Selasa, 01 Oktober 2013

"PETUALANG (PENCINTA) ALAM"

Coretan Perjalanan (3)


Nyengir sendiri, saat membaca dan menulis ulang tulisan lama, tidak begitu banyak editan, hanya menambah puisi dari Heri H. Harris yang dicuplik oleh buku "Gola Gong dalam Catatan Si Roy  - Rendez-Vous",... coretan jaman masih suka jadi botol karbol dan selalu mencoba mencapai batas limit diri, kayak Kebo Hutan (Ada nggak sih kebo hutan?),.. seakan nggak percaya pernah membuat coretan ini...
Petualang (Pencinta ) Alam, saya lebih suka untuk menggunakan istilah Petualang Alam dari pada Pencinta Alam, karena kata  Petualang Alam, lebih menggambarkan menjadi diri kita sendiri yang mengeksplorasi diri dan alam, dibanding istilah Pencinta Alam yang terasa terlalu berat dengan beban nama yang tersandang.

Seorang Petualang Alam akan selalu berjalan dan terus berjalan, selalu banyak bertanya dan terus bertanya dalam dirinya tentang kehidupan dan juga tentang alam, selalu berusaha untuk menyatu dengan alam, selalu berjalan mengikuti kemana kaki melangkah, dan... Selalu menjadi penikmat romantis pada keindahan alam ciptaan Tuhan, saat merasakan  ;


Indahnya kabut yang menyelimuti puncak Gunung, melihat "Bapak" Matahari yang terbit atau terbenam dibatas cakrawala yang memanjang, dibawah langit yang biru jernih dikelilingi semburat awan tipis, dibawahnya ada kabut yang seakan akan menjadi garis imajiner tempat matahari mengintip atau menghilang.

Segarnya udara yang dihirup, mencium bau cemara, bau rumput hutan, bau lumut, bau semak belukar dan bau bunga liar,apalagi bau bunga edelweis yang baru merekah. Mendengar suara gesekan dedaunan bagai okestra alam yang dimainkan oleh "Sang Maha Agung", mendengar satwa liar yang merdu menyapa sepanjang perjalanan , lekuk lekuk erotis tebing yang menggoda dan  mengundang untuk disentuh, dipegang dan dipeluk, yang semua itu ada dalam asuhan "Ibu Bumi".

Semburat Cahaya"Ibu" Rembulan yang menyambut malam dengan riang dan kegenitannya, saat menyinari padang edelwies dan saat sinarnya menyentuh kelopak kembang edelweis yang terhampar memantulkan warna warna keperak-perakan disepanjang hamparan ngarai dan jurang, atau saat purnama menyinari "Bapak" Gunung, bagai sebuah lukisan indah yang sukar digambarkan, seperti sekelompok bidadari dari kayangan yang sedang turun ke bumi, menerangi langkah sejauh mata memandang. Ada Rasi Bintang Selatan, Bintang Alpha Coronae Australis atau disebut juga Alphekka Meridiana atau kadang disebut juga Alphekka di Selatan atau Alphekka South yang selalu membimbing langkah dalam perjalanan menembus malam, sehingga sering tidak perlu peta untuk dibaca, kompas untuk dilihat dan koordinat bujur dan lintang untuk diukur.

Bagaimana memukau kesunyian saat menjelajah jauh didalam perut "Ibu" Bumi, menyusuri gua-gua yang terlupakan oleh peradaban, suara gemericik air yang mengalun bagai suara bunyi seruling alam, diiringi bunyi binatang yang memecah kegelapan, melihat keindahan stalaktit dan stalakmit memantulkan pendar pendar sinar bagai berjuta berlian kecil  menyambut dengan lembut mata dalam sorotan sinar senter yang buram, yang terbentuk dari tetesan air dan senyawa alam yang mengkristal selama ribuan bahkan mungkin puluhan ribu tahun lamanya.

Mengagumi... dan dibetotnya rasa oleh gemulainya riak-riak air yang mengalir pada "Ibu" Sungai, yang selalu memacu adrenalin dengan hentakan, goncangan dan alunan air yang membawa entah sampai kemana. Yang kadang ditimpali oleh suara "Bapak" Angin yang menyapa melalui gesekan dedaunan dan aliran suara lirih yang menyapa lembut muka dan kuping kita. Atau rancaknya deburan ombak, dan liukan indah garis pantainya "Ibu" Laut yang bercengkerama dengan anak-anaknya ;pasir, tebing batu atau batu karang. "Ibu" Laut, yang selalu setia menghantar dan menyambut "Bapak" Matahari yang begitu serasi berdampingan setiap pagi dan petang.

Seorang Petualang Alam adalah seorang Pelukis, Penyair, Penyanyi dan Murid yang tidak pernah berhenti untuk belajar,...yang melukis, bersyair, dan bernyanyi, bagi batinnya sendiri. Yang belajar tentang arti keindahan, arti kelembutan, arti kesabaran, arti keteguhan, arti ketegasan, arti berjuang, arti kesetiaan, dan arti kepasrahan, dibalik kerasnya sikap karena kerasnya gemblengan alam.

Seorang Petualang Alam tidak akan pernah menantang, melawan dan menaklukan alam, karena dibalik keindahan mereka tersembunyi kekuatan dahsyat yang luar biasa menghancurkan, seorang Petualang Alam akan selalu menjadikan alam sebagai Sahabat, Guru, Ibu dan sekaligus Ayah bagi dirinya, sehingga akan selalu menghormati dan menjaga kelestarian alam. seorang Petualang Alam akan selalu ingat dan tunduk kepada "Raja Diraja Petualang" yang mengatur alam ini, yaitu Tuhan Yang Maha Segalanya....





Rumahku entah di mana,..
tak kutemukan di sajak-sajak,..
di matahari, dan di bulan,..
karena tidurku
di bawah bintang-bintang,..
jauh di rimba belantara,..
tenggelam di dasar lautan,..
mesti pulang ke mana
setelah letih mengembara?..

Heri H. Harris.




Seorang Petualang Alam selalu belajar dan mengolah hidup mereka di alam terbuka, selalu mengeksplorasi arti diri dan alam, sampai batas limit yang mereka tak sanggup lagi menggapainya. Namun Mereka tidak selamanya akan tinggal di alam, mereka akan selalu pulang, ketempat yang selalu memberi kehangat, kelembutan dan ketenangan, tempat yang mereka sebut "Rumah" ("Home"),  tempat yang selalu menjadi mimpi-mimpi indah dalam nyenyaknya tidur mereka di alam, tempat yang selalu mereka rindukan untuk dapat merasakan lembutnya, hangatnya dan nyamannya, sebuah pojokan teras, pojokan ruang santai, atau semua pojokan rumah, untuk bersandar dalam ketenangan.

Sejauh apapun Petualang Alam melangkah,seberapa lama pun Petualang Alam berjalan, mereka akan selalu merindukan rumah mereka, sesuatu yang membuat mereka untuk selalu tetap terjaga untuk selalu tetap hidup, untuk selalu bertahan, dan untuk selalu terus berjuang, yang selalu menjadi pelita dan kompas yang mengantar mereka ke arah jalan pulang.

Tempat yang telah dipilih dari sekian banyak tempat yang pernah mereka lewati, sebagai tujuan perhentian terakhir mereka, bukan hanya sebagai shelter persinggahan sementara saja.


Pasar Setan, Gunung Merapi
05 Oktober 1994...

1 komentar: