Kamis, 17 Oktober 2013

"MBLUSUKAN DI GUA CERME, JOGJA"



Jakarta, 12 Mei 2012
Perjalanan kali ini adalah mblusukan di Gua Cerme.

Berangkat dari Jakarta dengan satu keinginan untuk bisa merasakan hive di alam terbuka, dengan beban penat yang sangat karena proses transisi perusahaan, keinginan untuk menghilang ditempat yang sunyi, apalagi dengan kekhawatiran akan kumatnya penyakit, lengkap sudah alasan untuk kabur segera. Berangkat dari jakarta naik kereta api Argo Muria tujuan semarang, karena tidak dapat tiket kereta api jurusan Jogja, berangkat dari stasiun jam 16.00, sepanjang jalan molor terus mengumpulkan tenaga, karena hampir satu minggu sebelumnya kurang tidur, banyak PR yang harus dirampungkan, dan kondisi badan yang mengkhawatirkan.


Semarang, 12 Mei 2012…
Sekitar jam 22.00 an sudah sampai di Semarang, dijemput Pak Amat, dengan rencana habis subuh berangkat ke jogja (lumayan ada yang nyopiri).

Jam 5 lewat kita jalan ke arah Jogja, ketemu macet sepanjang jalan, selama 4 jam lebih akhirnya sampai dititik kumpul di rumah Teman Mblusukan yang bertempat tinggal di belakang kantor kabupaten Sleman, dapat kupi pait pagi-pagi lumayan. Tidak berapa lama kami langsung meluncur ke lokasi Gua Cerme. Perjalanan mblusukan ke Gua Cerme pun segera di mulai.



Jogja, 13 Mei 2012…


GEOGRAFI & TOPOGRAFI GUA CERME

Gua Cerme masuk ke dalam dua kabupaten. Mulut gua terletak di Dusun Srunggo, Selo Pamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.  Sedangkan pintu keluar gua sudah masuk dalam kawasan Ploso, Giritirto, Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta. Dengan posisi koordinat di 110°22'49"LS  7°58'45"BT. Gua Cerme secara garis besar adalah Gua tubing atau horizontal, walau sebenarnya lokasi jalan menyusuri gua mengikuti aliran sungai bawah tanah yang berada 30 – 40 M dibawah permukaan tanah, kalau seandainya tidak ada tangga yang dibuat untuk turun, saya yakin pasti akan menjadi gabungan antara gua tubing dan Vertikal dan harus menggunakan *SRT (single Rope Technique)

Pemandangan menuju ke Goa Cerme dari desa terakhir sangat bagus. Pada siang hari, jika udara cerah, kota Yogyakarta akan terlihat indah dan pada malam hari bisa melihat kota yang dihiasi beribu-ribu gemerlap lampu. 


RUTE MENUJU LOKASI GUA CERME

Gua Cerme berjarak sekitar 20 km dari Jogja. Jika membawa kendaraan pribadi, rute perjalanan dari jogja dapat melalui jalan kota hingga mencapai terminal Giwangan, kemudian ke selatan menyusuri jalan Imogiri Timur hingga km 15 atau sampai pasar Imogiri kemudian belok kanan sedikit melewati Puskesmas Imogiri I, lalu belok kiri. menyusuri jalan hingga nanti bertemu dengan jembatan kembar (yang satu rusak), kemudian belok kanan dan lurus (jalanan kukup menanjak) hingga nanti menemukan pertigaan yang ditengahnya terdapat pohon beringin.

Disini jalan dapat dipilih untuk terus atau belok kiri. Bila ingin terus jalanan cukup menanjak tetapi aspal cukup bagus. biasa digunakan untuk roda 2 dan roda 4.Untuk arah yang belok kiri jalanan cukup landai dan biasanya digunakan untuk jalur Bus.

Bila memilih jalan yang lurus, menyusuri jalanan hingga mentok kemudian belok kiri hingga menemukan pertigaan baru belok kanan --> Goa Cermai

Bila memilih jalan yang belok kiri, menyusuri jalanan hingga mentok kemudian belok kanan hingga menemukan pertigaan baru belok kiri --> Goa cermai

Pertigaan yang dimaksud semuanya pertigaan besar dan jalan beraspal. Hampir semua pertigaan terdapat papan penunjuk arah menuju goa cermai. (papan penunjuk arah tidak hanya berwarna hijau tapi ada yang berwarna coklat, dan ada yang hanya terbuat dari kayu).


Selain menggunakan kendaraan pribadi, dapat menggunakan kendaraan umum. Dari terminal Giwangan silahkan naik angkutan umum rute Jogja-Imogiri-Cerme. Sesudah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kompleks Gua Cerme. Disarankan untuk mengunjungi Gua Cerme pada pagi hari, sebab biasanya bus paling akhir yang membawa penumpang dari Cerme ke Jogja adalah pukul 14.00 WIB.

