kalau harus mempertaruhkan semua untuk hal yg kamu anggap sangat penting dlm hidupmu lakukanlah, dan jika kamu mengalami kegagalan atas pertaruhan itu, jangan pernah mengeluh dan marah dg keadaan serta menyalahkan orang lain, terima kegagalan itu dengan lapang dada sebagai resiko yg harus diterima, bangkit dan berdiri lagi, hidup adalah tentang berjuang, gagal dan bangun dan berjuang lagi.


Bersabarlah untuk menunggu sesuatu yg hebat dan indah dalam hidupmu walaupun mungkin harus menguji hidupmu. Bertahanlah dengan rasa kemanusiaanmu meskipun kamu sudah tidak punya apa-apa lagi dalam hidupmu.


Jadikanlah jiwamu setegar gunung dalam menjalani hidupmu, jika tidak bisa, bersikaplah bahwa kamu setegar itu dalam diammu, jangan bebani orang-orang yang kamu sayangi dengan masalah dan kesedihanmu, jika kamu pikir justru akan membebani mereka. Jadilah seluas samudera bagi hatimu, agar bisa menampung segala cobaan hidupmu, agar bisa menampung segala penderitaan hidupmu, dan menerima semua itu, serta memaafkan segala hal yg mungkin menyakitimu.


Berdirilah ditengah-tengah antara arti menang dan kalah, jadi kamu bisa bersikap rendah hati disaat mendapatkan kemenangan, dan kamu bisa menjadi pribadi yg sadar diri disaat kamu mengalami kekalahan dan menerima kekalahan serta tidak mendendam serta menyalahkan keadaan.


Jadilah dirimu seperti matahari, yang selalu bisa menginspirasi orang2 disekitarmu jika kamu sedang berbahagia, dan jadilah rembulan yang bisa bersinar dalam kesunyian dan dalam kekelaman malam jika kamu sedang bersedih, perlakukan kebahagiaan dan kesedihanmu secara berimbang.


Selalu belajar untuk bertindakan yg benar tanpa harus memaksakan kebenaran kepada orang lain dan selalu mengakui serta meminta maaf atas kesalahan mu, walaupun mungkin kesalahan itu bukan hanya kamu sendiri penyebabnya, dan belajarlah dari kesalahan untuk menjadi pribadi yg bertanggung jawab dengan menerima resiko atas kesalahanmu itu. 


Jadilah dirimu sendiri, diri yang bebas melakukan apa yg kamu sukai, diri yang bebas berekspresi, diri yang membuatmu lepas dari segala beban, cari jati dirimu, tantang dirimu sampai batas limit yang bisa kau capai, masuki hutan belantara, jelajahi gunung-gunung dan tebing-tebing kalau itu memang menjadi sesuatu yang bisa membuatmu bersemangat dan bisa membentuk karakter dan pribadimu, lihat dan rasakan air laut yg menyentuh ujung kakimu ketika kau mengagumi pantai dan lautan, namun ada yang harus kamu ingat, jangan pernah melanggar norma-norma dan kepatutan hidup, jangan pernah kau rusak keindahan alam ciptaan Tuhan, biasakan untuk berimprovisasi dan berubah untuk menjadi lebih baik lagi tanpa harus mengorbankan jati dirimu sendiri. 


Thanks 

"Pak Tong Tong"

(Coretan ulang dari Diary lusuh, semasa SMP dulu,... Malah nemu banyak puisi yg sudah terlupakan dari buku diary lusuh itu,...)

Jumat, 13 September 2013

MELEPASKAN

Coretan Tentang 
Olah Rasa




( To Let Go)

Melepaskan bukan berarti melupakan,
bukan juga tak memikirkannya lagi 
atau mengacuhkannya. 
Melepaskan tak menyisakan perasaan marah, 
cemburu atau penyesalan.

Melepaskan bukanlah tentang menang atau kalah.
Bukan juga tentang harga diri, 
atau bagaimana orang melihatmu, 
dan juga bukan tentang obsesi 
dan terus berkubang pada masa lalu.

Melepaskan bukan berarti memblok kenangan 
atau memikirkan hal-hal yang menyedihkan. 
Melepaskan tak menimbulkan kekosongan,
kepedihan atau kesedihan. 
Melepaskan juga bukan berarti mengalah 
atau menyerah.

Melepaskan bukanlah tentang kehilangan atau kekalahan. 
Melepaskan justru berarti menyimpan kenangan indah,
dan juga mengatasi kesedihan 
dan melanjutkan perjalanan hidup. 
Dan memiliki pemikiran yang terbuka 
dan penuh percaya diri menghadapi masa depan.

Melepaskan berarti belajar, 

dan mengalami dan bertumbuh. 
Melepaskan berarti mengucap syukur 
untuk semua pengalaman yang membuatmu tertawa, 
dan menangis, 
dan membuatmu bertumbuh. 
Segala yang ada padamu sekarang, 
yang pernah ada padamu 
dan yang akan kau miliki di masa depan.

Melepaskan berarti memiliki keberanian 

menghadapi perubahan, 
dan kekuatan untuk tetap maju.

Melepaskan berarti menjadi dewasa, 
dan menyadari bahwa hati terkadang 
bisa menjadi penyembuh yang luar biasa. 
Melepaskan berarti membuka pintu, 
dan melempangkan jalan 
dan memerdekakan dirimu sendiri.


Courtesy Tulisan : Kak Ve To dan Sekar Suket
Ilustrasi : Karya Sendiri


KE(BAHAGIA)AN


Kebahagiaan yang sebenarnya sangat sederhana tetapi tidak banyak orang yang menyadarinya. mereka mengira bahwa kebahagiaan sejati itu berasal dari melakukan sesuatu dengan skala yang besar, dari untung besar, atau dari sebuah prestasi yang hebat. padahal sebenarnya, kebahagiaan itu bisa didapat dari sesuatu yang dianggap paling sederhana, paling kecil, dan paling remeh di dunia ini.

(Orison S. Marden)


Bukanlah apa yang kita lihat atau kita temukan, atau pula apa yang dilakukan orang lain untuk kita yang membuat kita bahagia, tetapi segala sesuatu yang kita pikirkan, kita rasakan, dan kita lakukan, yang pertama-tama untuk orang lain dan baru kemudian untuk diri kita sendiri.

(Helen Keller)


Kebahagiaan itu seperti kupu-kupu yang–ketika dikejar–selalu berada di luar jangkauan kita. Akan tetapi, jika anda diam dengan tenang, maka ia akan mendekatimu.

(Nathaniel Hawthorne)


Anda tidak akan pernah menjadi bahagia dengan cara mengejarnya. Anda akan menjadi bahagia dengan cara menjalani hidup apa adanya.

(Harold S. Kushner)


Cara untuk menjadi bahagia adalah terletak pada kekuatan untuk menggali kebahagiaan dari hal-hal yang biasa.

(Henry Ward Beecher)


Semarang,
13 September 2013