Sebelum masuk ke mulut gua kita harus menaiki bukit melalui anak tangga yang jumlahnya hampir mencapai 800 (759) anak tangga. Sedikit melelahkan, tapi pemandangan yang ada di samping kanan-kiri dijamin akan menghilangkan rasa lelah itu.


PINTU MASUK LOKASI GUA CERME

Kami Sampai Dilokasi sekitar Jam setengah 11, setelah berganti pakaian untuk basah, basahan, kemudian kami berjalan naik kearah pintu masuk gua, ada rasa miris, karena sadar, baru kali ini saya caving atau mblusukan tidak menggunakan peralatan standar, akibatnya selama menyusuri Gua tersebut kepala 8 kali kebentur Stalaktit ada delapan titik benjol dikepala ada dua yang berdarah.

(Stalaktit (bahasa Yunani: stalassoartinya "yang menetes") adalah jenis speleothem (mineral sekunder) yang menggantung dari langit-langit gua kapur. Ia termasuk dalam jenis batu tetes (bahasa Inggris : dripstone)).

Dan tulang kering kaki benjol di empat titik karena beberapa kali kebentur Stalakmit yang berada didalam air yang tidak kelihatan oleh mata dikarenakan titik pandang yang minim dalam kegelapan gua yang berada 30 – 40 M dibawah permukaan tanah.

(stalakmit hampir sama dengan stalaktit, beda nya kalau stalaktit menggantung dari langit-langit gua  sedang stalakmit adalah endapan yang menetes kebawah yang kemudian seakan akan tumbuh dari bawah menjulang ke atas).

Tentang Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan dalam penyusuran gua akan saya bahas di penjelasan tentang Peralatan Wajib dalam Penyusuran gua.

Didepan pintu masuk kita akan ditarik retribusi tiket masuk, sekitar Rp 5.000 / orang, disana juga ada jasa pemandu dengan tarif Rp.35.000,- (Maksimal Peserta 15 Orang untuk 1 Pemandu) dan ada juga persewaan senter.

Waktu yang diperlukan untuk menyusuri Gua Cerme bervariasi. Biasanya memerlukan waktu 1,5 sampai dua jam, itupun kebanyakan mereka hanya sampai di air terjun apalagi pada musim hujan debit air di air terjun ini sangat banyak dan arusnya kencang, banyak rombongan yang tidak sampai ke arah pintu keluar sudah pada balik lagi ke arah pintu masuk. Nah,kalau kami memerlukan waktu sekitar 4 jam, soalnya kelamaan ambil foto-foto serta kami menyusuri gua hingga pintu keluar.

Suasana di dalam gua sangat sunyi. Sehingga, kami bisa mendengar suara gemericik air yang menetes dan suara kelelawar yang menggantung di langit-langit gua. Kebenaran kami kesana pada bulan Mei, dimana tinggi muka air cukup sedang, tidak terlalu tinggi seperti saat musim hujan atau tidak terlalu rendah pada saat musim kemarau.




GEOLOGI GUA CERME

Gua Cerme merupakan salah satu gua yang terletak dalam kawasan karst Pegunungan Sewu. Gua sepanjang 1,5 Km ini dialiri oleh sungai bawah tanah, dan sudah dikenal sebagai gua wisata sejak tahun 1980-an. Gua ini menawarkan sensasi petualangan yang tak tertandingi. Lorong utama dari gua Cerme tembus ke Luweng Ploso sepanjang 950 meter, selebihnya ada beberapa percabangan, yakni di Gua Pandu, di bawah air terjun Grojogan Sewu, dan lorong buntu Air Suci, dan ke arah pintu keluar.

Setelah masuk ke dalam gua, kita bisa menikmati keindahan stalaktit dan stalakmit yang tersembunyi di dalamnya. Ini masih ditambah juga dengan aliran sungai yang mengalir di dalamnya. Sungainya tidak terlalu dalam, sekitar 1 -1, 5 meter. Bahkan di beberapa tempat, atap gua cukup rendah yang membuat pengunjung harus merangkak agar bisa melewatinya. Namun di situlah terletak tantangannya.



Di dalamnya, kita bisa melihat banyak ruangan seperti Panggung Pertemuan, Mustoko, Air Suci, Watu Kaji, Pelungguhan/Paseban, Kahyangan, Grojogan sewu. Ada banyak ornamen yang menghiasi gua ini seperti stalaktit, stalakmit, pilar, sodastraw, flowstone, dan masih banyak lagi. Selain ornamen gua, Cerme juga menjadi rumah bagi ribuan kelelawar. Karena itu jangan kaget jika di salah satu bagian Anda akan mencium bau guano yang sangat menusuk.




Bagi para pecinta petualangan, Gua Cerme merupakan tempat yang asyik untuk dikunjungi. Setelah berjalan kaki menyusuri lorong gua dan aliran sungai bawah tanah, Kita akan tiba di salah satu bagian berupa air terjun mini. Saat musim penghujan, aliran di air terjun ini sangat deras. Biasanya pemandu hanya mengantarkan sampai bagian ini lantas kembali lagi kemulut gua. Namun jika  pecinta petualangan,  wajib menaiki air terjun ini, kamipun juga melakukan menaiki air terjun tersebut dipandu oleh Pemandu kami walaupun beberapa kali sempet terpelesat dan hampir jatuh, kami tetap melanjutkan aktivitas penelusuran gua sampai pintu keluar.


Selain sebagai tempat uji adrenalin, Gua Cerme juga sering digunakan sebagai tempat mencari wangsit atau tempat bertapa orang-orang yang memiliki keinginan khusus. Karena itu jangan heran jika dari depan pintu masuk sampai pintu keluar kita sering melihat di beberapa sudut terdapat sesajen dan bunga mawar.





Selain gua utama ada gua lain yang lebih kecil dimana dahulu digunakan untuk tempat meditasi seperti Gua Dalang. Gua Ledhek, Gua Badhut, dan Gua Kaum. Pada hari Senin atau Selasa wage banyak pengunjng datang untuk meminta berkah Tuhan dengan mengadakan upacara syukuran. Pada masa liburan, banyak pelajar dan kaum muda berkunjung ke temapat ini. Sepanjang lorong di Gua Cerme terdapat sebuah panggung yang dulu digunakan untuk tempat pertemuan. 

Daya tarik utama dari Gua Cerme ini adalah keindahan stalaktit dan stalakmit serta adanya sungai bawah tanah dan kelelawar yang banyak bergelantungan di dalam gua. Kondisi di dalam goa tanpa lampu penerangan gelap gulita dan lantai goa digenangi oleh air tanah, yang pada musim penghujan airnya akan pasang (naik), tetapi pada musim kemarau airnya surut. Pada umumnya, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke goa Cerme menghabiskan waktu antara 3 sampai 5 jam di lokasi.




Kemudian tak berapa lama kami melalui sebuah ruang yang merupakan sarang kelelawar, banyak kelelawar yang bergelantungan di atas goa ,agak bau, setelah itu kamipun tiba di ruang berikutnya, kami disambut dengan pemandangan stalagtit yang berwarna putih berkerlap-kerlip memantulkan cahaya biru putih jika terkena cahaya.Sungguh luar biasa indahnya… sajian maha karya Tuhan yangmenakjubkan,tak lupa kamipun mengabadikannya, ada juga batuan yang berbentuk seperti telur putih besar lonjong yang menggantung. Penelusuranpun kami lanjutkan ,sembari berjalan menyusuri sungai bawah tanah samar-samar terdengar suara gemericik air seperti suara air terjun (gerojokan),dan ternyata benar sampailah kami di sebuah gerojokan yang bernama gerojokan sewu.

Untuk melalui gerojokan ini kami harus hati-hati kami mengambil jalur sebelah kanan yang mudah untuk dilewati. Bentuk dan pola ruangan di dalam Gua Cerme sangat beragam, ada ruangan yang besar lebar tapi ada juga ruangan yang kecil dan sempit, bahkan ada satu ruang atau jalur yang harus kami lalui dengan cara merangkak untuk menuju ke ruang berikutnya karena saking sempitnya. Boleh jadi kalau airnya sedang pasang, kami mungkin harus menyelam untuk dapat melewatinya.


Banyak rombongan atau perorangan yang tidak sampai bisa menyelesaikan menyusuri Gua Cerme dari Pintu Masuk sampai ke Pintu Keluar, karena ada yang kesasar, ada yang ketakutan sendiri, ada yang males memanjat keatas air terjun, karena air nya terlalu deras dan licin, akses ke pintu keluar harus melewati air terjun tersebut. Kami bersyukur bahwa kami bisa menyusuri dari Pintu Masuk sampai di ujung Pintu Keluar.





KEARIFAN BUDAYA LOKAL (BERDASARKAN DARI CERITA RAKYAT SEKITAR)

Konon gua ini pernah menjadi tempat yang digunakan walisongo untuk menentukan keputusan-keputusan yang penting. Di halaman Goa Cerme kami jumpai sebuah mushola, kamar mandi, kolam kecil dan patung orang berkuda katanya sih itu patungnya Pangeran Diponegoro. Untuk menuju ke mulut Gua Cerme ada beberapa anak tangga yang harus dilalui. Menurut cerita sejarah setempat, dahulu goa Cerme merupakan tempat persembunyian Pangeran Diponegoro ketika melawan pemerintah kolonial Belanda dan dahulu kala Gua Cerme juga merupakan tempat berkumpulnya Wali Songo untuk mengadakan musyawarah dalam rangka menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Salah satunya adalah tentang rencana pendirian Masjid Agung Demak. Walisongo adalah para ulama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ini membuat Gua Cerme juga memiliki peran penting dalam dakwah Islam di pulau Jawa. Dari namanya saja kita bisa melihat hal tersebut. Cerme berasal dari kata ceramah.

Dan ada pula yang menghubung-hubungkan juga bahwa d Gua ini ada lorong gaib yang bisa tembus sampai ke Gunung Cerme yang ada di Cirebon, bahwa konon menurut Pemandu kami orang asli desa tersebut menceritakan Sunan Gunung Jati selalu melewati lorong gaib itu kalau sedang mengikuti pertemuan para Wali di Gua Cerme ini (mitos).



PERALATAN WAJIB DALAM PENYUSURAN GUA.

Buat saya keamaanan merupakan hal yang utama. Meskipun pemandu yang akan mengantarkan kita kadang hanya bertelanjang kaki dan tidakmemakai peralatan apapun, berdasarkan pengalaman saya, kepala pada benjol didelapan titik, tulang kering ada benjol di empat titik dan ada yang berdarah hanya karena tidak ada persiapan yang matang dan memakai peralatan standar, saya menyarankan bagi kawan-kawan yang ingin menyusuri gua ini wajib membawa alat penerang, memakai helm, serta memakai sepatu (kalau bisa sih sepatu boot). Safety first!.

Hal-hal yang harus diperhatikan, dapat dirinci sebagai berikut :

Pakai Helm Pengaman, (kata pemandunya tidak pakai tidak apa, tapi memang lebih aman bila menggunakan pengaman kepala), Senter sebaiknya Head Lamp atau senter yang dipasang diatas kepala karena akan lebih membebaskan tangan kita untuk bergerak dan menjaga keseimbangan tubuh kita dari pada harus memegang senter biasa, Sepatu Boot, sepatu/sendal gunung atau bila tidak dapat menggunakan sendal/sepatu yang ada pengamannya sehingga tidakakan hanyut terkena air (paling resikonya kuku kaki terangkat atau mata kaki tergores batu dalam air), bawa Korek Api adalah cara paling sederhana untuk mengetes apakah daerah itu ada oksigennya atau tidak, kadang ada yang pakai lampu gas.

Kenakan kostum yang nyaman dan mudah kering, sebisa mungkin kenakan celana panjang dari bahan non jeans, atau pakaian overall yaitu pakaian terusan yang dipakai untuk melakukan kegiatan caving atau penyusuran gua, yang bahannya enteng dan tidak menyerap air.

Bawa Kanebo bagi teman yang hobi memotret, hal ini dikarenakan kondisi gua yang basah sehingga kanebo bisa digunakan untuk mengelap percikan air yang mengenai kamera. Kalau ada bawa dry bag (kantong kedap air). Kepepetnya nggak ada yang bawa kantong kresek dengan catatan jangan sampai kerendam air.

Take Nothing but Picture, Leave nothing but footprint, Kill nothing but time.

Jangan merokok & membuang sampah di dalam gua!

Jangan pegang-pegang ornamen gua yang masih hidup. Itu bisa merusak dan bikin dia mati. Apalagi sampai dengan sengaja mengambil atau mematahkan, stalaktit ataupun stalakmit yang akan dijadikan kenang-kenangan ataupun souvenir.

Sebelum caving di Gua Cerme pastikan perut Kita telah terisi. Sebab aktivitas ini memerlukan energi khusus. Lagipula ini akan mencegah Kita kelaparan dan masuk angin akibat terlalu lama basah-basahan di dalam gua.

Ada tips dari beberapa senior dalam komunitas Petualang Alam yang sudah sering melakukan penyusuran gua, sebelum mulai berjalan basahi tengkuk kita dengan air yang mengalir di dalam gua. Katanya sih supaya kondisi tubuh menyesuaikan dengan kondisi gua dan tidak masuk angin, saat akan melakukan caving di gua basah. Saya tidak tahu kebenarannya. Kadang saya juga melakukan dan mengikuti tips itu secara tidak sadar. (kalau menurut saya itu hanya sugesti).

Saat caving melangkahlah dengan hati-hati karena permukaan gua tidak rata. Beberapa teman yang tergesa seringkali jatuh ke lubang atau terantuk batu (inilah gunanya sepatu boot).




Ada kalanya kita harus mengenali dunia bawah tanah supaya lebih menghargai dan memahami apa-apa yang ada di atas tanah. Percayalah, berada di perut bumi tidak semenakutkan yang banyak orang kira.


Semoga bermanfaat.

All Images, Courtesy : Jajah Fachiroh
(suwun yo, atas kontribusinya sebagai Mit Kodik)


#seulas senyum tipis inspirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar